Kertas Warna

Penjualan kertas Indonesia ke pasar dunia tidaklah berjalan mulus. Baru-baru ini Indonesia harus menelan pil pahit lantaran dituduh menimbun oleh negara-negara tujuan ekspor kertas. Harga kertas Indonesia yang kompetitif menjadi penyebabnya. Sebagian besar tuduhan penimbunan tersebut dapat diatasi, tentu dengan menguras biaya dan waktu.

Selain itu perusahaan asal Amerika Serikat, Walt Disney pun pernah memboikot produk kertas asal Indonesia. Dampak pemboikotan tersebut tidak besar. Namun, citra kertas dari Indonesia menjadi tercoreng di pasar luar negeri.

Mengapa kertas Indonesia menghadapi berbagai masalah di pasar luar negeri? Ditengarai beberapa hal menjadi penyebabnya yakni, persaingan yang ketat antar perusahaan, harga produk kertas Indonesia yang bersaing dan ketatnya peraturan di negara-negara tujuan ekspor.

Produksi Kertas di Indonesia

Pabrik KertasSaat ini, Indonesia menempati peringkat 11 dunia untuk industri kertas dan peringkat 9 dunia untuk industri pulp. Indonesia berpotensi masuk ke dalam 3 besar industri pulp dan kertas dunia.
Industri pulp dan kertas Indonesia unggul dari sisi bahan baku dan tenaga kerja murah. Dibandingkan negara lain, bahan baku kertas Indonesia berlimpah dengan harga yang relatif murah. Indonesia termasuk negara penyedia bahan baku pulp terbesar. Sebabnya, Indonesia memiliki hutan terluas kedua di dunia dan letaknya di garis khatulistiwa. Indonesia memiliki pepohonan yang tumbuh tiga kali lebih cepat dibandingkan negara-negara yang berada di daerah dingin.

Begitu juga dalam hal tenaga kerja, angkatan kerja produktif di Indonesia mencapai puluhan juta orang. Tenaga kerja tersebut diupah relatif rendah dibandingkan dengan negara lain.

Kampanye Negatif Menekan Harga

Banyak kampanye negatif yang dituduhkan kepada produksi pulp dan kertas di Indonesia, misalnya saja isu-isu lingkungan hidup, pembabatan hutan alam dan “illegal logging”. Akibat dari kampanye negatif tersebut, harga kertas dari Indonesia semakin tertekan dan mengurangi kinerja ekspor.

Di tengah maraknya kampanye negatif di Indonesia yang tidak ramah lingkungan, menjadi penting untuk meningkatkan daya saing produk kertas dengan industri hijau. Industri hijau nyatanya bisa diterapkan mulai dari pemilihan bahan baku, penggunaan teknologi, hingga energi. Penerapan industri hijau ini tampaknya sangat mendesak karena berpengaruh terhadap ekspor pulp dan kertas Indonesia. Selain itu pemerintah berupaya dengan gencar mempromosikan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) ke luar negeri sebagai jaminan keamanan produk industri kehutanan yang ramah lingkungan.

Alternatif Pembuatan Kertas Ramah Lingkungan

Pabrik Kertas-1Sebenarnya kertas tak hanya bisa dibuat dari serbuk kayu. Namun, ada alternatif bahan pembuat kertas yang lain, yakni serat yang mengandung selulosa lebih dari 30 persen. Serat kayu memiliki selulosa 38–42 persen. Sedangkan selulosa nonkayu memiliki kandungan 30–40 persen. Berbagai limbah hasil pertanian ada yang mengandung selulosa relatif besar. Limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas antara lain batang pisang, jerami, mendong, batang jagung, batang tembakau, enceng gondok, daun nanas, serat garut, dan kulit jagung.

Untuk alternatif penggunaan bahan baku, Indonesia bisa menengok perusahaan kertas terkemuka asal Taiwan. Sejak tahun 2011, perusahaan ini memproduksi pulp secara massal dari batang padi dan batang gandum. Proses ini lebih murah dan lebih hijau karena bubur kertas dapat dihasilkan dari limbah batang padi. Teknologi ini diharapkan akan bisa menggantikan proses kimia yang mencemari lingkungan, serta menghabiskan pohon dalam jumlah yang besar.

Fakta Lingkungan Seputar Kertas

KardusProduksi kertas tanpa mengadopsi industri hijau dan menggunakan serat kayu serta bahan kimia bisa berakibat berbagai hal. Berikut ini fakta lingkungan mengenai produksi kertas menurut Greeneration, komunitas peduli lingkungan:

•Untuk memproduksi 1 ton kertas, dibutuhkan 3 ton kayu dan 98 ton bahan baku lainnya. (1 ton kertas = 400 rim = 200.000 lembar).
•Setiap jam, dunia kehilangan 1.732,5 hektar hutan karena ditebang untuk dijadikan bahan baku kertas.
•Untuk memproduksi 3 lembar kertas dibutuhkan 1 liter air.
•Dalam memproduksi 1 ton kertas, dihasilkan gas karbondioksida sebanyak kurang lebih 2,6 ton. Jumlah ini setara dengan gas buang yang dihasilkan sebuah mobil selama 6 bulan.
•Dalam memproduksi 1 ton kertas, dihasilkan kurang lebih 72.200 liter limbah cair dan 1 ton limbah padat.
•Produksi 1 ton kertas dihasilkan gas karbondioksida sebanyak kurang lebih 2,6 ton. Jumlah ini setara dengan gas buang yang dihasilkan sebuah mobil selama 6 bulan.
•Setelah dibuang, kertas akan terurai yang menghasilkan gas metana. Gas ini menyebabkan pemanasan global. Dalam hal penyebab naiknya suhu global, gas metana 20 kali lebih berbahaya dibanding gas karbondioksida.

Melihat fakta tersebut, rasanya kita perlu menggunakan kertas secara arif dan bijak. Gunakan kertas di kedua sisinya, kurangi penggunaan tisu, gunakan kertas ramah lingkungan dan sebisa mungkin mendaur ulang kertas. (1008)

untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?59180

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

lincoln