Setelah meninggalnya Ahmad Yunus (24), penderita penyakit
kulit kronis yang dijuluki manusia bersisik, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kabupaten Karawang, Senin (29/6) sore, ternyata banyak penderita dengan kasus
serupa di tanah air.

Pada Oktober 2006, ditemukan ada 19 orang yang memiliki
penyakit kulit kronis mirip penyakit yang diderita Ahmad Yunus. Kulit mereka
juga mengelupas dan kering seperti bersisik. Mereka juga dijuluki manusia
bersisik oleh lingkungannnya. Sampai kini dikabarkan mereka belum juga sembuh
total.

Lalu pada Juni 2008, masyarakat  Jambi juga dihebohkan dengan kasus penyakit
kulit yang diderita Hadi Bruto (24) warga , warga Desa Muara Cuban, Kecamatan
Batang Asai, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.  

Photobucket

Kasus serupa juga terjadi di Sumatera Utara. Seorang ibu bernama
Pestaria Nababan (35),  warga Desa Suka
Maju Dusun II Sei Mencirim Kabupaten Deli Serdang yang habis melahirkan anaknya
dilaporkan masuk ke RSU dr.Pirngadi Medan (RSUPM) karena mengalami Dermatitis
Ekspotiva atau penyakit kulit bersisik pada Maret lalu.

Sebulan sebelumnya dari Desa Tilangobula, Kecamatan Suwawa
Timur, Kabupaten Bone Bolango, desa dimana ditemukan kasus bocah perempuan yang
mirip kera, juga ditemukan seorang bocah penderita penyakit ulit kronis. Tubuh
bocah bernama Iskandar Yusuf Daliwa tersebut, bersisik tebal di sekujur
tubuhnya serta nyaris tak memiliki kelopak mata.

Sementara di  Madura,  seorang pria bernama Ahmad Toyyib (20), warga
Desa Gadu Timur, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, Madura, juga ditemukan
mengidap penyakit kulit kronis sehingga dijuluki  manusia bersisik.

Lalu kasus serupa juga dilaporkan terjadi pada dua gadis
kembar asal Pekanbaru, Dina dan Nina yang masih berusia tujuh tahun. Dua bocah ini
bahkan dipamerkan dalam suatu acara di sebuah Mall di Pekanbaru sejak
pertengahan Juni lalu. Oleh penyelenggara, acara itu diberi tajuk “Manusia
kembar bersisik ular”.

Menurut ahli kulit, manusia bersisik adalah gejala penyakit
yang disebut dengan iktiosis (kulit yang tidak bisa menahan cairan) untuk
kategori yang parah dan lameral untuk gejala yang lebih ringan. Penyakit ini
terjadi karena saat proses pembentukan kulit tidak sempurna karena enzim tidak
berproduksi penuh.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33323

Untuk melihat Berita Indonesia / Kesehatan lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket