Belum lama ini, Google melalui aplikasi Doodle-nya menampilkan sosok Maria Walanda Maramis, seorang tokoh emansipasi dan pejuang hak politik wanita di bumi Nusantara. Doodle sendiri merupakan sebuah fitur yang menampilkan logo-logo Google yang dimodifikasi sedemikian rupa yang ditampilkan bertepatan dengan peringatan atau ajang tertentu di setiap negara di mana Google berada. Kali ini, Maria Walanda Maramis ditampilkan bertepatan dengan peringatan hari ulang tahunnya yang ke-146.

Maria Walanda Maramis lahir pada tanggal 1 Desember 1872 di Kema, sebuah kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Terlahir dengan nama Maria Josephine Catherine, ia merupakan bungsu dari tiga bersaudara anak pasangan Maramis dan Sarah Rotinsulu. Kakak perempuannya bernama Antje, sementara kakak laki-lakinya bernama Andries. Saat berusia enam tahun, kedua orang tuanya meninggal akibat penyakit kolera. Maria pun dibesarkan di Maumbi oleh pamannya yang bernama Enoch Rotinsulu. Oleh karena adanya diskriminasi gender, ia dan Antje hanya diperbolehkan untuk menamatkan pendidikan tiga tahun di Sekolah Melayu, di mana mereka berdua belajar untuk membaca, menulis, serta juga sedikit ilmu pengetahuan dan sejarah. Meski demikian, ia juga belajar banyak hal dari istri pamannya, seperti halnya tata krama pergaulan, etiket berpakaian, tata boga, dan lain-lain.

Google Doodle tampilkan Maria Walanda Maramis (dok. Google)

Pada tahun 1891, Maria mengakhiri masa lajangnya dan menikah dengan Joseph Frederick Caselung Walanda, seorang guru bahasa yang baru merampungkan studinya di Pendidikan Guru di Ambon. Setelah pernikahannya dengan Walanda, ia lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis. Setelah menikah, ia hijrah ke Manado untuk mengikuti suaminya yang bertugas sebagai guru Bahasa Belanda. Di sana, Maria mulai aktif menuliskan buah-buah pemikirannya di sebuah surat kabar lokal Tjahaja Siang. Melalui artikel-artikel tulisannya, ia menunjukkan betapa pentingnya peranan ibu dalam keluarga seperti mengasuh, menjaga kesehatan anggota-anggota keluarganya, dan juga memberi pendidikan awal kepada anak-anaknya.

Berangkat dari prinsip-prinsip yang ia yakini, Maria bersama beberapa tokoh mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada tanggal 8 Juli 1917. Tujuan organisasi ini adalah untuk mendidik kaum wanita yang tamat sekolah dasar dalam hal-hal kerumahtanggaan seperti memasak, menjahit, merawat bayi, pekerjaan tangan, dan sebagainya. PIKAT mampu berkembang bahkan menyebar ke Pulau Jawa. Ia juga terus berjuang dalam upayanya untuk mewujudkan cita-citanya agar kaum hawa memiliki hak yang sama dengan pria. Ia yakin bahwa perempuan memiliki kemampuan yang sama untuk menuntut ilmu, seperti halnya pria. Selain itu, Maria juga berjuang supaya wanita diberi tempat dalam urusan politik, misalnya hak untuk memilih dan duduk dalam keanggotaan Dewan Kota atau Volksraad. Ia senantiasa aktif dalam PIKAT sampai akhir hayatnya pada 2 April 1924. Atas jasa dan perjuangannya, pemerintah memberikan anugerah Pahlawan Pergerakan Nasional untuk Maria Walanda Maramis pada tanggal 20 Mei 1969.

Perangko Maria Walanda Maramis terbitan tahun 1999 (dok. PT Pos Indonesia)

Foto Cover: Maria Walanda Maramis tampil dalam format Google Doodle (dok. Google)