KabariNews – Litbeat merupakan festival pelaku perbukuan yang digagas dan diorganisir oleh Komite Buku Nasional (KBN), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Festival ini akan berlangsung pada 10-11 September 2018, di gedung Perpustakaan Nasional (Jln. Medan Merdeka Selatan).
Dalam festival tersebut, akan ada 27 kelas yang berjalan paralel selama dua hari, 59 narasumber dari berbagai negara dengan masing-masing spesialisasinya, serta berbagai stan pameran dan penjualan produk-produk kreatif, dan kemudian ditutup oleh pertunjukan musik.
Festival ini digagas dengan semangat empowering bagi para pelaku perbukuan di Indonesia. Usaha untuk mengkondisikan ruang bersama bagi para insan kreatif tersebut untuk saling belajar, bertukar gagasan, dan berbagi pengalaman. Agar mampu menghadapi berbagai gejala dan fenomena baru yang dihadapi oleh industri buku.
Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas literasi dan pengetahuan pelaku perbukuan di Indonesia, memang merupakan salah satu tugas pokok Komite Buku Nasional, terutama di bidang Pengembangan dan Kampanye Literasi. Tahun-tahun sebelumnya, Komite Buku Nasional telah membuat berbagai program pelatihan, seminar, diskusi, dan workshop bagi para insan kreatif yang bergerak di industri buku. Program-program tersebutlah yang menjadi cikal-bakal Litbeat, yang pada tahun 2018 ini kemudian diintegrasikan satu sama lain.
Pada tahun pertama penyelenggaraan Litbeat Festival, isu yang akan diketengahkan adalah mengenai pergeseran orientasi yang dialami oleh industri perbukuan sebagai akibat dari perkembangan teknologi digital. Pergeseran tersebut menyentuh hampir setiap lini yang menggerakkan industri perbukuan. Mulai dari metode percetakan, penerbitan buku berbagai genre lintas disiplin, sampai strategi baru dalam distribusi dan pemasaran.
Selain proses tersebut, pergesaran juga terjadi pada bagaimana buku diposisikan. Buku, yang pada mulanya adalah hulu dari alur produksi penerbitan, saat ini telah menjelma menjadi muara bagi berbagai produk kreatif lainnya. Buku kemudian menjadi sumber penciptaan berbagai intellectual property, dialihwahanakan ke dalam bentuk digital dan layar lebar, dinyanyikan atau dimusikalisasikan dalam berbagai genre musik, bersinergi dengan alat-alat pengayaan pendidikan, dan berbagai macam transformasi lainnya.
27 kelas yang akan berjalan secara paralel dan 59 narasumber yang hadir dalam agenda Litbeat, bertujuan untuk mengupas isu tersebut dari berbagai sisi dan bidang. Akan ada pembahasan seluk beluk editorial bersama Ronny Agustinus dan Hetih Rusli misalnya, ada juga promosi buku di berbagai platform media sosial yang diampu Salman Faridi dan Yola Putryane, persoalan dunia ilustrasi yang didiskusikan bersama Lala Bohang, Naela Ali, dan Dinda PS, masterclass bersama Sukutangan dan Emte, penulisan novel dari sumber-sumber lisan oleh Yusi Avianto Pareanom, perihal self marketing bersama Ika Natassa, dan kemudian kolaborasi Joko Pinurbo dengan Oppie Andaresta dalam menyuguhkan musikalisasi puisi terbaru mereka.
Selain narasumber-narasumber dari Indonesia, agenda Litbeat juga akan dihadiri oleh berbagai pelaku perbukuan dari mancanegara: Tatsuki Hirayanagi (Japan), Anja Von Kampen (Germany), Kristine Kress (Germany), Lynette Owen (United Kingdom), Monsoon Book (United Kingdom), Emma Press (United Kingdom), Kube Publishing (United Kingdom), dan berbagai personal maupun perusahaan/lembaga lain. Kehadiran berbagai narasumber, baik Indonesia maupun luar negri tersebut, merupakan hasil kerja sama Komite Buku Nasional dengan berbagai pihak.
Komite Buku Nasional bekerja sama dengan Goethe Institute dan British Council untuk memfasilitasi kedatangan berbagai narasumber dari Germany dan United Kingdom.
Keterlibatan berbagai pihak dalam Litbeat Festival, seperti Bekraf dan British Council, juga tidak terlepas dari posisi Indonesia yang akan menjadi Market Focus Country dalam London Book Fair 2019 nanti. Litbeat Festival, dengan demikian merupakan salah satu agenda Road to Market Focus Contry pada ajang jualbeli rights terbesar di dunia tersebut.