KabariNews – Pagi masih buta di Philadelphia Selatan. Masih jam 4 subuh. Sebuah mobil van panjang memecah sunyi di Morris Street. Di pojok jalan, Diah Pitaloka, 55, sudah bersiap untuk naik mobil jemputannya. Seperti ayam potong, Diah berjejalan bersama 18 orang Indonesia lain menuju ke pabrik kertas di sudut lain Philadelphia. Perjalanan ke pabrik sekitar 2 jam, karena banyak berhenti menjemput belasan orang. Diah berusaha menepis rasa was was distop polisi atau kena razia imigrasi karena harapan mengais dollar hari itu.

Diah ditinggal suaminya yang meninggal dunia lebih dari 7 tahun lalu dan memutuskan pindah ke Amerika dengan berbekal visa turis. “Bosan terus menerus pindah rumah kontrakan di Surabaya dan harus nyekolahin satu anak”, ujarnya.

Diah kerja di pabrik tanpa surat resmi di Amerika. Dia praktis cuma menelpon satu agen di South Philly supaya bisa kerja di pabrik. Kerjanya bisa di pabrik kertas, pabrik daging atau pabrik roti. Semuanya pekerjaan “kasar”.

Upah Diah cuma $6 per jam, di bawah upah mininum di Philadelphia. Kalau kerja berdiri terus, mengaso paling lama 20 menit. Tidak ada upah kerja lembur. Tidak ada upah hari libur. Tidak ada asuransi kecelakaan kerja. Tidak ada asuransi kesehatan. Jangan harap ikut Serikat Buruh atau bisa minta izin sakit kalau datang bulan. Dalam sehari, lama kerja Diah tidak tentu. Kalau lagi “beruntung”, dia bisa kerja sampai 16 jam. Kalau sepi, bisa cuma kerja 6 jam. Tapi, kalau lagi sial, bisa menganggur atau mengaso dikamar seharian.

“Hiburan saya, ketemu sesama orang Indo atau pergi greja”, ujar Diah.

Banyak orang Indonesia bernasib seperti Diah di Philadelphia selatan. Sebagian sudah hidup secara gelap di Amerika lebih dari 10 tahun. Kehadiran mereka kentara, karena sering terlihat berkelompok dan berbahasa Indonesia aksen Jawa Timur. Pada masa puncaknya, jumlah “kuli dollar” ini kabarnya pernah mencapai 10 ribuan. Karena resesi dan deportasi, sekarang jumlah mereka sudah jauh menurun. Nasib TKI gelap dan malang ini sangat tergantung agen dan pabrik yang mempekerjakan mereka.

Lain lagi kisah Frans, 60, orang Indonesia lain yang tinggal di kawasan Pomona, Los Angeles, California. Lelaki berdarah Manado ini masuk Amerika dengan visa turis dan sudah gelap sejak 23 tahun lalu. Oom Frans adalah pekerja pabrik di kawasan industri Los Angeles bertahun-tahun. 17 tahun lalu dia berhasil membeli satu rumah besar. Dia sulap rumah itu menjadi 6 kamar agar bisa disewakan untuk bayar mortgage dan menyambung hidup di Amerika. Apa lacur? Karena resesi ekonomi, pria senja ini kehilangan pekerjaan dan rumahnya terancam foreclosure hari-hari ini.

Karena longgarnya pengawasan sebelum 9/11, Oom Frans dan istrinya bisa punya kartu Social Security orisinil. Tanpa tulisan valid for employment sampai tanggal tertentu. Dia juga tidak cemas takut mengemudikan mobil ke mana-mana karena punya SIM keluaran California. Asli dan bukan “nembak” lewat calo Amigo. Kartu SS dan SIM atau ID ini merupakan tanda orang berstatus legal di Amerika.

“Saya cuma gak ada ijo (Green Card)”, ujarnya.

Oom Frans pernah mencoba mengurus surat-surat imigrasinya ketika orang Indonesia dikenai wajib lapor oleh Pihak Imigrasi AS setelah 9/11, tapi enggan berurusan dengan ribet dan mahalnya ongkos Pengacara Imigrasi dan kuatir malah berujung deportasi.

