Olah Sampah membawa berkah, Itulah yang dialami Esther, Warga Jalan Merak Perumahan Realestate Waru Indah (Rewin), Waru-Sidoarjo setelah hampir 4 tahun mencoba berinovasi mengolah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Esther berjuang untuk memasarkan produk hasil karyanya yang terbuat dari bahan plastik bekas cat isi 5 kg menjadi kandang jangkrik yang berawal dari ide temannya di Solo, Jawa Tengah 6 tahun yang lalu. Berkat ketekunannya, Akhirnya kini Esther bisa  meraup untung 15 juta per bulan.

“Awalnya ini adalah ide atau gagasan dari teman yang berasal dari Solo. Tapi karena gak jalan, saya mencoba untuk melanjutkannya”, tutur Esther saat ditemui Kabari di Festival Sampah 2019 Desa Janti, Kecamatan Waru, Sidoarjo, Rabu (14/08).

Tapi bukan tanpa perjuangan untuk meneruskan ide temannya. Esther berkeliling sendirian ke tempat-tempat barang bekas atau rongsokan dalam kondisi hamil tua.

Pada awalnya, Esther hanya membuat 5 kandang jangkrik untuk dijajakan ke pasar-pasar burung. Namun sayangnya, tidak ada satu pun  kandang jangkriknya itu laku terjual. Keesokan harinya, Esther mencoba membuat 5 kandang jangkrik kembali dengan sedikit desain yang berbeda. Tapi, lagi-lagi nasib baik tidak berpihak padanya. Kesepuluh kandang jangkriknya tidak ada yang terjual.

Bukan Esther Namanya, jika menyerah begitu saja. Kemudian Ether mencoba membuat kandang jangkrik dengan desain yang berbeda. Karena menurutnya desain kandang jangkriknya yang pertama ia buat kurang porposonal sehingga kurang diminati pembeli.

“Akhirnya mulai banyak orang mau membeli”, kata Esther.

Wanita yang memiliki nama asli Esther Chrisna Maruti ini selanjutnya menceritakan pengalamannya kembali, dirinya sempat memiliki 2 orang karyawan untuk membantunya. Tapi kedua karyawannya meninggalkan dirinya setelah memiliki keahlian membuat kandang jangkrik.

“Bagi saya itu tidak jadi masalah, meskipun mereka membuat kandang jangkrik sendiri dan saya anggap biasa dalam dunia usaha. Tapi jangan merusak pasar.”, ungkapnya.

Dua tahun yang lalu Esther hijrah dari Solo ke Sidoarjo untuk mengembangkan usahanya di wilayah Jawa Timur. Benar saja, setelah menetap di Sidoarjo usaha Esther terus berkembang. Dalam satu hari, 20 kandang jangkriknya laku terjual dengan harga Rp. 25 ribu per pcs.

“Sebenarnya yang saya buat tidak hanya untuk kandang jangkrik saja. Tapi bisa untuk yang lainnya. Bisa untuk cup lampu, tempat telor, atau pun tempat bumbu dapur. Jadi ini multi fungsi”. Kata wanita kelahiran Samarinda ini.

Dengan ditemani Hartono sebagai marketingnya, kini usaha Esther telah merambah ke beberapa kota-kota di wilayah Jawa Timur, meskipun pemasarannya masih bersifat konfesional atau belum memanfaatkan jejaring sosial.

Selain itu ibu dari empat orang anak ini, juga membuat boneka dari kaos kaki atau stoking dan pernak pernik lainnya yang semuanya berbahan dari barang bekas. Dan Esther tidak takut untuk disaingi, bahkan dirinya terbuka bagi oang lain belajar kepadanya.