Kabari_280814_Diplomasi-Kebudayaan-Ala-House-Of-Angklung-4KabariNews – Irama angklung yang khas begitu membahana kala itu di sebuah festival. Para pemainnya yang kebanyakan Ibu-ibu terlihat kompak memainkan alat musik kayu dengan wajah yang memancarkan gembira. Ya, itulah saat dimana House Of Angklung dengan para anggotanya beraksi. “Di pentas kami selalu happy on the stage dan memainkan angklung ini dengan gembira” Kata Trica Sumarijanto pada akhir Juli lalu kepada Kabari.

Pentas “angklung gembira” itu merupakan sekian dari banyak pertunjukan yang pernah dilakukan oleh wadah perkumpulan orang Indonesia dimana angklung ini menjadi sentrum. Dengan angklung, mereka membawa nama Indonesia terngiang di kepala para penonton Amerika.

Bicara soal House Of Angklung rasanya ada yang kurang jika tidak membahas seorang yang bernama Tricia Sumarijanto. Wanita ini merupakan salah satu guru angklung di perkumpulan tersebut. Manakala ada pentas, Tricia dengan sibuknya memandu irama dari orkestrasi kecil ini sampai habis acara.

Bebunyian Angklung, kata Tricia sudah terdengar di tahun 2007. Saat itu ada kelompok yang bernama Rumpun Wargi Pasundan yang berjumlah 10 orang. Rumpun Wargi Pasundan ini anggotanya adalah masyarakat Pasundan di Washington, DC dan sekitarnya. Mereka membentuk grup angklung dengan Sam Udjo sebagai pengajarnya. Dan saat Sam Udjo pulang, di tahun 2009 Tricia bergabung lantaran Rumpun Wargi Pasundan sedang mencari guru yang baru.

Terbawanya Tricia dalam irama ini terjadi secara tidak sengaja. Waktu itu dia sedang berkunjung ke salah satu rumah temannya. Disana Tricia didampuk untuk bermain piano. Kebetulan di saat bersamaan hadir Rumpun Wargi Pasundan yang sedang mencari pengajar dan melihat kepiawaian bermain musiknya. Dia lalu ditawari untuk menjadi guru angklung disana. Tanpa pikir panjang, Trica mengiyakan tawaran tersebut.“Saya memang suka musik tetapi terakhir belajar angklung itu dulu waktu SD.” katanya.

Namun itu bukan halangan, Tricia lalu mencoba belajar secara otodidak, dari bertanya sama yang pernah mengajar angklung sampai ke youtube. Dari membuat aransamennya seperti apa, menulis partiturnya, dan yang lainnya. Tanpa dikira, semakin lama dipelajari angklung ini semakin menarik bagi dirinya.

Kabari_280814_Diplomasi-Kebudayaan-Ala-House-Of-Angklung-3Di bulan April atau Mei 2009, Rumpun Wargi Pasundan berubah nama menjadi House Of Angklung. Dari tahun 2009 sampai 2012, Tricia dan House Of Angklung melalang buana dari satu festival ke festival lainnya. Sebut saja Cheeryblossom Festival dan tampil di banyak acara kedutaan besar. Dan mulai dua tahun lalu, House of Angklung mulai pentas tidak hanya di Washington DC saja, seperti pernah memeriahkan festival Indonesia yang diselenggarakan di Pittsburgh, berikutnya di Pennsylvania di University of Indiana, tampil di Boston pada acara Permias, dan terakhir House Of Angklung unjuk gigi di acara Diaspora Festival di New Orleans yang diselenggarakan beberapa waktu lalu. Tricia mengatakan paling tidak House Of Angklung setahun sekali pasti pentas keluar kota.

Respon penonton pun positif, tak jarang saat turun dari panggung pertanyaan datang dari penonton sekedar untuk bertanya mengenai angklung. “Tertarik saja mereka melihat sesuatu yang baru. Dan kalau saya lihat mereka tertariknya karena melihat alat musiknya, lagu-lagunya dan para pemain-pemain yang menggunakan kain tradisional semuanya. Orang-orang jadi terlihat gembira “ tuturnya.

House Of Angklung ini isinya sebagian besar orang Indonesia semuanya, namun kata Tricia, sebenarnya keanggotaannya ini sifatnya terbuka alias siapa saja boleh ikut termasuk warga bukan orang Indonesia. Tricia menambahkan dulu ada seorang diplomat yang ingin ditugaskan ke Indonesia bergabung karena ingin belajar bahasa Indonesia, “Dia tiga bulan disini banyak ikut tampil dan sekarang ada orang Filipina” imbuhnya.

