Screen Shot 2014-06-16 at 3.15.47 PM

Stephanie Marcia Suryahadi baru saja lulus dari Manhattan School of Music dan mendapat gelar professional studies in music performance. Selain itu juga dapat gelar sarjana dan master peabody conservatory of the John Hopkins University. Melakukan pertunjukan musik utama dengan memainkan alat musik bassoon dan harpa. Tahun lalu, dia bergabung di BANFF summer music festival di Kanada selama tiga bulan selama musim panas di mana Marcia harus berlatih dan bertemu semua musisi profesional dan tampil di sana selama tiga bulan. Mengambil audisi pada bulan Februari dan menerima kabar baik pada bulan April, Marcia pun pergi ke sana pada bulan Juni. Bagaimana serpak terjang Marcia dengan bassoon dan harpanya, berikut petikan wawancaranya dengan Kabari

KABARI : Bisa diceritakan tentang BANFF Music Festival?

Marcia : BANFF itu center buat arts, such as photography, painting, music, drama, dan ballet. They are doing an art festival every year for three months in summer. Aku dapat kesempatan bertemu musisi dari sekolah lain disana, dan ada guru-guru dari around the world come to give master classes. Selain itu yang menyenangkan disini bukan cuma performing, tapi aktivitas yang dilakukan bersama, jadi kita connect banget sama guru dan musisi terkenal yang sebelumnya aku cuma pernah lihat di TV atau aku cuma pernah dengar rekamannya. There I got to meet them in person, and actually work with them. It was such an experience.

KABARI : Bagaimana caranya bisa masuk BANFF?

Marcia : BANFF music festival setiap tahun buka audisi dari Januari sampai April. Mereka tour audition di Amerika, Eropa, dan Asia. I believe you can also send recordings ke mereka. Aku waktu itu datang ke audisi mereka bulan Februari di Boston. Mereka minta aku main solo sekitar 15 menit, dan ada sedikit wawancara. Di April, mereka bilang bahwa aku keterima dan aku dapat scholarship untuk bergabung selama tiga bulan

KABARI : Adakah orang Indonesa disana selain Marcia disana?

Marcia : Waktu ikut BANFF aku coba cari orang Indonesia disana tapi tidak ada. Biar pun banyak sekali orang Asia, tapi aku orang Indonesia satu-satunya saat disana.

KABARI : Dulu Marcia di Indonesia pernah ikut Twilite Orchestra nya Addie MS. Bisa diceritakan?

Marcia : Waktu tahun pertama aku belajar bassoon, Twilite Youth Orchestra_ dikelola oleh mas Addie MS dan Erik Awisaat itu buka audisi. Aku coba audisi bassoon dan diterima. Di sana kita bisa main dan dimentori oleh seniornya Twilite Orchestra. Jadi pada saat itu, aku mendapat kesempatan untuk belajar dari Pak Hendri, pemain bassoonnya Twilite Orchestra. Setelah belajar beberapa lama di Twilite Youth Orchestra, beberapa pemain dipilih dari Twilite Youth Orchestra untuk ikut konsernya Twilite Orchestra. Jadi waktu itu aku pernah gabung Twilite Orchestra, konsernya Final Fantasy nya mereka di Senayan. Setelah itu aku pernah gabung di Jakarta Chamber Orchestra, Jakarta SymphonyOrchestra, dan Jakarta Conservatory Ensemble.

KABARI : Apa perbedaannya orchestra di Indonesia sama di luar negeri?

Marcia : Di Amerika, aku melihat mereka sangat antusias dan mereka appreciate saat kita main lagu klasik. Setiap kali konser pasti penuh, dan pakaiannya rapi formal. Waktu di Indonesia, aku merasa kita kalau pilih lagu tidak bisa benar-benar klasik, karena penonton Indonesia kurang familiar sama itu. Jadi kita harus pilih lagu yang familiar sama penonton supaya mereka tertarik untuk nonton.

KABARI : Kalau dari pemain musiknya sendiri? Bedanya pemain di Indonesia dan Amerika?

Marcia : Salah satu perbedaan dari pemainnya itu aku merasa pemain di Amerika jauh lebih mendengarkan satu sama lain, sedangkan di Indonesia, aku merasa kadang semua orang hanya main notes tanpa mendengarkan yang lainnya. Padahal dalam satu orkestra kamu tidak main sendiri, kamu main bersama 60 oranguntuk membuat satu harmony.

KABARI : Siapa inspirasi Marcia?

Marcia : Insiprasi aku adalah Frank Morelli. Aku banyak dengar rekamannya dari pertama kali belajar bassoon waktu SMP 3. Pada saat aku bachelor di John Hopkins kita pakai buku-buku metode yang dia tulis dan dia disebut juga sebagaithe Godfather of Bassoon. Di Amerika, aku coba kontak dia dan dia mau mengajar aku secara private. Jadi, aku dimentor dia selama dua tahun, dan buat aku itu benar-benar such anexperience.

KABARI : Waktu Marcia mau minta kuliah jurusan musik, bagaimana tanggapan keluarga?

Marcia : Pertama-tamanya pasti orang tuabertanya, ‘Yakin mau ambil musik?’ karena situasi di Indonesia pun belum terlalu mendukung. Tapi orang tua aku bilang kalau aku bisa keterima di conservatory music yang bagus di Amerika, aku boleh ambil musik kalau tidak ya aku ambil jurusan lain. Jadi saat itu, aku coba mendaftar ke banyak sekolah dan aku keterima di Peabody Conservatory of John Hopkins for Bachelor.

KABARI : Ada pengalaman yang tidak enak sewaktu kamu berlatih musik ?

Marcia : Dulu aku sampai harus pergi ke Singapura untuk belajar bassoon privat sama guru di sana setiap minggu, karena di Indonesia, gurunya hampir tidak ada. Kalau ada pun tidak ada di Jakarta.
Dan satu lagi, saat aku sudah di Amerika, aku kaget banget karena semua orang latihan terus. Jadi pertamanya aku struggle lihat “Wah semua orang belajar berjam-jam di ruangan latihan sendiri!”. Dan di tahun kedua kuliah, semua orang sudah jago sementara aku merasa aku yang paling tidak mengerti apa-apa, dan masih mencoba untuk adaptasi.

KABARI : Ada tips buat yang baru mau atau sedang belajar musik?

Marcia : Yang pasti pertama latihan itu penting banget, dan latihan harus diperlakukan selayaknya kamu makan atau kamu mandi. Musisi-musisi hebat itu bisa seperti itu karena latihan, dan latihan itu bukan sesuatu yang kamu bisa raih dalam satu hari. Itu overtime, kaya otot kamu latih setiap harinya. Kamu juga harus keluar, find connection, dan sosialisasi dengan musisi lainnya. Kamu juga harus tahu no matter how much you practice pasti there is someone better than you, but you can always improve. That means there is always a room for improvement.

KABARI : Sebentar lagi, Marcia akan kembali ke Indonesia. Kegiatan apa yang nanti akan lakukan di Indonesia?

Marcia : Aku sekarang masih internship di New York. Di sana aku menangani artistic management dan juga teaching. Tapi aku mau pulang Indonesia, mungkin akhir tahun ini. Aku mau coba mengajar di Indonesia sambil pelan-pelan buka sekolah musik sendiri, especially yang fokus di chamber music, dan bisa kasih fasilitas buat orang-orang belajar semua instruments termasuk woodwinds and harp di Indonesia. Aku juga berharap semoga aku bisa konser keliling Indonesia, dan juga buat rekaman nanti.

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?66998

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

lincoln