Oom Frans dan istri adalah aktivis satu gereja Indonesia di Los Angeles. Bahkan, dia salah satu pengurusnya. Anak Oom Frans sudah legal karena menikah dengan WN Amerika.

Diah Pitaloka dan Oom Frans adalah dua potret muram imigran gelap asal Indonesia di Amerika. Keberadaannya tersebar di seluruh penjuru AS dan jumlahnya tidak ketahuan. Walaupun berbeda-beda pekerjaan, ada satu persamaan di kalangan imigran gelap. Tidak punya Green Card, Social Security Card atau Employment Authorization Document (EAD)!Biasanya tidak punya SIM atau KTP negara bagian.

Rata-rata imigran gelap asal Indonesia di Amerika adalah pelanggar batas tinggal (visanya mati). Ingat, “Perbatasan” Indonesia dan AS adalah Lautan Pasifik. Surat-surat keimigrasian mereka belum beres. Dan solusi cespleng untuk mengatasi masalah imigrasi sungguh pelik!.
Coba bayangkan saja!

Lebih dari 180 hari gelap di Amerika (tapi kurang dari 1 tahun), kena larangan ke Amerika selama 3 tahun!

Lebih dari satu tahun atau lebih gelap di Amerika, kena larangan masuk ke Amerika selama 10 tahun!

Larangan keras 3 sampai 10 tahun masuk kembali ke AS ini membuat banyak orang gelap bertahan hidup tiarap di Amerika, apalagi yang sudah punya anak kelahiran Amerika. Syukur-syukur tidak terjerat deportasi.

Setelah memenangkan kursi Presiden AS keduakalinya karena dukungan besar pemilih keturunan Latino dan Asia November tahun lalu, Obama mulai menyerukan rencana Reformasi Imigrasi, termasuk pemutihan sekitar 11 juta imigran gelap di Amerika.

Pemutihan (Legalisasi) imigran gelap merupakan salah satu isu yang paling kontroversial dalam Reformasi Imigrasi. Para penentang menyebutnya sebagai “amnesti”. Alasan mereka, pelanggar batas tinggal seyogyanya diganjar hukuman, bukan dihadiahi pengampunan. Para pendukung Pemutihan membantah bahwa ini bukan hadiah, tapi imigran gelap harus ada usaha untuk memperoleh kewarganegaraan AS (Path to Citizenship).

Rancangan Reformasi Imigrasi Presiden Obama pada dasarnya ada empat bagian:

Pertama, tetap menjaga ketat perbatasan Amerika Serikat.
Kedua, menghukum perusahaan yang mempekerjakan imigran gelap.
Ketiga, menuntut pertanggungjawaban imigran gelap sebelum mereka bisa mengajukan kewarganegaraan Amerika. Ini artinya, mereka harus membayar denda, membayar pajak, menjalani background check, belajar bahasa Inggris, dan ngantre di antrean paling belakang.
Keempat, mempercepat (streamline) sistem imigrasi untuk keluarga, pekerja dan pengusaha.

Dalam pidatonya, Obama juga membela imigran gelap seperti Diah dan Frans yang terpaksa bekerja di bawah bayang-bayang. Digaji di bawah upah minimum dan tidak dibayar overtime. Sekaligus “melabrak” perusahaan yang potong kompas tidak main sesuai aturan main (kesetaraan hukum), sehingga memperburuk ekonomi dan kondisi buruh di Amerika.

Tetapi, tahukah anda bahwa deportasi imigran gelap terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat terjadi selama 4 tahun kepresidenan Obama?

Sejauh ini ada sekitar 1.5 juta imigran gelap dideportasi dari A.S. Obama mengklaim, bahwa yang dideportasi cuma pelaku kejahatan saja. Meski, banyak anggota keluarga baik-baik (bukan kriminal) yang terjaring deportasi juga.

Ada yang meragukan bahwa Obama cuma obral janji saja. Mengusir keraguan tadi, Obama menegaskan akan mengajukan proposal imigrasi Presiden, jika perdebatan di Kongres kandas, akan didesak Kongres untuk meloloskannya. Presiden berharap bisa menandatangani UU Imigrasi baru tahun ini juga, 2013.(1006)