Jessy WenasJessy Wenas (75) pada dekade 1960 sampai 1970-an dikenal sebagai seorang musisi serba bisa. Tak hanya sebagai pemain  dari beberapa band saja, pria yang lahir tanggal 14 April 1939 ini juga aktif menciptakan lagu untuk penyanyi-penyanyi seperti Ernie Djohan, Titik Puspa, Bob Tutupoli, Titik Sandhora dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, Jessy pun pernah tergabung dalam band yang bernama Aneka Nada dimana Guntur Sukarno Putra bermain sebagai pemain drum disana. Dijumpai di rumahnya yang terletak di wilayah Condet, Jakarta Pusat, Jessy kembali mengenang kehidupannya sebagai seorang seniman kepada kabarinews.com.

Jessy mengingat, masa kecilnya banyak dihabiskan di tempat kelahirannya di Tomohon,  Sulawesi Utara. Kesukaannya terhadap musik mulai dirasakannya saat Jessy sekolah di Sekolah Rakyat (SR). “Saya sudah mengagumi bunyi gitar dan kebetulan ayah saya punya gitar dan rasanya enak sekali itu bunyi gitar” kata dia. Setelah dewasa, Jessy ikut orang tuanya pindah ke Bandung, lantas meneruskan pendidikan  SMA di Bandung. Waktu itu dia mengatakan, di kota itu sudah ada beberapa kelompok-kelompok band. “Kalau  ada perpisahan sekolah saya ikut band sekolah, kemudian di SMA sudah ada band Alulas yang menyanyikan  lagu apa saja” bilang Jessy.

Bagi dia, menjadi seorang pemain band menjadi kebanggan tersendiri dan untungnya keluarganya tidak keberatan dengan aktivitas berkesenian anaknya. “Orang tua dulu mikir daripada aktifitas gak karuan, lebih baik jadi pemain band saja” kata Jessy. Karena bukan uang yang dicari waktu itu, tetapi bayaran untuk seorang SMA, baginya, sangat cukup daripada tidak ada sama sekali. “Senang-senang dan makan gratis apalagi pas ngeband di acara yang dilakukannnya di hotel-hotel” tutur pria bernama asli Jehezkiel Robert Wenas ini.

Setelah lulus SMA, Jessy mengawali karir bermusiknya dari pertengahan tahun 1950-an sampai 1960-an. Dia sempat tergabung dalam band Aneka Nada di Bandung sebagai penyanyi dan pemain gitar. “Dulu band Aneka Nada anggota-anggotanya itu Sam Bimbo yang sekarang dilkenal dengan trio bimbo. Guntur Sukarno putra yang poisisi gitar dan drum dan Iwan (Bass), Indradi (Drumer), Samsudin, Atjil, Memet Slamet (vocal). Aneka Nada bersama Jessy Wenas banyak memainkan musik berirama Amerika Latin yang berirama cha-cha seperti lagu Trio Los Ponchos. Sedikit-sedikit ada lagu barat yang berirama rock, tetapi tidak banyak karena ada larangan ngak ngik ngok, “Dulu turnya kita pakai bus PPD yang disewa oleh Istana keliling pulau jawa, ya disewa oleh Istana karena kan ada Guntur di band kita” kata Jessy yang pernah menjadi kolumnis budaya di harian Sinar Harapan.

Selain band, Jessy mengatakan di tahun 1960-an kebutuhan akan lagu di dunia rekaman sudah menggeliat. Irama record, sebuah perusahaan rekaman yang berkantor di Jakarta sudah  berhasil merekam lagu sendiri seperti lagu dari penyanyi  Rahmat Kartolo dan Alfian. “Yang sudah popular dan membentuk pasaran sendiri, musik rekaman sudah ada klasifikasinya yaitu Pop barat dan pop Indonesia” kata dia.

