Kabari News – Pementasan seni Freer and Sackler Gallery,Washington, DC telah usai pada Sabtu 4 Oktober lalu. Namun dalam pementasan kali ini ada sesuatu yang menarik perhatian. Pasalnya, salah satu penampil dalam acara tersebut merupakan seorang wanita yang tak lain merupakan Kathy Foley. Kathy Foley ini dikenal luas sebagai dalang wayang dari AS.

Karuan, dalam pementasan itu dalang wanita ini begitu menguasai dan menghayati dunia perwayangan. Foley yang bertindak sebagai dalang untuk kisah ” Lahirnya Hanuman Sang Jenderal Kera,” di pertunjukannya memanipulasi boneka batang kayu berukir dan dicat, dan berimprovisasi bersama musisi sesuai dengan konvensi kinerja rumit wayang golek.

foley_k.05-01-31Boneka-boneka kecil di tangannya tak ubahnya aktor-aktor yang memainkan peran penting dalam sebuah kisah yang telah diturunkan selama ratusan tahun dari generasi ke generasi: Ramayana. Hanuman adalah tokoh kera sakti pembela kebajikan yang membantu Rama mengalahkan Rahwana dan merebut Shinta dari tangan jahatnya.

Kathy mementaskan selama 90 menit dalam bahasa Inggris yang diselipkan dengan humor-humor segar. “ Jika di Jawa Barat kinerja wayang golek layaknya pesta dansa jaipongan akan lebih lama dan biasanya dimulai pukul sembilan malam akan berakhir pada jam tiga atau empat pagi, Tapi itu  akan sulit untuk menjaga Smithsonian tetap buka sampai jam segitu” kata Folley.

Kathy Folley dan wayang golek ibarat dua keping mata uang. Keduanya seakan-akan sulit untuk dipisahkan.  Keakrabannya dengan dunia wayang bukan merupakan hal aneh lagi karenaselain dia sebagai dalang, Kathy adalah profesor di University of California, Santa Cruz.  Puluhan tahun Kathy “kesengsem” dunia perwayangan.

Kali pertama datang ke Indonesia pada tahun 1980-an, Kathy langsung jatuh hati kepada wayang golek. “Dulu waktu di California, tetangga yang hobi jalan-jalan membawa banyak oleh-oleh berupa alat musik gamelan dan kotak wayang. Karena tidak ada bisa memainkannya seorang sunda bernama Sumarna mengenalkan kepada kami bagaimana cara memainkannya.”bilang Folley.

Sumarna yang datang dari tanah Sunda mengajarkannya dengan sabar. Namun, Foley masih penasaran dengan perkembangan wayang di negeri asalnya, kemudian dia pun terbang ke Jelekong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Di sana, bersama para murid lainnya, Foley mengenal cara memilah bahan pembuatan wayang golek hingga cara memainkannya.  Nah saat Folley berada di Indonesia, dia  bertemu dengan Asep Sunandar Sunarya dan berguru kepadanya. “Dia dalang yang hebat,bisa terus berinovasi dan kreatif,sehingga wayang golek masih diterima masyarakat hingga sekarang,”ujar Foley suatu ketika.

Dalam pencarian informasi mengenai wayang  Kathy menemukan arti filosofis.  “Wayang tak hanya sekedar cerita melainkan seluruh teknik, mulai dari gerakan, tarian hingga cerita terdapat unsur spiritualitas yang tinggi” ujar penulis disertasi doktoral “The Sundanese Wayang” Golek di University of Hawaii ini.

Bagi Kathy, wayang golek itu merupakan perpaduan antara narasi yang epik,  musik indah,  jiwa humor dan boneka, wayang golek ini memiliki semuanya. “Wayang golek bisa disamakan dengan kombinasi apa yang akan kita anggap sebagai opera, Shakespeare dan populer stand-up comedy, dengan tarian (oleh boneka) dan beberapa kearifan filosofis yang tinggi yang dilemparkan ke dalam” kata Foley.

Tak hanya piawai mendalang, Foley ternyata menguasai juga tari-tarian klaisk Sunda seperti tari anjasmara, tari toeng, tari puja, tari merak hingga tari tumenggung. Hal ini menunjukkan Foley total dalam mencintai kebudayaan sunda. Walaupun dalam perjalanan akademisnya yang panjang, Foley juga meneliti kebudayaan dari Asia lainnya seperti Jepang, Malaysia dan Thailand. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?71289

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Asuransi Rumah