Maudy Ayunda adalah seorang pelaku seni yang multitalenta, selain sebagai bintang film, wanita cantik kelahiran tahun 1994 baru-baru ini menunjukkan musikalitasnya lewat pembuatan album terbarunya. Sebuah proses pendewasaan seorang remaja menuju perempuan muda yang semakin mengenal diri, preferensi, maupun tujuannya bermusik.
Setelah merilis single Kutunggu Kabarmu pada Oktober 2017 yang lalu, Maudy akhirnya melahirkan album ke-3 yang betajuk OXYGEN.
Musikalitas Maudy terus berkembang, dan ia semakin berani menampilkan komposisinya sendiri, keterlibatan Maudy dalam hampir semua lagu di album Oxygen merupakan pembubuhan signature pribadinya, sehingga Oxygen kental dengan sentuhan personal. Ia membawa dirinya lebih maju di depan, seolah berkata this is who I am.
“Aku pengin banget albumnya keluar dengan spesial dan dengan campaign yang aku banget,” kata Maudy saat jumpa pers di Kuningan, Jakarta.
Selain itu, Maudy menambahkan, mengenai konsep pembuatan album anyarnya ini, “Konsepnya sebenernya tidak ada yang harus gimana, jadi pertama aku bikin album ini pengennya yang autentik. Cocok banget buat diri aku dan lagunya semua memang bisa aku rasakan, bisa menceritakan seakan-akan itu cerita aku sendiri,” imbuhnya.
Di album ini, Maudy melibatkan musisi dan komposer yang selaras dengan karakter Maudy, seperti Rendy Pandugo, Simhala Avadana, Ifa Fachir, Teddy Adhitya, Tatsure Mitler, album ini terasa current dan segar.
“Musisi-musisi yang aku ajak kerjasama itu juga musisi-musisi yang menurut aku juga memiliki kekuatan yaitu mereka mempunyai kekuatan bercerita dan membuat lirik dan mengemasnya dalam melodi dan musik dengan sangat baik,” terang Maudy.
Oxygen, nama albumnya yang dipilih, kata Maudy, “Karena ini adalah sesuatu yang baru buat para pendengar di luar sana, dan ini menggambarkan cintaku kepada musik dan juga menulis lagu, bahwa ini adalah passion aku seperti napas sesuatu yang dibutuhkan,” katanya serius.
Selain sebagai penyanyi dan penulis lagu, Maudy memberanikan diri sebagai Produser untuk album Oxygen ini. “Kalau sebagai Produser sebenarnya ini sesuatu yang nggak di sengaja, awalnya sih aku bikin album pengen aja, jadi aku secara natural aja, pengen tahu itu. Sampai akhirnya ada dari tim aku (bilang) ‘Ini sih lo jatuhnya udah produser’. Ok that’s interesting. Ternyata itulah arti menjadi produser. Maksud awalnya nggak pengin jadi produser tapi akhirnya karena aku pengin involve banget akhirnya aku jadi produser,” terang Maudy.
Menjadi seorang produser untuk pertama kalinya tantu tidak mudah, ada gejolak batin yang bisa menjadi proses pendewasaan dalam mengambil keputusan ketika menciptakan sebuah karya seni.
Maudy pun dihadapkan dengan pilihan antara membuat album ini sesuai idealisnya atau harus mengikuti selera pasar saat ini.
“Kalau sebagai produsernya tentu ada gejolak, dari sisi album, ini mau idealis atau laku, itu kan pasti sebuah pembagian yang harus dibuat produser dan di situlah kadang- kadang aku bergejolak. Di situ kadang-kadang ingin ada lagu yang mungkin banyak orang suka tapi kayaknya kurang deh dan di titik itu aku biasanya nggak. Tapi disitu sebuah proses agar aku lebih percaya diri lagi dengan pilihan-pilihan aku. Proses dimana aku akhirnya lumayan cinta sama musik sendiri,” ujar Maudy.
Setelah menjadi produser untuk albumnya sendiri, Maudy pun ingin mencoba memproduseri penyanyi lain. “Kalau jadi produser untuk orang lain pengin banget sih, tapi aku lagi fokus produserin diri sendiri. Tapi kalau ada kesempatannya sih tentunya pengin,” pungkasnya.