KabariNews – Umurnya masih terbilang muda namun siapa sangka prestasinya segudang. Ya, Daniel Oscar Baskoro namanya. Pria 23 tahun ini pernah tercatat sebagai pemenang di World Bank Global Winner Award di London karena inovasi aplikasi teknologinya. Tak hanya itu dia pun pernah menjadi duta Google untuk kawasan Asia Tenggara, salah satu Inspirational Young Leaders, United Nations Population Fund, pemenang Best Public Safety App 2014 di AS dan masih banyak lagi! Teknologi bagi Oscar memang tak dipungkiri seperti mendarah daging saja. Akrab dengan teknologi sedari kecil. Bagaimana kisahnya?

Aplikasi Quick Disaster Daniel dan Tim memperoleh Global Winner competition the World Bank

Aplikasi Quick Disaster Daniel dan Tim memperoleh Global Winner competition the World Bank

Ditemui di Food Court, Kalibata City, Jakarta, beberapa waktu lalu. Oscar berucap apa yang membuatnya lebih bahagia adalah saat membuat orang lain merasa nyaman dengan aplikasi teknologi yang dikembangkannya. Termasuk juga dengan pekerjaan sekarang yang digelutinya sebagai Research Consultant di United Nations, dimana pria kelahiran Yogyakarta, 10 Juli 1992 ini dapat berkolaborasi di bidang teknologi untuk masyarakat, mengedukasi sekaligus membantu masyarakat luas.

Oscar dan teknologi seperti dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Ketertarikannya di bidang teknologi sudah terpupuk semenjak dini, saat Oscar masih SMP. Saat itu sang ayah mempunyai komputer yang baginya tidak terlalu canggih. Alih-alih tak ingin menghambat keingintahuannya, Oscar lantas belajar di warnet (warung internet). Dengan penasaran, Oscar mengotak–atik, browsing kesana kesini. Saking asiknya pernah suatu ketika Oscar harus rela kehilangan sepedanya. Tak hanya sekali bahkan sampai dua kali dia harus kehilangan sepedanya karena sibuk di warnet.

Namun sibuknya main warnet, ternyata berbuah manis. Oscar di bangku SMP sudah berhasil mengembangkan website tentang bagaimana mengajak anak-anak di jalanan agar mau sekolah. Oscar yang belajar secara otodidak memberanikan diri untuk ikut kompetisi yang diadakan oleh Dinas Pendidikan setempat yang bertemakan tentang sekolah. Baginya website sebuah sekolah tidak harus dilihat dari websitenya yang canggih atau bagus, namun bagaimana membuat orang tahu mengenai sekolah, tidak hanya di perkotaan saja melainkan anak-anak di pinggiran jalan. Oscar pun bersama teman-teman membuat website ayusekolah.com. Tanpa dinyana websitenya berhasil menyabet juara pertama padahal saingan website –website sekolah yang canggih dan cantik penampilannya. Dari sinilah hasrat Oscar ingin terus berkarya semakin menjadi-jadi.

Daniel di acara SHELL Livewire Business Start-Up Awards 2014

Daniel di acara SHELL Livewire Business Start-Up Awards 2014

Selepas SMP, Oscar melanjutkan pendidikan ke SMA yang menurutnya sangat humanis, yaitu SMA Kolese De Britto, Yogyakarta. Pendidikan disini baginya tidak hanya dinilai dari angka yang diperoleh melainkan pendidikan yang humanis dan bersifat kerakyatan. Dari pendidikan dan pengalaman yang didapatkannya di SMA, pada kelas 1 SMA Oscar berhasil mendapatkan award dari Think Quest International Achievment, Oracle, tentang bagaimana dampak internet dan edukasi masyarakat tentang internet.

Tak hanya di bidang teknologi informasi saja, Oscar ternyata juga menggemari bidang fotografi. Di bidang fotografi ini pun Oscar berhasil mendapatkan banyak penghargaan. Motivasinya sederhana, bukan untuk memenangkan perlombaan tetapi untuk memupuk jiwa humanismenya. Oscar juga sempat menjadi relawan saat erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Sebagai relawan, dia juga menjadi kontributor portal berita cuma-cuma untuk berbagi informasi.

Lulus SMA, Oscar memutuskan untuk kuliah di UGM debgan mengambil Program Studi Ilmu Komputer Fakultas MIPA. “Ketika hanya humanisme saja kita harus menciptakan solusinya juga untuk masyarakat. Belajar mengenai hal-hal teknis, ketika waktu SMA banyak fotografi dan akhirnya menjadi sampai disuatu titik untuk menciptakan teknologi bagi kemanusiaan “ tutur Oscar.

