Gerakan tari Michael Jackson terngiang-ngiang di kepalanya. Saat itu umurnya masih belasan tahun saat menatap tarian penyanyi yang terkenal dengan moonwalk-nya ini di layar sebuah televisi. Momen yang tak terlupakan olehnya, hingga terbesit suatu angan bahwa menari akan menjadi garis hidup yang akan dilaluinya kelak. “Saya ingin masuk dunia entertainment sudah dari kecil tetapi karena tidak bisa bernyanyi jadi saya akan menari” kata Yannus Sufandi.

Yannus lahir di kota pelajar pada 2 Januari 1980 dan sempat mengenyam pendidikan dasar di kota Yogyakarta. Sampai akhirnya di tahun 1992, saat orangtuanya berpisah dia hijrah ke negeri kanguru ikut dengan ibunya dan menamatkan Sekolah Menengah Atas disana. Selama tinggal di Australia, singkat kata demi mengejar impian menjadi seorang penari professional, Yannus muda bergabung dengan agensi dan turut serta dalam pembuatan sejumlah iklan sebagai batu loncatannya. Dan kebetulan saat bergabung dengan agensi tersebut dia bertemu dengan seseorang dari dance company yang cukup terkenal di Australia, lantas mengajaknya untuk ikut kelas tari secara gratis disana. Semenjak itu Yannus semakin serius mengasah kemampuannya dalam bidang seni tari. “Menari itu luas cakupannya, namun saya pelajari semuanya secara perlahan karena dari setiap tarian yang saya pelajari ada sesuatu yang baru yang membuat saya tertantang” kata Yannus kepada Kabari.

Kemampuan menarinya Yannus banyak belajar dari video yang sering ditontonnya setiap hari. “Saya belajar sendiri alias otodidak dari video musik, saya rewind, slow motion untuk detail gerakanya” tuturnya. Dalam menari, Yannus memilih tarian modern namun sifatnya lebih komersial seperti tarian dance hip hop, street dance dan jenis tarian modern lainnya. Menurutnya dari sekian banyak tari yang dia kuasai, masing-masing tarian mempunyai tingkatan kesulitan yang tidak sama. Yannus mengambil contoh jika kita memilih satu jenis tarian tertentu dan maka harus menekutinya dengan benar-benar. ”Tidak mudah untuk mempelajari semuanya namun kalau saya lebih mencampurkan semuanya secara proposional dan itu juga tergantung dari kerjaan yang saya dapat misalnya pekerjaan itu menuntut saya menari street dance maka saya akan ikuti” kata Yannus yang pernah juga belajar acting di INDA (Nastional Insitute Of Dramatic Arts) ini.

Tampil Bareng JLO dan Pink di American Music Award

Yannus Sufandi-1

Setelah tujuh tahun di Autralia dari tahun 1992, akhirnya Yannus memutuskan untuk pergi ke Amerika Serikat seorang diri di tahun 1999 saat umurnya masih 20 tahun. “Di kota itu saya tidak punya kenalan satu pun jadi benar-benar sendiri disana“ kata Yannus. Pergi dengan tabungan hasil jerih payahnya saat di Australia, dalam pikirannya hanya ada satu tujuan yaitu ingin belajar sekaligus meraih mimpi di dunia entertainment, khususnya di bidang tari karena menurutnya Amerika adalah tempat dimana bidang entertaiment berkembang dengan pesat

Kota yang dia sasar adalah New York dan LA. Di apartemen kecilnya di New York, Yannus pun memulai karir menarinya dari bawah. Acap kali ada kesempatan audisi penari untuk penyanyi-penyanyi terkenal, dia selalu datang. “Di tahun 2004 ada audisi untuk penari Black Eyed Peas namun sayang tidak tembus karena saya belum mendapatkan visa kerja” katanya. Tak putus arang, demi menyambung hidup Yannus kerja biasa dengan perform disana-sani tanpa harus ada visa kerja. Hingga di tahun 2010 menjadi tahun yang tak terlupakan olehnya. Yannus lulus audisi tari untuk mengiringi penyanyi Pink dalam sebuah acara penghargaan musik. Tak tanggung-tanggung, dia akan mengiringi Pink di Amerian Music Award 2010. “Ketika itu saya lolos audisi yang diikuti oleh 600 orang penari” kata dia.

