Memasuki masa-masa kampanye terbuka, seluruh partai politik sibuk menggelar kampanyenya dimana-mana.

Mulai dari lapangan bola, tempat parkir, jalan-jalan, gelanggang olahraga, dan sebagainya tidak luput dari sasaran partai politik untuk dijadikan lokasi berkampanye.

Ratusan bahkan ribuan para pendukungnya dikerahkan setiap kali mengadakan kampanye, tidak ketinggalan berbagai macam atribut kampanye turut digunakan. Hal hasil, setelah kampanye selesai akan terlihat sampah dimana-mana.

Sampah dari bekas kemasan air minum, bungkus makanan dan  sebagainya banyak ditinggalkan begitu saja oleh para peserta kampanye. Bila sudah demikian, maka petugas kebersihanlah yang memiliki pekerjaan tambahan.

Photobucket

Rezeki Pemulung

Namun sampah-sampah inilah yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang seperti Yati dan Teguh.

Bagi Yati (30), dirinya datang ke kampanye bukanlah untuk melihat dan mendengarkan orasi, melainkan untuk mengais rejeki dari sampah-sampah yang ditinggalkan peserta kampanye.

Yati mengaku, dirinya tidak peduli acara kampanye, bahkan disaat peserta kampanye asik bergoyang menikmati hiburan dari artis-artis pendukung partai politik, Yati hanya sibuk memunguti sampah-sampah yang dibuang sembarangan.

Mulai dari sampah botol air mineral, koran, kardus tempat makanan dan sebagainya, dikumpulkan Yati satu persatu.

Yati yang ditemani anaknya Andi (2), mengaku berasal dari Jawa. Dia  dan suami datang ke Jakarta untuk mencari penghasilan.

Tapi mencari pekerjaan di Jakarta, sulit bukannya main, apalagi kalau tak punya ketrampilan dan ijasah memadai. Akhirnya pekerjaan sebagai pemulung yang bisa dilakukan mereka sesampainya di Jakarta.

Photobucket

Seperti yang dilakukannya di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, pada Jumat (20/3), disaat semua orang larut dalam kegembiraan kampanye dan hiburan artis-artis pendukung partai politik, Yati dan Teguh hanya sibuk mengumpulkan sampah seperti kemasan air mineral, kardus makanan dan sampah lainnya.

Yati mengaku, memasuki masa kampanye seperti saat ini, pendapatannya lumayan bertambah, “Alhamdulillah pendapatan sedikit bertambah mas, apalagi di musim kampanye kaya gini, sebab kami tidak harus berkeliling jauh untuk mengumpulkan sampah-sampah,” ucapnya.

Saat ditanya berapa jumlah penghasilannya dari hasil mulung di saat kampanye, Yati dan Teguh hanya tersenyum,”Yah cukuplah buat jajan anak, makanya dimana saja ada kampanye dan itu kampanye partai besar, pasti saya akan datangi mas, sebab sampah yang ditinggalkan pesertanya pasti banyak juga.” tambahnya.

Banyaknya partai politik di Pemilu 2009 ini ternyata disambut dingin oleh orang-orang seperti Yati, “Saya sendiri belum tau mas mau pilih partai mana, bingung…yang penting mah sekarang saya bisa makan dan minum serta beli jajan anak sudah cukup mas, masalah memilih partai mana saya belum tau mas.”

Pesta demokrasi memang menjadi pesta seluruh rakyat Indonesia untuk memilih calon pemimpin kedepan nantinya, bagi Yati dan Teguh serta si kecil Andi, mungkin memiliki banyak harapan yang ingin disampaikan kepada para calon pemimpin Indonesia kedepan, tetapi bagi mereka sekarang ini, bisa makan dan minum saja sudah cukup senang.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?32819

Untuk melihat Berita Indonesia / Jakarta lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket