Berawal dari Dini Fuadillah Sofyan dan suaminya yang suka kuliner dan traveling. Dan kebetulan keduanya berasal Sumatera Selatan yang dikenal banyak kulinernya. Akhirnya Lapak Cindo didirikan.

“Mengapa kita tidak mengangkat lokal kuliner Indonesia,terutama Sumatera Selatan” kata Dini mengawali perbincangan dengan KABARI beberapa waktu lalu.  Lapak Cindo sebutnya, berdiri di tahun 2017. Ia saat itu mempunyai visi dan misi bagaimana menyebar kebermanfaatan tidak hanya untuk diri sendiri tetapi bisa untuk orang lain, salah satunya melalui melalui kuliner.

 Lapak Cindo diambil dari dua kata yaitu Lapak dan Cindo. Lapak itu artinya perkumpulan dan Cindo itu bukan singkatan tetapi Cindo itu yang berasal dari Sumatera Selatan yang artinya bagus, cantik.  “Kita punya mimpi untuk memiliki produk yang baik dan berkualitas tidak hanya satu tapi beragam,” tuturnya.

Lapak Cindo memiliki produk dari hulu ke hilir, seperti ikan giling bahan bakunya yaitu untuk olahan empek – empek, siomay, tekwan, batagor dan lain – lain.  Produk unggulannya produk khas dari Sumatera Selatan. Produk yang paling disukai adalah empek – empek, karena olahan ikan itu tidak hanya orang Palembang saja yang suka, tetapi juga orang-orang  Jawa, Sulawesi bahkan  di negara lain pun menyukai olahan ikan seperti empek – empek.

Dini bercerita menjalankan bisnis ini bisa dikatakan tidak semulus yang diperkirakan. Ia mengatakan tantangannya  segudang karena diawal 2017 saat branding memerlukan  banyak effort.  Hampir setiap hari Dini melakukan promosi bagaimana memperkenalkan diri dan produknya. Ia ingat pernah omset sehari cuma 100 ribu. Sedikit omzet, tetapi itu membuatnya bahagia.

Demi melebarkan bisnis, Dini belajar digital marketing. Lapak Cindo memanfaatkan media social, market place, website, dan bekerjasama dengan mikro influencer. Dengan adanya Lapak Cindo secara online,  Dini memberanikan diri untuk memiliki outlet secara fisik dan itu adalah proses dari Lapak Cindo.

  “Tantangan terberatnya adalah bagaimana kita bisa mempertahankan branding itu untuk tetap ontetik dan asli tetapi bisa mengikuti apa yang customer inginkan,”tuturnya.

Nah, di saat pandemi saat banyak pelaku bisnis turun omzet, Lapak Cindo malah sebaliknya. Sempat meningkat di lebaran dan puasa meningkat drastis sekitar 100 sampai 200 persen penjualan.

Harapan di 2023 Lapak Cindo ingin merealisasikan target – target yang sudah dibuat dari tahun lalu, dua tahun lalu salah satunya mengoptimasikan seperti karyawan, SDM, merapikan lagi salah satunya di keuangan karena semakin berproses semakin banyak sekali pekerjaan yang ternyata masih banyak sekali perlu di evaluasi

“Di tahun 2023 ini juga kita memiliki target salah satunya itu adalah pemberdayaan ataupun kita mau buka lebih masif lagi kelas memasak. Jadi selama ini Lapak Cindo itu yang beli bahan baku sama kita, ikan giling, kita maintenance dan ajarin ada yang nanya – nanya resep, ada yang nanya – nanya cara pembuatan kita bantu konsultasi secara online,” tutur Dini.

Dan di tahun ini, Dini ingin mereka bisa tatap muka langsung sama tim Lapak Cindo. “Saya atau tim promosi belajar cara membuat empek -empek yang nanti outputnya adalah mereka menjadi pengusaha atau wirausaha, mereka punya produk sendiri dari olahan ikan yang beli di Lapak Cindo”imbuhnya.

 Sekarang hampir sudah mempunyai 50 Lapak Cindo yang tersebar diseluruh Indonesia dan syukur mereka sampai saat ini aktif berwirausaha dan di tahun 2003 targetnya harus lebih banyak lagi pengusaha – pengusaha baru untuk olahan ikan tidak hanya empek – empek tetapi ke tekwan, siomay, dan lainnya.

Artikel ini juga dapat dilihat disini.

Simak wawancara Kabari bersama Dini Fuadillah Sofyan.