Opening of First Hermes Men's Store On Madison Avenue - Ribbon Cutting & ArrivalsKisah presiden pertama republik Indonesia, Sukarno memang menarik untuk disimak. Tak terkecuali kisah-kisahnya banyak ditulis oleh beberapa penulis asing, sebut saja Bernhard Dahm dengan bukunya yang berjudul “Sukarno and the struggle for Indonesian independence”, George Mc.T Kahin “Sukarno’s Proclamation of Indonesian Independence”,  Lambert Giebels “Soekarno: Nederlandsch Onderdaan – Een Biografie 1901-1950” , atau pun John D. Legge dengan bukunya “Sukarno Biografi Politik” dan yang lainnya.

Namun diantara beberapa penulis asing di atas, ada satu nama yang cukup menarik perhatian. Bukan hanya buku karangannya saja yang fenonemal melainkan ketokohannya. Adalah Cindy Adams, seorang wartawati cantik dari Amerika Serikat yang membuat bukunya yang berjudul Autobiography as told to Cindy Adams (Indianapolis, 1965) dan “My Friend the Dictator” (Indianapolis, 1967).

Cindy Adams lahir di New York City dan  dibesarkan di Washington Heights, Manhattan dan Jamaica Estates, Queens. Sebelum berkiprah di jagad jurnalistik, Cindy merupakan seorang model fotografer di Manhattan dan bertemu calon suaminya Joey, ketika mereka muncul di acara radio yang sama dan akhirnya menikah di Hari Valentine 1952. Suaminya menulis kolom surat kabar untuk Long Island Press, Long Island, New York, dan kemudian New York Post. Bosan menjadi ibu rumah tangga, Cindy pun menulis untuk koran lokal, akhirnya juga menulis untuk New York Post pada saat yang sama dengan suaminya

Pada tahun 1960-an, Cindy mendapat kesempatan wawancara eksklusif dengan Presiden Indonesia, Sukarno. Kesempatan itu diraihnya disaat Dubes AS untuk Indonesia saat itu, Howard Jones yang mengajukan usul kepada Sukarno untuk menuliskan biografi. Pun akhirnya Sukarno mengiyakan asal dengan sart syarat biografinya itu ditulis oleh Cindy Adams.

Gayung bersambut, wartawati berparas ayu ini menerimanya walau dengan hati bertanya sebab Sukarno kala itu merupakan pemimpin yang terkenal di indonesia bahkan di mata dunia.  Cindy pun kemudian menerapkan strategi wawancara yang berbeda yaitu dengan sedikit berani sekaligus bercanda alih-alih untuk melarutkan suasana menjadi lebih santai.

Strateginya berhasil, Presiden Sukarno menerima “candaan” Cindy. Waktu pun bukan dalam hitungan menit melainkan jam. Wawancara dilakukannya dalam bahasa Inggris. Sukarno mengaku sesekali membuat kesalahan dalam tata-bahasa, dan sering pula berhenti pada satu kalimat karena ia merasakan adanya kekakuan dalam kalimat yang ia utarakan.

Dalam tugas jurnalistiknya Cindy dapat dibilang cukup “berani” menghadapi Sukarno. Tak jarang dia meminta yang “aneh-aneh” darinya. Misalnya saat dirinya melakukan wawancara, Cindy  menulis daftar berbagai permintaan dan banyak perlakuan istimewa yang segera ditanda tangani oleh Sukarno. Tak hanya itu Cindy pun pernah mengkomplain kondisi pesawat terbang yang digunakannya saat melakukan tur keliling Indonesia mewawancarai orang-orang dekat presiden. Sukarno  lalu segera mengirim pesawat pribadinya untuk dipakai oleh Cindy. Cindy minta beberapa pesawat lagi dan sebuah helikopter, juga pilot pribadi yang berpengalaman, Sukarno menyetujuinya.

Wawancara terus berjalan hingga beberapa bulan dan sedikit demi sedikit Sukarno mulai berubah menjadi lebih santai, Sukarno tidak lagi menggunakan seragam militer dan lebih sering menggunakan pakaian santai bahkan sering bertelanjang kaki. Begitulah wawancara terus mengalir hingga tersusunlah buku tentang Bung Karno yang ditulis oleh Cindy.

Setelah rampung dengan buku Sukarno-nya, Cindy pada tahun 1975 juga menerbitkan biografi Jolie Gabor, ibu dari para suster Gabor. Di antara orang-orang yang dia wawancarai pada tahun 1970 adalah Mohammad – Reza Syah Pahlevi, Syah Iran. Dia kemudian pernah dekat dengan Imelda Marcos , janda mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos .

Dia menjadi kolumnis surat kabar pada tahun 1981, dia merupakan seorang kontributor asli untuk sindikasi, seri tabloid – televisi A Current Affair dan telah muncul di Good Morning America, sebuah berita pagi – dan – talk show di jaringan televisi ABC. Pada tahun 1990-an, Cindy Adams  menjabat sebagai panelis pada acara jaringan televisi NBC. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?62253

Untuk melihat artikel Kisah lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Hosana