Karir menarinya pun semakin menanjak saat dirinya terlibat dalam video musik Jennifer Lopez atau yang akrab disapa JLO yang berjudul on the floor sebagai salah satu 12 penari utama. “Sebenarnya banyak koreografinya di video itu tetapi karena harus melalaui proses editing jadi yang ditampilkan hanya segitu saja.” kata dia. Selain on the floor, Yannus pernah terlibat jug dalam video musik Jennifer Lopez lainnya yang berjudul Papi. Bahkan dia sempat pentas dengan dengan JLO di acara penghargaan musik American Music Award di tahun 2012.

Yannus bercerita, awal keterlibatannya sebagai penyanyi latar musisi di atas berkat Yannus Sufandikoneksi yang dia bangun selama berkecimpung dalam dunia tari. “Kita harus kenal dengan siapa yang kerja, kebetulan saya kenal dengan koreografernya JLO, ditambah lagi teman-temannya ada yang ikut sebagai penari JLO” paparnya. Oleh karena itulah, Yannus dapat bergabung sebagai penari pengiring penyanyi yang terkenal dengan sejumlah hitsnya ini. “Koneksi itu sangat penting dalam bidang entertaiment” imbuhnya. Sebab, menurutnya jika belum pernah dikenal atau katakanlah sebagai penari baru susah diberikan kesempatan, apalagi sebagai penari untuk penyanyi terkenal.

Pria yang pernah menjadi koreografer So You Think Can Dance Australia ini mengatakan lain halnya apabila sudah dikenal dan orang percaya dengan kemampuan kita dalam menari, itu jauh lebih mudah untuk mendapatkan kesempatan. Selain dua penyanyi diatas, anak bungsu dari pasangan Tirto Subiarto dan Mety Liliana ini juga pernah terlibat dalam proyek musik penyanyi, seperti Mary J Blidge pada Dancing With Star, Paula Abdul di Live To Dance TV Show dan X Factor USA Live Show Paula Abdul, tur promosi Destinys Child Australian, Black Eyed Peas Promo Tour, Pharrel Promo Tour, Fatman Scoop and Mis-Teeq Promo Tour, dan yang lainnya.

Nah dari semua artis papan atas Amerika tersebut, apa yang didapatkan dengan keikutsertannya dengan mereka Yannus bilang mendapatkan pengalaman yang berbeda. “Orang dan musisinya saja sudah berbeda, misalnya saat menjadi penari pengiring JLO itu lebih mengasyikkan karena JLO sendiri kan seorang penari juga beda halnya dengan Pink, jadi lebih ketemu feel-nya” tuturnya. Tetapi tiap kali tampil dengan mereka, bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan. Dia mengatakan hidupnya bagaikan living in the dream, impian itu terjadi dan baginya susah untuk dijelaskan, misalnya saat pentas bareng JLO dimana seluruh gedung banyak penonton menyaksikannya, “Benar-benar tak bisa diungkapkan senangnya bukan main” kata dia.

Berkarya di Indonesia

Setelah bertahun-tahun melalang buana dengan menari, Yannus balik ke kampung halaman di akhir Februari 2014 ini. “Saya bilang ke orang tua saya di Yogyakarta bahwa saya ingin kerja di Indonesia karena saya lihat kemampuan yang saya miliki bisa dapat dibagikan dalam bidang entertainment di Indonesia” bilang dia. Sebab, baginya, dia lahir di Yogyakata, pergi Amerika sendiri tanpa punya kenalan dan mengawalinya dari sebuah impian dan mendapatkan apa yang diperolehnya saat ini merupakan buah dari kerja keras yang tidak instan.

“Saya orang Indonesia satu-satunya mungkin yang pernah ikut dalam berbagai proyek musik itu karena untuk mendapatkan peran menari disana itu susahnya bukan main tetapi saya percaya bahwa apa yang kita mau pasti akan kita dapatkan,apa yang kita impikan akan bisa diwujudkan asalnya dengan kerja keras dan melihat kesempatan yang ada” tuturnya. Saat ini, Yannus dipercaya sebagai creative director di acara Indonesia Got Talent 2014 yang tayang di salah satu televisi swasta di Indonesia.

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?66985

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

lincoln