Iwan Sunita 1KabariNews – Gerakan pulang kampung yang dicanangkan saat konggres Diaspora pada tahun 2012, bukanlah semata-mata hanya slogan. Namun ini adalah sebuah gerakan baru yang saat ini sedang terjadi secara global. Sebagai eksestensi Diaspora dan penguatan peran Diaspora Indonesia untuk pemerintah Indonesia. Namun hal itu harus ada perspektif baru tentang Diaspora.

Diaspora adalah aset nasional, Diaspora bukan hanya merupakan Diaspora capital, tapi juga finansial (Diaspora human dan social capital). Demikian yang dikatakan Iwan Sunito, CEO and Founder Crown Group saat memaparkan pendapat dan pemikirannya guna memperkuat eksestensi Diaspora dalam acara Forum Bisnis Diaspora Indonesia beberapa waktu yang lalu di Jakarta yang dihadiri oleh Dino Patti Djalal, Edward Wanadi, dan Dirjen Perundingan Perdagangangan Internasional Kementerian Perdagangan, Imam Pambagio. Dalam kesempatan itu pula membahas peran Diaspora untuk Pemerintah Republik Indonesia.

Laki-laki kelahiran Surabaya Ini yang juga pemenang penghargaan Australian Property Person of The year 2015 mengungkapkan,  melihat keberhasilan negara Vietnam, Tiongkok, Meksiko, dan India dalam pembangunan negara mereka, tak lepas dari peran Diasporanya dan mereka menganggap Diaspora adalah aset nasionalnya. “Jika hal itu dapat diterapkan oleh Indonesia, Saya yakin,  Indonesia akan menyusul negara-negara tersebut” paparnya.

“Peluang global membutuhkan jaringan global. Kita harus terhubung dan berkolaborasi, bukan kompetisi. Investasi Diaspora di negara asal mereka cenderung untuk meningkatkan kewirausahaan lokal sehingga menciptakan lingkaran untuk pertumbuhan dimasa depan”, tutur Iwan menambahkan.

Investor tidak perlu harus membuat pilihan antara menetap di luar negeri atau pulang ke negara asalnya. Mereka dapat melakukan kedua-duanya dan membantu negara asalnya selama masih terlibat dan terhubung di negara dimana mereka tinggal saat ini. Berpindah ke negara lain tidak harus menjadikan Brain Drain, karena jika dijaga bisa menjadi Brain Gain dan Brain Exchange.

Iwan menambahkan, sekarang kita telah memasuki dunia baru, yaitu dunia global. “Saat ini dunia lebih mengglobal, saling terhubung dan saling ketergantungan dari sebelumnya. Sekarang ini adalah tentang bagaimana menghubungkan “ke” dan “berkolaborasi dengan”, “dari pada bersaing dengan”, dan ini merupakan peran kunci bagi Diaspora” ujarnya. Jadi, Diaspora adalah jembatan pengetahuan, keahlian, sumber daya, dan pasar bagi negara asal.

“Saya yakin dengan gerakan pulang kampung yang dicanangkan oleh Diaspora Indonesia akan membawa dampak positif bagi pembangunan Indonesia”, kata Iwan.

Iwan Sunita 3Mengenai eksestensi Diaspora dan penguatan hubungan antara Diaspora dengan Pemerintah Indonesia, perlu diperhatikan adanya redefinisi konsep patriotisme. Patriotisme sudah tidak bisa lagi disamakan dengan “harus tinggal ditempat dimana dilahirkan”, tempat dimana tinggal secara fisik, tidak semerta-merta membuat justifikasi kadar komitmen dan rasa cinta Tanah Air. Lantas perbedaan geografi tidak sama dengan identitas.

“Saya bahkan melihat ada orang Indonesia di luar negeri lebih Indonesia, dibandingkan dengan mereka yang tinggal atau berada di Indonesia”, ungkap Iwan.

Jika mengutip pernyataan mantan Perdana Menteri Jamaika, Portia Simpson Miller yang menyatakan “Kita harus mendefinisikan konsep berbangsa. Berbangsa saat ini bukanlah teritorial, tidak terkait dengan ruang fisik. Bangsa adalah sebuah kontruksi sosial dan politik di dalam dunia tanpa batasan, bangsa sudah tidak lagi terbatasi secara geografis”.

“Saya tetap pada keyakinan saya, bahwa abad ini merupakan abadnya Indonesia. Dan bersama kita bisa menjadi pemimpin, bukan pengikut. Inovator dan bukan Imitator. Memimpin dan bukan mengikuti”, tegas Iwan.

Yang membedakan  bangsa Indonesia  dengan bangsa lain adalah kekayaan budayanya. Walaupun mereka (Diaspora Indonesia) tinggal di luar negeri, namun secara emosional masih terikat dengan budaya bangsa Indonesia. (Yan-Jatim/foto Dok. Iwan Sunita)