KabariNews – Sinema Imaji bekerja sama dengan Starvision merilis film terbaru mereka bertajuk Hujan Bulan Juni, film ini diangkat dari novel karya Sapardi Djoko Damono atau yang lebih dikenal SDD ini seorang sastrawan yang lihai menulis bait-bait pusisinya dengan kata-kata yang sederhana.

Dikatakan Chand Parwez Servia, selaku produser, mendeskripsikan kedalaman puisi Sapardi Djoko Damono dengan kata-kata, adalah keniscayaan, “Ketika menjadi sebuah novel yang sarat makna kasih sayang dan cinta. Hanya satu media bisa merekamnya, yaitu melalui film,” Kata Chand Parwez saat konferensi pers pemutaran film perdananya di Epicentrum XXI Jakarta Selatan.

Selain itu, Film besutan sutradara Reni Nurcahyo Hestu Saputra ini berkisah tentang kisah Romantisme,

Hujan Bulan Juni  Berkisah dari Pingkan (Velove Vexia), dosen muda Sastra Jepang Universitas Indonesia, mendapat kesempatan belajar ke Jepang selama 2 tahun. Sarwono (Adipati Dolken) nelangsa mendengar kabar ditinggal Pingkan, yang selama ini hampir tidak pernah lepas dari sampingnya.

Sarwono ditugaskan Kaprodinya untuk presentasi kerjasama ke Universitas Sam Ratulangi Manado. Sarwono pun membawa Pingkan sebagai guide-nya selama di Manado. Pingkan bertemu keluarga besar almarhum ayahnya yang Manado. Ia mulai dipojokkan oleh pertanyaan tentang hubungannya dengan Sarwono.

Apalagi kalau bukan masalah perbedaan yang di mata mereka sangat besar. Bukannya Pingkan (dan Sarwono) tidak menyadarinya. Mereka sudah terlanjur nyaman menetap bertahun-tahun di dalam ruangan kedap suara bernama kasih sayang.

“Sebuah Puisi Hujan Bulan Juni menyempurnakan rangkaian perjalanan saya mengenal dan menggaliberbagai macam bentuk Seni. Bagi saya puisi itu hidup, hidup melalui fantasi dan imajinasi. Puisi itu nyata, menghadapi tempaan emosional dan segala bentuk peristiwa, “ kata Hestu

Sebuah kisah Romantisme dihidupkan dalam Puisi dan Novel Hujan Bulan Juni, yang berhasil menjadi Kisah monumental bagian dari sejarah karya sastra seni sepanjang masa. Puisi yang lahir sejak berpuluh-puluh tahun lalu, tentang perjalanan cinta manusia yang tak kunjung padam seolah terus menyala bagai api kedamaian.

Buaian makna mengaliri sentuhan perasaan yang dalam, kekuatan imajinasi berpetualang menyusuri bait-bait bersusun, indah kata-kata berdistraksi menyejukkan bagai fantasi tak bertepi.

“ Kisah dalam Hujan Bulan Juni  tidak hanya sebatas Cinta dan rasa, makna yang lebih personal bisa dinilai dari hadirnya sebuah “ komitmen” sebagai pilihan dan tanggung jawab kita. Tugas saya mengalih wahanakan Puisi dan Novel ke bentuk film Layar Lebar selalu menemukan tantangan dan pencapaian kreatif baru, “ imbuhnya.

Sebagai film dengan pendekatan yang komunikatif tentunya tidak mudah untuk merealisasikan Design kreatif yang sudah direncanakan supaya hasilnya bisa diterima oleh penonton.

“Awal Lahirnya Gagasan terbentuk melalui kejujuran dalam bertutur pada serapan makna atas kehadiran puisi Hujan Bulan Juni yang saya baca. Kejujuran itu juga pergumulan kreatif yang saya ciptakan ke dalam sebuah Konsep penyutradaraan di film ini, “ katanya

“Konsep itu kemudian dikuatkan dengan dasar cerita dari Novel Hujan Bulan Juni sebagai latar belakang dari embrio puisi Hujan Bulan Juni yang ditulis Pak Sapardi Djoko Damono, “ ujar Hestu

Karayanya diangkat ke layar lebar,  Sapardi Djoko Damono berkisah, “Pada tahun 1989 sajak Hujan Bulan Juni dimuat di sebuah Koran, dan dalam waktu beberapa tahun sajak itu berubah ujudnya menjadi lagu, komik, dan buku mewarnai yang disusun oleh seniman lain. Pada tahun 2015 terbit novel Hujan Bulan Juni yang saya tulis sendiri, dan mendapat sambutan yang sangat baik dari pembaca, “ tutur  Sapardi.