Dari pengalamannya bermain band, Jessy juga menciptakan lagu. Adalah Lagu berjudul  “Abunawas”, lagu pertamanya yang diciptakan pada tahun 1961. Direkam Irama Record lantas dinyanyikan oleh Yanti Bersaudara kemudian diedarkan melalui piringan hitam. Lagu itu terinspirasi dari lagu pop barat yang terkenal dengan nada-nada timur tengahnya, Jessy lalu mempelajarinya dan lahirlah lagu tersebut. Jessy bilang cerita yang paling mengena ya lagu abunawas itu. Di tahun yang sama dia juga menciptakan lagu “Si Gareng”,“Kisah Setangkai Daun”, “Menuai Padi”.

Yang menarik dari lagu “Abunawas” ini adalah selain dipopulerkan oleh Yanti Bersaudara, lagu ini juga dinyanyikan oleh mahasiswa di tahun 1966 dalam demonstrasinya menentang Sukarno. Tentu, kata Jessy, syair lagunya telah dirubah. “Lucu juga penciptanya adalah pecinta Sukarno, tetapi saya senang saja bisa dipakai jadinya lagu itu semakin terkenal” kata dia.

Menjadi Seorang Pencari Bakat dan Pencipta Lagu

Selain bermusik Jessy sempat pula kuliah di ITB jurusan Seni Rupa. Hanya saja di Tahun 1966, Jessy dipecat dari almamaternya. “Dulu saya anggota dari GMNI, terus dekat pula  dengan Guntur Sukarno Putra” bilang dia. Sempat Setelah tak lagi kuliah, Jessy kemudian  kerja di perusahaan rekaman Remaco pada tahun 1967 sampai tahun 1970.

Di sana, Jessy selain juga bermusik juga menciptakan lagu untuk para penyanyi. “Saya mencipta lagu karena ada kebutuhan saja, studio meminta lagu lalu saya buatkan lagu” kata dia.  Disana, seperti yang Jessy bilang sistemnya kita maksudnya para pencari bakat/pencipta lagu menyodorkan ke produser, penyanyi kita, berikut dengan bandnya. Lagu kita ciptakan dan sebelum direkam ada kira-kira satu tim yang untuk menilai apakah lagu ini cocok untuk penyanyi atau tidak. “Produser menitipkan satu hal, dalam satu lagu piringan  hitam, yang isinya delapan lagu harus ada satu lagu yang berhasil. Oleh karena itu setiap kali rekaman, pencipta lagu pimpinan band berembuk untuk mengusahakan agar lagu ada yang laku” kata Jessy.

Nah, dalam  merekrut penyanyi-penyanyi berbakat, Jessy “hunting” ke daerah-daerah yang kala itu sudah ada kegiatan Pop Singir.  Melalui itulah dari pencari bakat di Remaco ini mencari penyanyi-penyanyi dan beberapa kali Jessy juga menjadi juri di acara tersebut. Terkadang dia memilih penyanyi bukan dari juara satu tetapi lebih ke arah feeling, lalu dibawa ke Remaco untuk rekaman. “Tahun 1967-1968 kita ingin berhasil mengalahkan pasaran musik Pop Barat dan yang pertama kali berhasil itu Riyanto dan rekaman Tety Kadi, melebih penjualan piringan hitamnya The Beatles di Sarinah sekitar tahun 1967” kata dia.

Sistem ini berlaku sampai tahun 1970, karena pada dekade itu terjadi perubahan, dimana piringan hitam berubah jadi kaset yang diiringi dengan perubahan bentuk produksi sampai tahun 1970-an. “Karena kita yang mensuplai musik pop kepasaran dari perusahan Remaco dan Irama, jadi produser itu menunggu lagu yang kita ciptakan. Kalau ada yang satu lagu yang top itu biasa berurutan karena kita sudah menemukan ramuannya maka jadi saya melahirkan lebih satu lagu yang top” kata Jessy.

