KabariNews – MNC Picture kembali mempersembahkan karya film terbarunya yang mengangkat kisah perjalanan karir seorang musisi legendaris tanah air, penggarapan film Chrisye ini bekerjasama dengan rumah produksi Vito Global Visi. Film drama biopic dengan piñata ansine matografi oleh Yadi Sugandi ini mengangkat sejumlah konflik nyata yang dialami oleh almarhum Chrisye sepanjang hidupnya. Sejak remaja, dia harus menentang ayahnya yang menginginkan Chrisye menjadi seorang insinyur.

Chrisye diam-diam bermusik dan berjuang membuktikan bahwa bermusik memang pilihan hidupnya dengan lagu Lilin-LiLin Kecil, Aku Cinta Dia dan masih banyak lagi. 

Pencarian jati diri Chrisye terus berlanjut. Menikah dengan Yanti, menjadi mu’alaf dan berkeluarga membuka cakrawala baru Chrisye dalam memandang hidup tapi juga menambah kegelisahan baru. Meskipun Chrisye sudah menjadi penyanyi hebat, dia merasa khawatir tidak bisa menafkahi keluarganya hanya dengan kemampuan bernyanyi hingga Chrisye memutuskan untuk bernayanyi.

Kegelisahan demi kegelisahan membawa Chrisye kedalam perjalanan spiritual yang panjang. Pencarian hakiki tentang makna hidup inilah yang mendasari Chrisye dalam menciptakan lagu “Ketika Tangan dan Kaki Berkata” yang liriknya ditulis oleh Taufik Ismail. Saat itulah Chrisye benar-benar menemukan titik balik dalam kehidupan dan karir musiknya.

Film yang dikemas apik oleh sutradara Rizal Mantovani ini menonjolkan latar belakang setting tahun 70an, 80an, dan 90an dengan tata ruang dan property yang sesuai dengan zamannya, sehingga penonton akan hanyut terbawa suasana seolah melewati lorong waktu.

Vino G Bastian mampu memerankan karakter almarhum Chrisye dengan apik, mulai dari gaya bicaranya, senyum kakunya, dansa patah-patahnya, hingga caranya memegang rokok.

Pun demikian dengan Velove Vexia, saat memerankan karakter Damayanti Noor (istri almahum), gambaran sosok isteri yang setia, pekerja keras, dan tegas diperankan apik melalui cara Velove berjalan, duduk, hingga gaya bicaranya.

Film ini dikisahkan bermula pada tahun 1972, ketika Band Gypsi yang digawangi Chrisye ditawari menjadi pengisi di sebuah kafe di New York selama setahun. Chrisye yang selama itu diam-diam melakukan aktivitas band, hanya terbuka pada adik bungsunya karena hobi bernyanyi dan bermusiknya ditentang oleh Ayahnya.

Sampai akhirnya Chrisye sakit karena sang ayah yang diperankan oleh Ray Sahetapy tidak merestui kepergiannya ke Amerika. Menurut Ayahnya, pekerjaan sebagai musisi tidaklah dihargai di negeri ini.

Namun, hati sang ayah luluh dan mengizinkan Chrisye muda untuk pergi ke Amerika. Meskipun, harus dibayar mahal dengan kehilangan adik bungsunya karena sakit.

Karier Chrisye di dunia tarik suara menjadi gemilang setelah pada tahun 1977, diminta menyanyikan lagu Lilin-Lilin Kecil ciptaannya oleh Imran Amir yang adalah pendiri radio Prambors.Lagu yang menjuarai lomba lagu cipta remaja tahun 1977 tersebut, akhirnya membuat nama Chrisye diperhitungkan dalam dunia tarik suara. Hingga tahun 1978 Chris menandatangani kontrak dengan Musica Studio dan lahirlah lagu Aku Cinta Dia yang menjadi tangga lagu nomor satu nasional.

Kemudian, pada 1980 dia diminta terlibat dalam acara “Untukmu Indonesiaku” yang digagas oleh Guruh Soekarno Putra. Di sinilah Chris kembali dipertemukan dengan Damayanti Noor, cinta terpendamnya sejak awal 70an.

Kesuksesan karir tidak membuat Chris bahagia, dia malah merasakan gelisah dan kosong sesudahnya.

Bagaimanakah akting Vino G Bastian memerankan almarhum Chrisye? Penasaran? Saksikan kisah perjuangan musisi legendaris Indoneisa yang didedikasikan untuk para penggemar Chrisye, film ini akan serentak tayang di bisokop mulai tanggal 7 Desember mendatang.