bahan
pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan
yang paling populer dalam bisnis pangan. Jenis pembungkus makanan itu
sudah dikenal luas dan dapat dijumpai nyaris di semua industri makanan,
mulai dari penjual makanan di pinggir jalan, restoran fast food,
supermarket hingga restoran kelas atas.

Styrofoam
yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan
karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat
dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas
dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang. Bentuknya yang ringan
menjadikan styrofoam mudah dibawa. Makanan yang disimpan di sana juga
tetap segar dan utuh. Tidak hanya itu, alasan dipilihnya styrofoam
sebagai bahan pembungkus makanan terlebih karena biaya pengemasannya
yang murah.

Tetapi,
riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Sebab,
dalam bahan pembungkus makanan tersebut ditemukan kandungan dioctyl phthalate
(DOP) yang menyimpan zat benzen, suatu larutan kimia yang sulit dilumat
oleh sistem percernaan. Benzen ini juga tidak bisa dikeluarkan melalui
feses (kotoran) atau urine (air kencing). Akibatnya, zat ini semakin
lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang bisa memicu
munculnya penyakit kanker.

Benzana
bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf
sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur,
badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah.

Pada
beberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan
kematian. Saat benzana termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan
lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi
sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia.

Efek
lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi.
Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan
mengancam kehamilan. Dan yang paling berbahaya, zat ini bisa
menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat.

Bila
terkena suhu tinggi, pigmen styrofoam akan bermigrasi ke makanan. Bila
makanan yang baru digoreng ditempatkan di kantong plastik, suhu minyak
yang tinggi akan menghasilkan kolesterol atau lemak jenuh yang tinggi
pula yang mudah larut dengan bahan dasar Styrofoam, styren.

Styren,
bahan dasar styrofoam, memang bersifat larut lemak dan alkohol. Karena
itu, wadah dari jenis ini tidak cocok untuk tempat susu yang mengandung
lemak tinggi. Begitu pun dengan kopi yang dicampur krim. Padahal, tidak
sedikit restoran cepat saji yang menyuguhkan kopi panasnya dalam wadah
ini.

Makanan
yang mengandung vitamin A tinggi sebaiknya juga tidak dipanaskan di
dalam wadah styrofoam, karena styrene yang ada di dalamnya dapat larut
ke dalam makanan. Pemanasan akan memecahkan vitamin A menjadi toluene.
Toluene inilah pelarut styren.

Pada
Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa
residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat
menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit
yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan
reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Bahkan,
beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization’ s International Agency for Research on Cancer dan EPA (Enviromental Protection Agency) telah nyata-nyata mengkategorikan styrofoam sebagai bahan carsinogen (bahan penyebab kanker), demikian seperti dikutip dari Dinas Kesehatan Surabaya.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33294

Untuk melihat Berita Indonesia / Kesehatan lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket