Fashion Designer Yurita Puji merupakan salah satu fashion designer Indonesia yang concern  terhadap zero waste fashion.  Tengok saja  saat dirinya ikut berpartisipasi dalam  fashion show  Tendance yang diadakan di Hotel Interontinental Dago Pakar bulan Desember ini. Di event tersebut,   Yurita menunjukkan rancangan pakaian tenun Lombok ready to wear yang simple dan elegan dengan menggunakan aplikasi dari tenun lombok yang motif dan desainnya dibuat khusus dan mengutamakan zero waste.

Fashion show  Tendance salah satu dari sekian pargelaran busana yang diikuti oleh  Yurita yang peduli terhadap lingkungan. Membahas zero waste fashion, sebelumnya KABARI berbincang dengan Aryani Widagdo, pendiri Aryani Widagdo Creativity Nest.  Kali ini kami berbincang singkat dengan Yurita Puji mengenai tema yang sama, berikut kutipan.

Soal zero waste fashion, bagaimana Anda menjelaskan konsep ini?

Sekarang kita makin disadarkan untuk peduli dengan lingkungan. Segala bentuk kampanye peduli lingkungan banyak dimana mana. Sebagai designer kita adalah salah satu bagian penting untuk menyadarkan masyarakat bahwa dalam dunia fashion juga banyak sumbangan limbah yang kita lakukan.

Yurita Puji

Dengan designer mampu mengelola limbah dengan meminimalkan sampah potongan hasil produksi, atau dengan memilih produk yang bahan mudah terurai dan memberi edukasi kepada pembeli dengan bentuk tag atau saat promosi produk kita yang zero waste perlahan pasti akan mengedukasi masyarakat agar perduli dengan lingkungan

Menurut Anda industri  fashion sebagai salah satu penyumbang limbah yang terbesar?

Dengan gaya konsumtif masyarakat kita apalagi banyaknya sale-sale yang di tawarkan oleh pelaku retail tentunya masyarakat akan antusias dalam berbelanja tanpa memikirkan bahwa akan menumpuknya limbah dari kegiatan konsumtif tersebut. Belum lagi bahan – bahan retail sekarang banyak yang susah terurai jika menjadi limbah. Belum lagi pewarnaan kimia yang tentunya merupakan limbah juga.

 Banyak solusi ditawarkan sebenarnya di masyrakat seperti bahan yang katun tanpa polyester yang mudah terurai jika menjadi limbah dan juga produk fashion dari perwarna alam. Untuk fashion designer maupun pabrik konveksi juga potongan sisa produksi dapat di olah menjadi produk yang bisa digunakan untuk handmade kerajinan aksesoris yang mungkin malah bisa mendukung memberdayakan suatu komunitas untuk menjadi produktif dengan memamfaatkan bahan sisa potongan tersebut.

Penerapannya, bisa Anda dijelaskan secara sederhana?

Sebagai designer dari warna alam, pengelolaan limbah sisa potongan produksi, dan bahan yang ramah lingkungan.

Yurita Puji

Urgensinya zero waste fashion harus diaplikasikan di industri fashion di Indonesia?

Walaupun dalam segi bisnis kita kadang kala berfokus pada keuntungan namun jika kita menjual produk dan mengedukasikan produk kita yang memiliki kelebihan bahan produk kita zero waste tentunya ini adalah nilai tambah yang menarik untuk market.

Seberapa sulit menerapkan zero waste fashion dalam industry fashion?

Biasanya kembali lagi ke budget bahan yang ramah lingkungan rata – rata harganya lebih  mahal dari bahan di pasaran, pewarna alam pun bukan murah dalam produksi nya bahkan kosistensi nya untuk setiap pewarnaan cukup sulit untuk dan membutuhkan waktu yang lama yang akan berdampak pada cost yang tinggi. Kreativitas inovasi disini peran designer yang harus ditingkatkan dengan seni dan dan dengan kreativitas bagaimana membuat market tertarik dan mau menggunakan produk dengan konsep zero waste.

Apakah zero waste fashion akan menjadi trend dalam indutri fashion ke depannya?

Ya pasti. Anak anak muda sekarang saya lihat lebih aware terhadap lingkungan. Penggunaan sendok garpu pun sekarang sudah banyak menggunakan kayu. Tentu lamban laun fashion pun akan menuju ke arah sana.

Simak video pilihan Kabari dibawah ini