KabariNews – Kaum Tionghoa yang datang berabad-abad lalu ke Indonesia, telah membentuk silang budaya dengan kebudayaan setempat dimana mereka tinggal. Mereka yang umumnya datang untuk berdagang seusai runtuhnya dinasti Manchu, juga membawa serta kebudayaan leluhur mereka ke tanah rantau. Bukan saja budaya dalam bentuk perayaan atau adat istiadat, melainkan juga benda-benda khas Tionghoa.

Budaya itu lama-kelamaan mengakar dan terjadilah silang budaya  dengan kebudayaan setempat. Bahkan di tanah Betawi, kebudayaan Tionghoa dengan derasnya mempengaruhi kebudayaan asli Betawi. Seperti gambang kromong, tanjidor, atau contoh sederhana lain seperti tradisi membakar petasan dalam sebuah perayaan.

Masyarakat Tionghoa memang terkenal dengan keteguhannya memegang adat istiadat leluhur, sehingga meski mereka telah turun temurun serta membaur dengan masyarakat setempat, adat istiadat leluhur mereka tak pernah luntur. Bahkan keberadaan mereka telah diakui dan menjadi bagian tak terpisahkan dari bagian budaya nasional.

Menyambut hari Raya Imlek, digelarlah acara pameran kebudayaan Tionghoa peranakan di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta. Dalam acara yang dibuka oleh Wapres Jusuf Kalla itu, dipamerkan aneka benda-benda peninggalan masyarakat Tionghoa Indonesia. Seperti pakaian encim, dipan tidur, lemari pakaian, meja rias, hingga foto-foto keluarga Tionghoa jaman dulu. Benda-benda ini merupakan koleksi pribadi dan tidak diperjual belikan.

Tak cuma itu, pameran yang cukup menyedot pengunjung terutama kaum Tionghoa peranakan di Indonesia itu, seolah mengajak pengunjung memaknai keberadaaan etnis Tionghoa yang telah membaur dalam budaya Indonesia sejak ratusan tahun lalu.

Bagi para pengunjung, keberadaan benda-benda ini menandakan bahwa budaya Tinghoa telah menjadi bagian dari budaya nasional yang perlu dipelihara.