KabariNews – Berpuluh tahun lamanya Indonesia berkutat dengan masalah kemacetan lalu lintas. Dengan rencana pengembangan dan perakitan mobil PT ACL-Proton itu, bukankah hanya akan menambah deret panjang antrian mobil di jalan raya? Sejatinya, transportasi seperti apa yang dibutuhkan oleh penduduk Indonesia? Simak OPINI yang telah dihimpun oleh KABARI berikut:

Danang Parikesit Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia

Danang Parikesit,
Ketua Umum Masyarakat
Transportasi Indonesia (MTI)

DANANG PARIKESIT, KETUA UMUM MASYARAKAT TRANSPORTASI INDONESIA

Dari sisi nasionalisme, ujar Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia, keberadaan mobnas selalu terkait erat dengan nasionalisme. Mungkin berbeda dari sudut pandang masyarakat perkotaan yang tidak terlalu sensitif terhadap isu tersebut, melainkan lebih ke kebutuhan seperti cost, safety dan kenyamanan.

Kebijakan mobnas selalu tidak sangat tepat apabila kita kaitkan dengan upaya pemerintah untuk mendorong angkutan umum massal yang masih terseok-seok. Program untuk mendorong angkutan umum juga tidak berjalan progresif, alih-alih pada dasarnya nanti akan meningkatkan kepemilikan kendaraan pribadi yang pada akhirnya mengurangi minat orang untuk menaiki transportasi umum.
Itu yang menjadi catatan untuk mobnas.

Bila kita ingin mengatakan kerja sama itu secara bisnis, silakan saja. Tetapi tidak perlu pada seremonialnya serupa itu. Kita ingin mengingatkan Presiden yang mengatakan bahwa mobil murah no, trasnportasi murah yes. Ini yang harus menjadi catatan kita, yaitu mengingatkan Pemerintah bahwa esensinya bukan produksi mobilnya yang penting, melainkan mendorong mobilitas masyarakat agar jadi lebih baik.

Saya juga melihat di media, koordinasi antara satu kementerian dengan kementerian lainnya belum betul-betul menyatu. Catatan penting, perlu di antara para menteri meluangkan waktu cukup untuk membuat kebjikaan yang tidak kontra produktif. Kita punya banyak pengalaman di zaman dulu yang mengatakan menteri tidak terkoordinasikan dengan baik. Kemudian sekarang, Presiden Jokowi muncul dengan tawaran yang berbeda, yakni kebjiakan adalah milik Presiden dan menteri yang melaksanakannya, sehingga harapannya sinkronisasi dan koordinasi kebijakan dapat terwujud. Ini yang kita tunggu, terutama dalam hal trasnsportasi.

Selain itu, tentang mobnas menurut saya, bukan soal labelnya. Kita terjebak dalam retorika Jepang pada ‘70-an dan Korea ‘80-an di mana semua produksi mereka dilabeli nasional, dengan harapan masyarakat membelinya. Tapi, dengan ekonomi global sekarang, realitas mobnas semakin tidak cocok.

Kalaupun ingin memajukan industri mobil, saya sarankan fokusnya membangun transportasi umum. Di Jakarta saja, dibutuhkan sekitar 15 ribu angkutan umum, termasuk tambahan pasokan, pengganti kendraan yang rusak dan lainnya. Jika Presiden Jokowi, Menteri Perindustrian dan Menteri perhubungan ingin menyusun kebijakan transportasi moda mobil yang populer dan dibutuhkan, sepatutnya memproduksi angkutan umum massal. Ini yang dibutuhkan masyarakat kita.

// <![CDATA[
// < ![CDATA[
// < ![CDATA[
//

DEWA YUNIARDI, KETUA ASOSIASI OTOMOTIF NUSANTARA

ITU BUKAN MOBNAS!

Dewa Yuniardi, Asosiasi Otomotif Nusantara

Dewa Yuniardi, Ketua Asosiasi Otomotif Nusantara

Industri mobnas sulit dikembangkan di Indonesia, karena ini sebuah investasi yang cukup besar, kecuali mendapat dukungan dari pemerintah dan masyarakat sendiri. Tidak bisa sembarangan membiarkan semua merk asing masuk. Kalau tidak, kita menjadi production base, lalu jadi market base. Hanya keuntungannya sebagian besar akan ditarik keluar, karena kita bukan pemilik lisensi atau merk.

Proton sebenarnya mau bangkrut. Kalau kita membeli lisensinya, tidak akan berkembang, karena kita tidak mengerti teknis membuatnya. Sementara model dan teknologi mobil selalu berkembang. Beda jika kita punya lisensi sendiri, sehingga kita dapat mengembangkan, merancang dan mengembangkannya. Ada nilai filosofisnya tersendiri.

Seperti kerja sama dengan Proton, menurut kami, itu bukan mobnas. Istilah mobnas itu adalah mobil yang dirancang di Indonesia, dibuat di Indonesia, dan dilakukan oleh orang Indonesia. Sekali lagi, mobil nasional sejatinya tidak ada campur tangan asing di dalamnya. Kalau memiliki saja, tetapi merancangnya bukan di Indonesia ya bukan mobnas.

Azaz Tigor Nainggolan Ketua Fakta

Azaz Tigor Nainggolan
Ketua Fakta

AZAZ TIGOR NAINGGOLAN, KETUA FAKTA

YANG DIBUTUHKAN MASYARAKAT: ANGKUTAN MASSAL

Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) menyatakan, orientarsi poduksi sekarang lebih ke angkutan umum yang sifatnya massal. Kenapa juga berpikir ke kendaraan pribadi? Lagi pula penjualan Proton itu kecil, hanya 17%, karena masyarakat Malaysia condong ke angkutan umum.

Perlukah mobnas? Menurut saya, kita mesti belajar dari Negara maju. Tidak menjadi bangsa yang boros, yang di dalam budaya transportasi, justru merupakan ciri dari bangsa yang terbelakang. Pembangunan transportasi sepatutnya yang berorientasi ke pembangunan angkutan umum yang bersifat massal. Itulah yang dibutuhkan oleh bangsa yang modern. (1009)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/75230

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

intero

 

 

 

 

kabari store pic 1