Buku merupakan jendela dunia, dengan membaca buku maka kita dapat mengetahui segala hal di seluruh penjuru dunia.

Kata-kata di atas merupakan salah satu kiasan dari arti pentingnya
membaca buku. Selain sebagai gudang ilmu, banyak hal positif yang bisa
kita dapatkan dari aktivitas yang sebagian orang kadang dinilai sangat
membosankan tersebut. Mulai dari mengenal kosa kata baru, hingga tempat
baru yang tidak pernah kita kunjungi dan bayangkan sebelumnya, semuanya
ini bisa kita dapatkan dari membaca.

Kegiatan inilah yang coba “ditularkan” oleh sejumlah anak-anak muda,
khususnya mereka yang tergabung dalam Kelompok Kerja Sosial (KKS) Melati.

Berawal dari hobi mereka yang suka berkumpul dan bertukar informasi, para relawan di KKS Melati ini berusaha untuk mengajak para anak-anak usia sekolah untuk lebih gemar membaca.

Meski pada awalnya dimulai dengan beberapa buku hasil “cuci gudang” yang dimiliki para relawan, para aktivis di KKS Melati memulai pertama kali aksi mereka dengan cara berkeliling, atau biasa mereka sebut dengan “ngamen”.

Adalah Virgina, Rini dan Nanda yang pertamakali memotori kegiatan gemar membaca di KKS Melati ini.

Di rumah baca KKS Melati yang terletak di
Jalan Ampera II No 17A RT 005 / RW 009, Jakarta Selatan, Virgina
menuturkan, bahwa sebelum menjalani aksi sosial ini, ia dan dua orang
rekannya tersebut pada mulanya adalah relawan yang berusaha
memperkenalkan lokasi rekreasi Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan,
sebagai lokasi wisata yang memiliki nilai edukasi tinggi, dan bukan
semata hanya menjadi tempat wisata yang murah meriah.

Namun dengan berjalannya waktu dan beberapa alasan, kegiatan mereka
pun akhirnya terhenti. Karena sudah tidak ada kegiatan lagi inilah maka
muncul ide untuk membentuk sebuah wadah yang bertujuan mengajak
anak-anak untuk gemar membaca.

Ide tersebut timbul karena Virgina, Rini dan Nanda melihat bahwa
minat membaca pada anak-anak saat ini sudah mulai turun. Terlebih lagi
anak-anak sekarang terlihat lebih suka memilih bermain game atau
jalan-jalan dibandingkan membuka buku bacaan.

“Pertama kali kita mulai, itu kita keliling dulu, mulai dari tetangga
sebelah rumah. Dan keliling waktu itu di bulan puasa tahun 2001. Bawa
tiker untuk jadi alas dan gelar buku-buku, bahkan orang-orang mengira
kita mau dagang apaan gitu,” ungkap Virgina.

Namun karena aksi yang dilakukan ini kurang menarik perhatian
masyarakat, khususnya anak-anak sekitar, akhirnya mereka pun beralih
dengan cara membacakan buku dihadapan beberapa anak kecil dengan suara
keras, seperti layaknya sedang mendongeng.

Cara ini dilakukan selama kurang lebih lima tahun. Hingga akhirnya
pada tahun 2006, mereka pun mendapatkan sebuah lokasi tetap untuk
dijadikan taman baca bagi anak-anak sekitar.

Buku-buku yang tersedia di rumah baca KKS Melati ini diperoleh dari berbagai sumbangan para donatur dan koleksi buku-buku pribadi para relawan.

“Semua jenis buku boleh, asalkan jangan komik. Karena beberapa komik
biasanya ada unsur bacaan dewasanya. Ini kita hindari,” tegas Virgina.

Sementara itu, nama KKS Melati sendiri
muncul saat mereka sedang mengikuti sebuah kegiatan sosial, yang
menyebut mereka sebagai kelompok kerja sosial. Dari sinilah nama
Kelompok Kerja Sosial atau disingkat degan KKS lahir. Sedangkan nama Melati mereka ambil karena dinilai sangat memiliki arti cukup dalam, meski terlihat sederhana.

“Melati itu kecil tapi memiliki makna cukup dalam. Memang kegiatan
kita ini sangat kecil tapi punya makna besar, maka jadilah selanjutnya
kita sebut KKS Melati,” imbuh Virgina.

Bak melati putih dan kecil, KKS Melati
hanyalah satu dari sekian banyak kelompok yang tumbuh di Jakarta untuk
mencoba memberi arti sekaligus menebarkan wangi bagi lingkungan sekitar.
Kelompok yang percaya apabila banyak aksi sosial serupa seperti ini,
maka lingkungan kita untuk menjadi lebih baik dapat cepat terlaksana
demi mewujudkan bangsa yang lebih baik pula.

Meski kegiatan utama mereka adalah meningkatkan minat baca pada
anak-anak, namun rupanya banyak kegiatan lain yang biasa mereka
kombinasikan demi menarik minat anak. Seperti sunatan massal, Kunjungan
ke rumah sakit anak, outing anak jalanan, melukis, bermain musik dan lainnya dengan tetap menyisipkan kegiatan utama mereka, yakni membaca.

Untuk memperluas kegiatan ini, KKS Melati juga melakukan aktivitas rolling
buku atau peminjaman buku secara bergilir. Langkah ini dilakukan untuk
beberapa rumah singgah bagi anak-anak jalanan di kawasan Ibukota. Tidak
hanya orang dewasa saja yang menjadi relawan di sini, tapi juga ada
anak-anak atau yang biasa mereka sebut dengan relawan cilik.

Salah satunya adalah Cindy. Sejak lima tahun silam, Cindy dan beberapa teman-temannya sudah aktif menjadi relawan cilik di KKS Melati. Pada awalnya mereka adalah anak-anak dari lingkungan sekitar rumah baca KKS
Melati yang rutin berkunjung. Karena mudah bergaul dengan remaja seusia
mereka, maka Cindy pun suka mengajak anak-anak lain untuk datang ke
rumah baca KKS Melati.

Selain dijadikan tempat membaca, di sini para anak-anak juga dapat
saling bantu-membantu dan bertukar pikiran mengenai tugas mereka di
sekolah.
“Kadang, kalau ada PR (Pekerjaaan Rumah), saya sering minta bantuan
kakak di sini jika tugasnya susah,” ucap Cindy yang sekarang duduk di
bangku SMP.
Bahkan, para orangtua pun lebih mempercayai anak-anak mereka untuk
berada di rumah baca tersebut, dibandingkan berada ditempat main yang
tidak jelas dan sulit dipantau.

Cindy mengaku, bahwa dia sangat suka membaca novel, dan salah satu
yang disukainya adalah karya Andrea Hirata, penulis “Laskar Pelangi”.

Untuk membiayai dana operasional sehari-hari, seperti sewa tempat dan
sebagainya, biasanya mereka dapat dari para dermawan. Meski demikian,
para relawan ini juga tidak segan-segan untuk merogoh kocek mereka
masing-masing supaya kegiatan sosial di KKS Melati tetap berjalan. (arip)

Untuk nonton video part 2, Klik disini

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?36711

Untuk

melihat artikel Sana-Sini lainnya, Klik

di sini

Mohon beri nilai dan komentar di
bawah artikel ini

____________________________________________

Supported

by :