Akan halnya dengan repertoar yang sering dibawakan oleh House Of Angklung. Lagu-lagunya tidak melulu lagu Indonesia, pasalnya, lagu-lagu yang dimainkan disesuaikan dengan tempat dimana House Of Angklung pentas. Tetapi tetap diselipkan dengan lagu Indonesia karena para penonton yang notanebe tidak orang Indonesia semuanya penasaran dengan lagu Indonesia. Terlebih lagi saat dilakukan interaktif pasti ada request darisana untuk memainkan lagu Indonesia.

“Mereka tertarik dan penasaran dengan lagu tradisonal Indonesia, bagi mereka menarik sekali termasuk juga lagu dangdut. Dan di House Of Angklung sendiri ada penyanyinya. Jadi itu yang menarik, selain itu kita juga memainkan lagu-lagu internasional contohnya, Michael Bubble, The Beatles, dan yang lainnya.“ tutur Trica.

Selain pentas, House Of Angklung pernah menggalakkan program angklung goes to school. Di program ini Tricia bersama House Of Angklung masuk dalam sekolah-sekolah elementary atau SD di Amerika seraya menjadikan angklung sebagai salah satu program pilihan untuk kelas musik. “Kita kerjasama dengan salah county di Marryland yaitu Montgomery dimana disana banyak sekolah-sekolah terbaik di Amerika Serikat. Dan program angklung goes to school ini ternyata terima oleh Montgomery Public School sebagai salah satu program alternative art and culture mereka. Angklung diterima karena, menurutnya Tricia, sekolah disana terbuka dengan hal-hal yang baru,

Tentu misi program angklung goes to school adalah memperkenalkan angklung sekaligus budaya Indonesia disana. Manfaatnya bagi mereka selain mengenal budaya baru, mereka juga dapat belajar teori musik dasar dengan metode yang dipopulerkan dengan Daeng Udjo berupa handsign tangan yang merupakan metode internasional, tapi dipopulerkan di angklung oleh Daeng. “Kita sudah ke berbagai sekolah, terakhir Maret tahun lalu, di suatu sekolah pernah tampil 110 anak main angklung sambil menyanyikanlagu burung kakaktua” kata Tricia.

Diplomasi Kebudayaan

Kabari_280814_Diplomasi-Kebudayaan-Ala-House-Of-Angklung-1Tricia mengatakan, apa yang dilakukannya bersama House Of Angklung merupakan adalah salah satu bentuk diplomasi budaya. Tujuannya sederhana yaitu ingin supaya orang-orang kenal Indonesia lewat kekayaaan kebudayaannya. Dengan demikian orang-orang tertaik dengan kebudayaan dan mereka pun akan datang berkunjung ke Indonesia.

“Selama ini inikan orang luar negeri hanya tahu Bali tetapi tidak semua orang tahu juga Bali. Selain itu program angklung _goes to school, adalah program yang efektif karena program ini masuk ke dalam anak-anak di usia dini” tuturnya. Dan ketertarikan mereka sudah dibina dari kecil, tidak hanya belajar, dan mendengar melainkan turut serta bermain bersama. Dan semoga itu menjadi titik mula untuk mereka ingin tahu lebih banyak tentang Indonesia.

Tak hanya itu Tricia mengatakan persepsi dunia internasional terhadap Indonesia harus dimbangi dengan hal-hal indah seperti ini. Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dengan kebudayaan yang sangat kaya beragam. Berbeda dengan Amerika contohnya, atau di wilayah ASEAN, Indonesia paling kaya mulai dari tarian, dan yang lainnya.

“Walau warga Indonesia di Amerika bisa dikatakan monoritas, ibarat kata seperti setitik diantara ribuan. Tetapi jika punya rencana yang sistematis dan dengan dukungan pemerintah KBRI pasti ada jalannya karena masayarakat disini cukup terbuka. Di sini kami bukan hanya sekedar tampil, kita juga bekerjasama dengan organisasi yang mempunyai misi yang sama untuk memperkenalkan kebudayaan.” tuturnya.

Memang, diakui Tricia yang seperti ini tidak bisa dijadikan mata pencaharian, namun di sisi lain mempunyai misi yang mulia. Jadi komitmen itu penting dan Itu adalah tantangannya, mereka start-nya dari nol dari bukan pemain angklung lantas menjadi pemain. “Jadi untuk meluangkan waktu bermain di waktu weekend bagi ibu-ibu adalah pengorbanan. Tujuh tahun House of Angklung ini terus bertahan karena memang konsistensi dan semangat yang diperlukan, kita juga menyadari bahwa tampil dengan baik merupakan sebuah kepuasan tersendiri dan tampil dengan apik harus dilakoni” pungkas Tricia. (1009)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?69456

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

____________________________________________

Supported by :

Hosana