Merdeka itu Merdeka Dari Corona

Menurut Eva Belisima makna kemerdekaan bukan hanya merdeka terhadap penjajahan oleh orang asing. Tetapi merdeka dari segala macam penjajahan dengan segala bentuknya termasuk dari virus Corona.

“Menurut saya kita sekarang ini harus merdeka terhadap pandemi. Bagaimana memaknai kemerdekaan? Caranya adalah dengan hidup berdamai dengan Corona, mengikuti peraturan pemerintah dan menerima adanya Corona,” tuturnya.

Karena menurutnya, semakin kita menentang adanya Corona dan menganggapnya hal yang sepele, akan semakin jauh merdeka dan terbebas dari pandemi.

“Tapi kalau menganggap Corona ini sebagai hal yang serius, kita akan mengikuti peraturan pemerintah dan bekerjasama dengan pemerintah untuk menanggulanginya,” tambah artis yang telah mengeluarkan beberapa single ini.

Merdeka juga dengan sikap kooperatif, merdeka dengan pikiran dan tindakan yang berkualitas dan melakukan hal-hal yang baik sekaligus berdampak positif terhadap semuanya termasuk bangsa dan negara.

“Dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap Indonesia, kita harus mengingat 17 Agustus sebagai hari dimana proklamasi dikumandangkan, hari dimana lahirnya bangsa yang merdeka,” kata Eva yang merupakan mantan istri komedian, Kiwil.

“Mari maknai semuanya dengan bersyukur dan terus saling mendoakan dan bahu membahu menciptakan Indonesia yang sehat, berkualitas, maju dan doa-doa yang terbaik untuk semuanya. Jaya terus Indonesia!.”

Merdeka Kebebasan Berpendapat

Sementara itu bagi Dinda Aulia, Model dan Penyanyi, kemerdekaan itu sebagai kebebasan berpendapat dan pemerataan tingkat kestabilan ekonomi.

“Jadi menurut saya di tengah pandemi ini kalau dulu melawan penjajah sekarang melawan kemiskinan dan wabah penyakit bersama-sama. Seharusnya pemerintah lebih concern kepada pemerataan ekonomi agar semua rakyatnya merasakan “ kemerdekaan “, katanya.

Dinda menambahkan, pemerintah seharusnya tidak hanya concern untuk menangani pandemi Corona saja tetapi juga concern terhadap rakyat yang terdampak pandemi agar lebih disejahterakan perekonomiannya.

Dinda pun berharap di bulan kemerdekaan ini tidak ada perbedaan signifikan dari segi ekonomi yang kaya dan yang kurang mampu, dan tingkat perekonomiannya dan kesejahteraan rakyat lebih diperhatikan lagi.

Perempuan dan Anak Harus Mendapatkan Hak Sepenuhnya

Ketua Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Dr. Giwo Rubianto Wiyogo menitikberatkan makna kemerdekaan kepada harapan agar perempuan dan anak mendapatkan hak-haknya sepenuhnya.

Giwo mencontohkan misalnya dalam hak pendidikan, semoga perempuan lebih banyak lagi yang mencapai pendidikan perguruan tingkat tinggi. Dan semua perempuan yang berada di daerah maupun pelosok tertinggal, terluar dan terpencil mendapatkan pendidikan yang merata baik itu di perkotaan maupun pedesaan.

“Kita sebagai penggiat dan organisatoris sedikit berkata tetapi kerja nyata yang bermanfaat bagi perempuan dan anak, memberikan motivasi kepada mereka agar lebih mampu, membuka wawasan serta ilmu pengetahuan mereka lebih luas lagi dan lebih bersemangat untuk maju,” tuturnya.

Sementara harapan kemerdekaan, bagi Giwo, tentunya agar semua anak dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, manusia handal yang kreatif, inovatif, adoptif, adaptif, berakhlak mulia sekaligus memiliki wawasan kebangsaan.

Juga untuk perempuan, sebagai bagian dari masyarakat mempunyai peranan yang penting yaitu mengemban peran ibu bangsa sebagai garda terdepan dan ketahanan keluarga. Peran sebagai pendidik pertama dan yang utama yang mendidik anak-anak sebagai penerus masa depan bangsa serta mampu menjaga moral keluarga dan masyarakat, yang menjaga alam untuk anak cucunya, yang mampu menggerakkan ekonomi keluarga dan masyarakat.

“Karena kita sebagai perempuan dan Ibu yang cerdas dan sehat tentunya akan menghasilkan anak-anak penerus bangsa yang cerdas dan sehat. Tentunya kita harus melakukan apapun yang kita bisa yang dapat bermanfaat bagi lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara kita. Kita juga harus bersinergi dengan anggota keluarga, dengan masyarakat. Saling tolong menolong, bergotong-royong, saling bahu membahu dalam menghadapi segala tantangan terutama dalam saat ini dalam masa pandemi Covid-19,” pungkasnya.

Semoga dalam waktu dekat ini negara Indonesia merdeka dari Covid-19. Maka itu sebagai Bagian dari masyarakat kita harus turut membantu pemerintah dalam memutus rantai dan penyebaran Covid-19, salah satunya adalah dengan vaksinasi. Inilah yang dilakukan Oleh Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) dari tanggal 11-13 Agustus 2021, yaitu mengadakan sentra vaksinasi yang berlokasi di Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun.

“Sebagai Ketua Umum IPSM saya berharap dengan mengadakan sentra vaksinasi ini sebagai salah satu upaya di pusat mobilitas dan kegiatan ekonomi dapat membantu percepatan pemberantasan Covid-19 Demi Nusa, Bangsa dan Negara Indonesia tercinta,” pungkasnya.

Merdeka itu Independen dan Mandiri

Sebagai seorang anggota Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di bidang pendidikan, Retno Listyarti memaknai merdeka itu sebagai sikap yang harus independen dan mandiri.

“Merdeka menjadi diri sendiri, meskipun menikah, namun kita dan pasangan hidup kita tetap menjadi diri sendiri, saling menghargai karakter masing-masing, menerima segala kelebihan dan kekurangan masing-masing,” tutur Retno yang aktif di pendidikan selama 23 tahun ini.

Contohnya untuk anak-anak dapat merdeka memilih jurusan yang disukai sesuai minatnya, bukan karena paksaan orangtua untuk masuk jurusan yang dianggap baik untuk kita oleh orang tua kita.

Retno mengatakan orang tua juga harus mendukung dan memfasilitasi minat dan potensi anaknya, bebaskan anak memilih sesuai keinginannya, di jurusan yang diminati, anak pasti bahagia dan bertanggungjawab pada pilihannya. Selain itu kita ajarkan pada anak arti konsekuensi dari pilihannya.

“Independen juga bermakna sebagai sikap yang mandiri dan tidak mau tergantung dengan orang lain,” pungkasnya.

Merdeka Bisa Berinovasi dan Berdampak Positif

Nah, makna merdeka juga dilontarkan oleh seorang remaja milenial berbakat Indonesia, Jefri Setiawan.

Jefri merupakan pianis remaja yang pernah memecahkan rekor dengan bermain piano selama 3 jam 45 menit dan berhasil memainkan 150 lagu dengan mata tertutup yang digelar di Universitas Yarsi.

Bahkan sebelumnya dia berhasil memegang rekor dunia Memorizing 100 songs while playing piano in blindfolded for 3 hours nonstop at Akademie fur Kunste (ASK), Potsdamerstr 199, Berlin Germany 24th Oktober 2018.

Bagi Jefri merdeka itu memberikan ruang kebebasan bagi masyarakat Indonesia untuk berinovasi sehingga akan berdampak ke hal-hal yang positif.

Dan harapan kemerdekaan menurutnya supaya pemerintah memberikan keadilan dan apresiasi bagi siapapun generasi muda yang mengharumkan nama bangsa di tingkat internasional.

“Sebuah perjuangan untuk generasi muda agar jangan lelah untuk berprestasi untuk mengharumkan ibu Pertiwi, walaupun masih banyak kurang perhatian,” tuturnya.

Makna Kemerdekaan dan Great Reset

Sebagai seorang Pakar Kebijakan Publik UPNVJ (Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta) dan Pendiri Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat (ANH) memaknai kemerdekaan dengan sikap kritis.

ANH mengatakan World Economic Forum (WEF) memprediksi bahwa pandemi Covid-19 akan menyebabkan disrupsi besar-besaran terhadap kehidupan manusia. WEF memulai kampanye perlunya kerjasama lintas kelompok untuk mengatasi hal tersebut melalui the Great Reset Initiative.

Belajar dari Pandemi Covid-19, dunia menyaksikan terjadi perubahan secara mendasar bagaimana pengambilan keputusan secara tradisional tidak lagi berlaku.

