sirup berwarnaBadan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menemukan empat jenis pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang menempati posisi teratas sebagai jenis pangan yang tidak memenuhi syarat di tahun 2013. Keempat jenis pangan itu adalah minuman berwarna dan sirup, produk es, jelly atau agar-agar dan bakso.

“Penyebab tidak memenuhi syarat antara lain karena mengandung bahan berbahaya, bahan tambahan pangan berlebih dan atau cemaran mikroba,’’ jelas Direktur Surveilen dan Penyuluhan BPOM Drs Halim Nababan MM dalam Diskusi Publik “Penganan Jajan Anak Sekolah Sehat Bergizi Untuk Generasi Muda Sehat dan Cerdas” yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Komunikasi dan Informasi KEMKOMINFO di Hotel C3 Ungaran, (16/4).

Diskusi publik ini diikuti ratusan peserta mulai dari pengelola kantin SD dan SMP, guru dan siswa SD hingga SMP di Kabupaten Semarang serta aktivis Posdaya. Selain Halim Nababan, tampil sebagai pembicara Konsultan Yayasan Damandiri (YDSM) Wien Sukarsi dan Kabid Pemberdayaan & Promkes, Dinas Kesehatan Kab. Semarang dr. Christi Istiari Rosatuti M.Kes. Acara juga diisi demo memasak jajanan sekolah yang sehat.

Secara keseluruhan, menurut Halim Nababan, dari tahun ke tahun sebenarnya ada peningkatan persentase makanan yang memenuhi syarat. Halim menguraikan hasil pengawasan PJAS dari tahun 2009 hingga 2013. Tahun 2009 pangan yang memenuhi syarat 57,36%, turun menjadi 55,52% di tahun 2010. Namun terus meningkat menjadi 64,54% (2011), 76,11% (2012) dan 80,79% di tahun 2013.

“Ini artinya terjadi penurunan jumlah pangan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi syarat. Penurunan dari 44,48% yang tidak memenuhi syarat di tahun 2010 menjadi hanya 19,21% di tahun 2013. Kita targetkan di tahun 2014 ini, keamanan PJAS Memenuhi Syarat (MS) menjadi 90% dengan intervensi pada 18.000 SD/MI, 10% dari perkiraan 180.000 SD/MI di Indonesia,” tambah Halim Nababan.

Guna mencapai target itu, BPOM telah mencanangkan rencana aksi seperti intensifikasi advokasi dan kerjasama lintas sektor strategis di pusat dan daerah, peningkatan komitmen komunitas sekolah untuk kemandirian pengawasan Pangan Jajanan dan perbaikan infrastruktur / sarana dan prasarana sekolah antara lain air bersih, sanitasi dan kantin sekolah.

“Kami juga terus meningkatkan pengawasan pasokan Pangan Jajanan, optimalisasi intervensi pengawasan dan pembinaan berbasis risiko oleh Pemerintah Daerah dan Badan POM dengan mengikutsertakan peran masyarakat sebagai kader/fasiitator serta pemberdayaan program aksi nasional melalui media massa elektronik dan media sosial,” tandas Halim.

Sementara itu Konsultan Yayasan Damandiri (YDSM) Wien Sukarsi mengajak agar masyarakat kembali ke pangan lokal. Sehingga pangan jajan anak sekolah (PJAS) pun dibuat dari bahan pangan lokal. Pangan lokal adalah pangan yang diproduksi bertumpu pada sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal. “Kita kaya sekali dengan pangan lokal ini,” katanya.

Agar upaya kembali ke pangan lokal ini berhasil, Wien Sukarsi meminta kepada anak didik untuk membiasakan diri menyenangi pangan jajanan berbahan baku lokal. “Siswa juga harus tidak mudah tertarik terhadap pangan jajanan yang tidak sehat serta hindari membeli pangan jajanan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan tentang kebersihannya dan menghindari junk food dan fast food,” pesan mantan guru SMA N 4 Semarang ini. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?63016

Untuk melihat artikel Sana-Sini lainnya, Klik disini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
____________________________________________

Supported by :

Asuransi Kesehatan
Kabaristore150x100-2