Di semester awal Oscar lebih banyak belajar di sektor manajerial dan aktif di organisasi kampus dan organisasi lainnya termasuk PPSMB (Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru) Universitas Gadjah Mada. Dia bersama teman-temannya sebagai inisiator untuk mengubah ospek UGM yang kesannya angker menjadi hal yang menyenangkan. Setelah 15 tahun ospek dilakukan di UGM, yang tadinya mengesankan nuansa “seram” bisa menjadi menyenangkan. Singkat cerita, Oskar berhasil menyelesaikan kuliahnya sekitar empat tahun lebih. Selama mengerjakan skripsi, Oscar melalang buana aktif dimana-dimana, hampir di empat benua di dunia dari Australia, Asia, Eropa sampai Amerika.

Menjadi Google Ambassador dan Teknologi Wearable

Bersama Robert Blake, Duta Besar AS untuk Indonesia

Bersama Robert Blake, Duta Besar AS untuk Indonesia

Di tahun 2013, Oscar terpilih menjadi Google Student Ambassador dan ini mendorong dirinya untuk semakin memiliki jiwa inovasi dan kreatifitas di bidang teknologi. Program Google Student Ambassador sesuai dengan visi misinya tentang bagaimana meng-edukasi masyarakat supaya hidup menjadi lebih banyak. “Teknologi membuat efisien hidup manusia sehingga hidup manusia menjadi lebih bahagia. Hal lain juga mensosialisikan pemanfatan teknologi dan riset teknologi bersama google.”katanya.

Oskar mencontohkan aplikasi Quick Disaster yang berhasil dikembangkan bersama teman- temannya dari UGM yaitu Zamahsyari, Bahrunur, Sabrina Anggraini, dan Maulana Rizki. Dengan aplikasi Quick Disaster, pengguna Google Glass akan mendapat informasi potensi bencana ketika berkunjung ke suatu tempat, informasi diantaranya jalur evakuasi dan apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana, serta kemampuan berbagi informasi tentang bencana yang terjadi. Melalui aplikasi Quick Disaster, Oscar dan timnya berharap bisa meminimalisir jatuhnya korban ketika terjadi suatu bencana.

Selain itu pada akhir tahun 2014, aplikasi diciptakan juga olehnya bersama kawan-kawannya di UGM. Dan yang membanggakan, aplikasi yang diberi nama Realive ini memenangkan penghargaan Best Public Safety App dalam kompetisi aplikasi yang diselenggarakan oleh dua perusahaan teknologi besar Amerika Serikat, AT&T, dan IBM di jantung industri teknologi dunia, Silicon Valley, AS.

Realive ini sendiri adalah aplikasi penanganan kecelakaan secara real time yang dikembangkan pada platform Android Wear dan Google Glass. Aplikasi tersebut dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait dan terdekat, seperti polisi, petugas pemadam kebakaran, petugas kesehatan, dan yang lainnya saat terjadi kecelakaan. Dengan memakai Realive, pertolongan bisa dilakukan dengan cepat karena informasi langsung ditujukan kepada petugas yang berada di sekitar lokasi kecelakaan menggunakan perangkat wearable. Selama proses penanganan korban kecelakaan, petugas terkait juga dapat mengakses informasi terkini mengenai kondisi kecelakaan yang terjadi pada saat itu. Aplikasi ini mampu menyajikan pertolongan terhadap 20 kategori kecelakaan, termasuk bencana alam.

Daniel bersama Indonesia young innovator of the year, Founder & CEO Go-Jek Nadiem Makarim

Daniel bersama Indonesia young innovator of the year, Founder & CEO Go-Jek Nadiem Makarim

“Amerika Serikat bagi saya adalah tempat terbaik untuk belajar tentang perkembangan teknologi. Jangan terlalu idealis, karena ketika menciptakan inovasi harus melihat juga perkembangan teknologi di luar negeri, dan ciptakanlah suatu koloborasi yang indah untuk masyarakat banyak.” kata Oscar.

Akan halnya dengan teknologi wearable, Oscar mengatakan teknologi ini merupakan suatu potensi tersendiri bahwasanya teknologi wearable sejatinya adalah teknologi yang merekat dalam hidup kita. Oscar mencontohkan seperti Handphone dengan sifatnya kecil dan praktis, tetapi tidak merekat dalam tubuh dan teknologi wearable memotong itu semuanya.

“Teknologi wearable membuat gap antara teknologi dan manusia semakin dekat, seperti google glass, dan lainnya. Handphone sudah ada di tahun 1980-an tetapi belum popular. Di tahun itu mana ada orang yang memakainya. Ketika 30 tahun kemudian hampir semuanya menggunakan handphone. Saya pikir teknologi wearable akan seperti handphone. Dan kita sebagai anak muda Indonesia harus berpikir bagaimana Indonesia selangkah lebih maju untuk menciptakan teknologi.” pungkas Oscar. (1009)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/79724

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

lincoln

 

 

 

 

kabari store pic 1