Selama ini, pendekatan ekonomi dan keuangan menjadi sesuatu yang dominan dalam kebijakan publik bahkan saat pandemi Covid-19 berlangsung banyak berbagai negara yang memprioritaskan ekonomi diatas penanganan kesehatan, bahkan banyak yang menuhankan aspek ekonomi akibatnya ekonomi gagal dan kesehatan gagal.

Negara yang sekarang terbebas Covid-19 seperti Selandia Baru, Australia, Taiwan dan China menerapkan lockdown ketat dan mengenyampingkan ekonomi di awal pandemi akhirnya menunjukkan pemulihan ekonomi yang lebih cepat.

Covid-19 telah menunjukkan negara dengan tata kelola yang buruk dan mengabaikan keseimbangan pembangunan antara kesehatan dan ekonomi menjadi negara yang terburuk dalam penanganan Covid-19.

Harus diakui pembangunan Indonesia dalam penanganan Covid-19 menunjukkan ketidakkonsistenan, ketidakcukupan dan kontradiksi dari berbagai sisi baik – dari sisi kesehatan, keuangan hingga energi dan pendidikan.

Oleh karena itu, dalam memaknai kemerdekaan 17 Agustus 2021, penting sekali untuk menyadari bahwa kebijakan yang timpang selama ini seperti eksploitasi sumber daya alam besar-besar, abai terhadap penyediaan fasilitas kesehatan publik, lemahnya kampanye hidup sehat dan tidak peduli pada aspek lingkungan, tidak menghormati kepada martabat kemanusiaan, condong kepada ukuran ekonomi dan keuangan semata.

Semua itu telah melahirkan ketidakseimbangan yang akhirnya menyebabkan Covid-19 agresif menyerang manusia karena imunitas dan kekebalan kesehatan manusia terganggu.

Permasalahan Covid-19 tersebut tidak dapat diselesaikan sendirian oleh pemerintah. Pemerintah perlu pelibatan aktif dari aktor non pemerintahan, seperti ilmuan, akademisi, masyarakat sipil, LSM, berbagai komunitas dan relawan.

Tantangan 76 Tahun Kemerdekaan

Prof Didin S Damanhuri, Guru Besar Ekonomi IPB mengatakan bahwa 76 Tahun refleksi kemerdekaan sudah banyak kemajuan namun sudah 2 tahun situasi pendemi menyebabkan banyak kemunduran baik ekonomi, demokrasi dan kebebasan, dan elit perlu konsolidasi jika tidak potensi pergolakan sosial tinggi.

“Tantangan terbesar saat ini adalah ketimpangan terutama kelompok penikmat terbesar pembangunan adalah kelompok etnis tertentu minoritas yang memunculkan ketimpangan yang ekstrem,” kata Didi.

Didin mengatakan ketimpangan ini sangat berbahaya sekali dan merupakan bom waktu apalagi kelompok yang super kaya ini dari kelompok etnis tertentu. Ketimpangan yang ekstrem. Ketergantungan Indonesia terhadap berbagai hal di antaranya teknologi, finansial dan utang menyebabkan ruang gerak bangsa semakin terbatas.

Dia lalu menyarankan perlu kolektif konsensus elit untuk membangun agenda ekonomi jangka panjang yang berkeadilan mengurangi gap ketimpangan ekstrem ekonomi dan sosial.

“Tantangan kemerdekaan ekonomi ini sangat berat saat ini oleh karena itu perlu transformasi yang bersifat struktural dari para elite negara yang didukung oleh para civil society, bisa reform from the Top atau bahkan bisa revolusi sosial yang mestinya dihindari karena yang paling dirugikan itu rakyat. Elite-elite harus membangun kolektif konsensus untuk membangun agenda ekonomi jangka panjang yang berkeadilan apabila mau menghindari revolusi sosial,” kata Didin.

Merdeka itu Melenyapkan Kotoran Batin

Sementara itu arti kemerdekaan bagi seorang pengusaha, Tjoa Teng Hui adalah bisa melepas atau melenyapkan kotoran batin berupa ketamakan, kebencian, Iri hati, kebohongan, kesombongan dan kotoran batin lainnya.

Tjoa Teng Hui selain dikenal sebagai salah seorang pengusaha yang mengawali bisnis di Surabaya. Usahanya merambah bidang elektronik, properti, hingga perminyakan. Juga dikenal sebagai motivatoris yang nilai-nilai kehidupannya dibungkus apik oleh penulis kenamaan Alberthiene Endah dalam sebuah buku berjudul Kunci-kunci kebahagiaan.

Selengkapnya Klik Video Berikut Ini :