Dengan berbisnis maka akan membawa dampak kepada banyak orang dan bahkan memberikan kesejahteraan. Hal inilah yang mendasari Iriana Ekasari membangun bisnis minuman teh artisan bernama Teh Sila.

Iriana Ekasari mengaku memilih usaha minuman teh, karena ia melihat potensi tanaman teh di Indonesia menghasilkan kualitas teh yang tidak kalah dengan negara lain. Dulu Teh Indonesia sempat sangat berjaya di zaman Belanda, tapi kemudian tiarap. Kini melalui usaha Teh Sila, Iriana berharap teh Indonesia akan punya masa depan yang lebih baik.

Menurut Iriana, usaha Teh dipilih karena merupakan salah satu yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat besar.

“Ada tiga value utama dalam produk teh.  Pertama, teh merupakan produk yang mudah tumbuh. Kedua, industri teh berkaitan dengan kesehatan. Jadi kalau minum teh untuk sehat, maka orang akan mengapresiasi produk teh tersebut. Teh memiliki manfaat sebagai anti oksidan dan pro oksidan. Jadi kalau kita minum teh dicampur dengan herbal, rempah dan bunga yang sifatnya antioksidan, maka dia akan bersinergi dan menghasilakan jumlah antioksidan yang jauh lebih banyak karena sifat teh yang pro oksidan. Ketiga adalah budaya minum teh, yang menjadikan teh ini mempunyai nilai ekonomi jauh lebih besar. Dalam konteks konservasi, nilai ekonominya akan lebih besar. Kalau semuanya bisa bersama-sama maka akan jauh sangat membantu semua produsen di hulu,” urainya tersenyum.

Yang menjadi keunikan dari produk teh sila, karena yang digunakan pucuk daun teh peko, daun pertama membuka dan daun kedua. Kemudian bahan baku ini diolah secara khusus menjadi white tea, green tea, hingga black tea. “Produk kami 100 persen alami tidak memakai tambahan pewangi atau perisa,” ungkapnya kepada KABARI.

“Produk kita fresh tea when packed, jadi semua kadar airnya itu sudah kita kelola sesuai dengan standar.  Produk kita sudah memperoleh sertifikat jaminan halal. Kita sangat berhati -hati dalam memproduksi ini supaya  aman untuk kesehatan,” sambungnya.

Agar Teh Sila makin dikenal, banyak langkah promosi yang dilakukan Iriana.

“Industri teh artisan di Indonesia memang baru, jadi kita berjuang untuk bagaimana agar semakin banyak mungkin masyarakat bisa membedakan antara teh biasa dengan teh artisan. Yang berikutnya kita bedakan tempat minumnya. Kalau di rumah, minum teh regular, sedangkan teh artisan lebih banyak dikonsumsi saat berada di cafe, hotel ataupun restoran. Itu yang menjadi target pasar kita,” jelasnya.

Meski usaha yang dibangun Iriana ini belum lama tapi produduknya sudah diekspor di Turki, Kanada hingga Amerika Serikat. “Kalau di Amerika ada di San Diego, dan California. Sebentar lagi produk kita masuk ke pasar London,” ucapnya.

Teh artisan merupakan produk baru sehingga persaingannya belum terlalu ketat. Padahal diakui Iriana, agar usaha berkembang membutuhkan persaingan.

“Karena industrinya baru justru kita butuh banyak pesaing. Karena itu di pabrik, kami membuat beberapa brand selain Sila, karena dengan banyaknya brand tumbuh maka industri tersebut akan hidup. Kami juga raih pasar milenial yang mengapresiasi teh artisan sehingga akan tumbuh pesat, akan tetapi teh konvesional akan tetap punya pasar,” jelasnya

Dalam membangun usaha, tidak selamanya berjalan lancar. Ada banyak tantangan yang dilewati Iriana.

“Tantangan pertama adalah bagaimana membuat teh artisan yang berkualitas. Karena itu sejak di kebun, harus tau bagaimana mengelola tanaman teh ini. Tanaman teh kalau tidak dipangkas, dia akan tumbuh seperti pohon beringin. Jadi harus dipangkas terus sehingga mudah dipetik dan tanaman teh akan tumbuh setiap dua minggu sekali mengeluarkan pucuk baru. Jadi dengan bentukan tanaman teh maka teh ini bisa tumbuh dengan mengeluarkan potensi dia dengan sebaik -baiknya. Apa yang kita tanam itu, akan keluar melalui rasa dan aroma daun. Jadi pengelolaan teh memang membutuhkan pengetahuan dan seni. Kalau sudah sekali dipetik, dalam 24 jam kita harus kerja supaya teh itu tidak gagal untuk menjadi suatu produk yang cita rasa aromanya sempurna, dan manfaat kesehatannya juga mumpuni,” katanya.

Lalu apa mimpi Iriana yang belum terwujud?

“Mimpi saya adalah branding teh Indonesia itu lebih besar dari brand saya sendiri. Mimpi saya untuk teh Indonesia ada di kota-kota besar dunia seperti London, New York, San Francisco, Moskow, Afrika Selatan, Jeddah, hingga Riyadh. Jadi berdiri Indonesian Tea House, dan kami akan menjadi salah satu saja brand Indonesia yang ada di sana.  Jika ini terwujud akan membuat industri teh Indonesia bangkit kembali. Petani teh akan lestari dan sejahtera. Masa depan pangan kita juga akan terjaga. Bismillah, Insya Allah tercapai,” pungkasnya.

Simak video wawancara KABARI dengan Iriana Ekasari disini.