Ketika berubah, dimana peranan pencipta lagu berkurang dan yang menentukan adalah pimpinan band dan produser yang menjual kaset, pimpinan band yang menentukan lagu yang akan dinyanyikan oleh penyanyi. Sehingga pemain band yang mencari penyanyi, karena satu kaset isi banyak lagu dari 24 lagu dalam kaset hanya dibutuhkan satu lagu yang hits. “Ini yang sulit dicapai oleh system itu dari banyak lagu belum tentu yang hits. Lalu mereka menghapus buat lagi rekaman lagu, lahirlah tiga kaset seharga Rp.1000.” kata Jessy. sistem pertama tidak dipakai, setiap studio ada teamnya sendiri yang mensuplai lagu, pemain, penyanyi kepada produser. “Kalau hasilnya baik diteruskan, kalau gagal penyanyi turun tapi tim itu tetap ada di studio. Kami bukan pegawai, karena kami pencari bakat yang mencari penyanyi di seluruh daerah” kata Jessy. Setidaknya kurang lebih lagu 200 lagu Jessy ciptakan dari tahun 1961-1970.

album Ernie DjohanDi studio Remaco (30 Juli 1966), “Di tepi Kola”,  “Peluklah Daku dan Lepaskan”, “Mega di Kala Senja (ciptaan tanggal 2 Juli 1966), “Pergi dan Kembali” (ciptaan tanggal 1 Juli 1966). Tahun  1967,  Lagu ciptaan yang direkam di studio Remaco, bersama band studio Remaco (A.Riyanto, Joppy Item, Zaenal Arifin, Enteng Tanamal,dkk), “Semalam di Kota Bogor”, penyanyi Alfian. (PH. Aneka 12″.Vol.4), “Kini Ku Rindu”, penyanyi Tatty Sale,  “Yang Terakhir”, penyanyi Tatty Saleh. Dari tahun  1967-1968,  Lagu ciptaan yang direkam di studio Remaco, penyanyi Ernie Djohan “Pemalu” (ciptaan tanggal 6 Maret 1967,  “Ingin Kembali” (ciptaan tanggal 29 Maret 1967), “Tidak Kutanya Lagi”, “Samudraku”,  “Setengah dari Hatiku”, “Mutiara yang Hilang”.

Tahun  1968 , Lagu ciptaan yang dinyanyikan Bob Tutupoli, “Mengapa Tiada Maaf” (ciptaan tanggal 2 April 1968), dinyanyikan kembali oleh Yuni Shara, “ Wanita”. Lagu ciptaan yang dinyanyikan Titiek Sandora “Si Jago Mogok”, “Si Boncel”, “Jangan Tertawa”, “Warung Kopi” (duet dengan Muchsin Alatas), Micoma (Oh Mama). Lagu ciptaan yang dinyanyikan Titik Puspa, “Antara Sepi dan Kesepian”, “Penyesalan”. Di Tahun yang sama lagu ciptaan yang dinyanyikan Patty Bersaudara,  “Cintaku Abadi Untukmu” (ciptaan tanggal 6 Juli 1968), “Kisah Seribu Satu Malam”. Pun dengan lagu ciptaannya yang dinyanyikan Tetty Kadi, “Pramugari Udara”, “Bungaku”, “Bisikan Angin”, “Kuda Terbang”, “Tiada Maaf Bagimu”.

Lagu ciptaan yang dinyanyikan Anna Mathovani “Antara Pria dan Wanita”, “Menyambut Malam Tiba”, “Tukar Tambah”, “Penyelam Mutiara”, “penyanyi Lilies Suryani”. Tahun 1969, Lagu ciptaan yang dinyanyikan Elly Kasim “Jangan Kau Paksakan”, “Tak Usah Ya”. Tahun 1970,  Lagu ciptaan yang direkam di Metro Studio, penyanyi Ineke Kusumawati “Melati di Musim Kemara”,  “Bila Teringat Padamu”, “Pertama Berkenalan” (duet dengan Oma Irama), “Rindu Tiada Obatnya”. Jessy juga pernah menciptakan lagu untuk penyanyi Oma Irama, “Diam-diam Jatuh Hati”, Hari Ini Tiada Cinta”,  “Mohon Diri”, “Mak Tjomblang”, penyanyi Bing Slamet. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?65847

Untuk melihat artikel Kisah lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

asuransi-Kesehatan