Sebagai bagian dari anak bangsa, Laksamana Sukardi mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merasa terpanggil untuk mengungkap bagaimana dinamika kehidupannya hingga memutuskan terjun dalam gelombang perjuangan maha berat demi tegaknya paham demokrasi di Indonesia.
Ia mengumpulkan catatan pribadinya sejak sekitar tiga dasawarsa silam. Kala itu, Laks muda memutuskan menanggalkan jabatan sebagai seorang eksekutif profesional bidang perbankan untuk ikut mendukung gerakan reformasi Indonesia.
Catatan pribadi ini sekaligus menjadi refleksi pengalaman 20 tahun reformasi, yang memuat pengalaman perjuangan Laks di kancah politik. Setelah berjuang bersama Megawati Soekarnoputri dalam bayang-bayang rezim Orde Baru Soeharto, Laks sebagai menteri masih dituntut bergelut memecahkan berbagai masalah politik ekonomi akibat krisis multidimensional 1998.
Pascareformasi, Laks juga berusaha memaparkan pengalaman dan kebijakan pemerintah yang telah mengembalikan integritas dan kewibawaan bangsa, memulihkan marwah bangsa. Ketika itu, secara bersama-sama pemerintah dan partai politik berhasil menjadikan Republik Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia dan negara yang mampu melaksanakan pembangunan ekonomi di tengah persaingan global yang ketat. Catatan Laks ini sengaja disusun agar kita mampu menjaga warisan yang diberikan gerakan reformasi.
“Baik bersamaan atau berseberangan, yang paling penting kita sebagai bangsa tidak ada masalah, yang paling penting kita belajar dari sejarah, dan supaya kita tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan yang telah membuat negara kita porak-poranda dan juga kita mengalami krisis sangat luar biasa,” ungkap Laksamana saat ditemui Kabari di kawasan Jakarta Selatan.
Lebih lanjut Laks menambahkan, “Kita sangat khawatir pada saat itu, tetapi apa yang saya uraikan dalam buku adalah masa-masa sebelum terjadinya reformasi yaitu 90 sampai 98 yaitu adalah masa-masa yang menarik bagi saya untuk dituliskan dalam buku sejarah dengan pandangan-pandangan ke depan yang memprediksi bahwa akan terjadi jatuhnya perbankan Indonesia dan juga pada waktu demokrasi,” imbuhnya
Dalam buku ini, Laks juga menyampaikan beberapa pesan untuk para generasi muda agar membaca buku ini banyak, ia mengaku, buku di Balik Reformasi 1998 banyak memberi pelajaran serta pengalaman.
“Pesan di buku ini untuk generasi muda, ada baiknya membaca buku yang saya tulis supaya pesan-pesan dan pengalaman supaya perbaikannya bisa dipelajari, sehingga kita sebagai bangsa bisa lompat lebih jauh lagi untuk kemajuan bangsa kita,” tutur Laksamana.
Di buku ini, Laks juga menuliskan lima kesalahan perbankan yang ia sebut sebagai panca salah pada saat terjadi krisis perbankan.