Semarak film horor Indonesia masih terus berlanjut. Di awal tahun 2023 setiap pekannya akan ada minimal satu film horor yang menghiasi layar bioskop hingga akhir januari nanti.

Film Anak Titipan Setan adalah salah satunya yang dijadwalkan tayang pada tanggal 12 Januari 2023.

Film ini merupakan kolaborasi antara rumah produksi Jaman Studio, Maxstream, MediaHub dengan Perum Produksi Film Negara (PFN). Melalui model Financing Film antara off taker Maxstream via Mediahub dengan PFN sebagai Financing Film Company membuat film yang sedang digemari masyarakat Indonesia yakni film bergenre horor.

Dwi Heriyanto B, selalu Direktur Utama Perum Produksi Film Negara (PFN) menjelaskan, “ Kolaborasi antara PFN dengan Maxstream ini merupakan titik awal dari tahap transisi PFN yang dulunya memproduksi sebuah film dan sekarang menjadi suatu lembaga negara pembiayaan film, harapannya ekosistem perfilman di Indonesia dapat semakin maju dalam memberikan kontribusi di dunia hiburan, Pendidikan, budaya dan sosial khususnya untuk masyarakat Indonesia. Serta mewujudkan ide-ide kreaif di kalangan perfilman,” ungkapnya.

Hal ini menjadikan film Anak Titipan Setan merupakan film dengan konsep matching fund antara BUMN yaitu PFN, Maxstream dan MediaHub bekerjasama dengan production house (PH) dalam pendanaannya.

Tidak hanya Anak Titipan Setan, kedepannya PFN berkomitmen untuk membiayai 10 film lainya secara matching fund Bersama BUMN dan production house (PH). Hal ini sebagai wujud nyata BUMN dalam mendorong ekosistem perfilman Indonesia.

Anak Titipan Setan bercerita tentang Putri yang harus kembali ke kampung halamannya setelah mengetahui ibunya jatuh sakit. Putri yang pulang membawa anaknya pun harus menemui kenyataan bahwa sang ibu, Susana telah bersekutu dengan iblis Jaran Penoleh. Putri pun mau tidak mau harus mengungkap misteri keluarga ini sebelum terjadi masalah yang lebih besar. Bagaimana cara Putri mengungkap misteri tersebut dan apakah ia mampu menyelesaikan perjanjian dengan Jaran Penoleh?

Erwin Arnada selaku sutradara sekaligus penulis skenario menjelaskan bahwa cerita utama di film ini terinspirasi dari kisah nyata yang ia temui saat melakukan liputan jurnalistik di daerah Jawa Tengah pada tahun 1994 – 1995.

“Ketika saya melakukan liputan di daerah Solo – Magetan, saya mendengar cerita tentang jaran penoleh, satu cara pesugihan dengan tumbal berat yaitu menumbalkan keluarga atau anak cucunya setiap 10 tahun sekali. Karena tumbal yang berat inilah, cara pesugihan ini kurang begitu popular. Keunikan cerita ini pun disetujui oleh PFN untuk diangkat ke layar lebar bekerjasama dengan Jaman Studio,” jelas Erwin dalam keterangan tertulis yang diterima KABARI.

Jaman Studio yang menjadi rekanan PFN pun mengakui jika cerita mengenai Jaran Penoleh ini sangat menarik, bahkan belum pernah diangkat ke layer lebar.

Executive Producer Jaman Studio, Soemijato Muin berharap film Anak Titipan Setan akan diterima baik oleh khalayak penonton film Nasional yang tergambarkan dalam capaian box office dalam penayangannya dan film ini menjadi pengingat bahwa bersekutu dengan kuasa gelap bukanlah jalan keluar yang tepat.

Selain memiliki kisah yang menarik karena mengangkat cerita yang tergolong segar di perfilman Indonesia, Anak Titipan Setan juga menjadi ajang kembalinya Gisella Anastasia di panggung layar lebar setelah beberapa tahun vakum.

Kembalinya aktris yang akrab disapa Gisel ini terasa lebih spesial lagi, pasalnya film Anak Titipan Setan menjadi debut film horor Gisel setelah sebelumnya banyak bermain di genre dama.

“Ini merupakan kesempatan yang luar biasa untuk belajar lagi, karena pasti bermain di film drama akan berbeda dengan film horor. Apalagi aku bisa mendapat kesempatan untuk bermain dengan lawan main yang lebih berpengalaman,” tutur Gisel.

Selain Gisella Anastasia, film Anak Titipan Setan juga dibintangi oleh Ingrid Widjanarko dan Annisa Hertami serta aktor berbakat Yogyakarta, seperti Ibnu Gundul, Soeyik, Nano Asmorodono dan memperkenalkan pemain cilik Gabriel Bivolaru.

Film ini menghabiskan waktu pengambilan gambar tujuh belas hari di sebuah desa kecil bernama Desa Mimggir di pinggiran Yogyakarta, bertempat di daerah cagar budaya rumah Joglo yang sudah dibangun sejak tahun 1980-an.