Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, pembangunan di Indonesia secara alami sangatlah terhubung dengan laut dan keanekaragaman hayati lautnya. Namun demikian, kegiatan manusia yang tidak melestarikan lingkungan memberi beban yang semakin besar terhadap ekosistem yang rapuh dan mengancam lingkungan hidup. Sampah plastik di laut, dianggap sebagai ancaman besar bagi lingkungan hidup dan kesehatan manusia di seluruh dunia termasuk Indonesia. Agar dapat melindungi warisan laut dan memastikan pembangunan yang berkelanjutan seputar kehidupan maritim, Indonesia mengadopsi rencana 2017-2025 untuk memerangi sampah laut, dan menargetkan penurunan sampah plastik hingga 70% pada 2025.

Untuk mendukung aksi ini, the French National Institute for Sustainable Development (IRD) dan perusahaan Perancis CLS mengimplementasikan sebuah proyek bagi Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang didanai French Agency of Development (AFD). “Proyek ini bertujuan untuk memahami pola penyebaran dan dampak sampah di laut, guna mengambil langkah tepat dalam memerangi polusi laut dan mengurangi kebocoran plastik di laut,” ujar Lea Lebechnech, Project Officer untuk Manajemen Sumber Daya Alam AFD pada Webinar Virtual Polusi Sampah Plastik di Lautan, (27/10).

Kementerian Kelautan dan Perikanan yang diwakili Dr Rinny Rahmania menyebutkan bahwa isu sampah laut bukan hanya permasalahan sektoral karena  sampah plastik di laut tidak hanya diam tetapi bergerak mengikuti angin dan arus laut. Karena itu sangatlah penting untuk melakukan kolaborasi antar daerah yang berdekatan dan juga ekosistem di sekitar area.   

Sejumlah penelitianpun dilakukan oleh IRD/LOPS untuk mengidentifikasi akumulasi dan penyebaran sampah di laut lepas dan juga hubungannya dengan sumbernya di sungai, seperti yang disampaikan Delphine Dobler dalam paparannya “Memetakan Konektivitas Sungai-Sungai Besar di Indonesia.” “Penelitian meliputi 21 sungai di Indonesia yakni di pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan juga Papua,” jelasnya.

Sari Wulan Kurnia dari CLS menyebutkan penentuan area akumulasi limbah makro di laut dan pantai serta darimana sumbernya ditelusuri dengan GNSS Buoys dan Modelling dalam Marine Litter Project yang direncanakan berlangsung hingga 2021. Simulasi, pengujian dan studi oseanografi menggunakan model yang ada dan juga pelacakan menggunakan bantuan alat pelacak satelit Marge-T. “Project ini untuk membantu memahami statistik karakteristik sampah.  Untuk itu 70 satelit rencananya bakal disebar ke berbagai sungai di Indonesia.”

Sebuah organisasi penyelamatan laut, The Sea Cleaners, gencar melakukan beragam kampanye. Adanya 9 juta ton sampah yang di buang di laut tiap tahunnya (atau 285 kilo per menit) tentu sangat mengkhawatirkan., The Sea Cleaners melalui  proyek Manta, menggunakan kapal polivalen dan inovatif Untuk membersihkan sampah plastic di laut. Scientific Director The Sea Cleaners Yannick Lerat mengatakan bahwa akibat adanya sampah plastik di lautan, populasi 1.400 spesies biota laut bakal terganggu, 1 juta burung bakal mati setiap tahunnya dan juga 100 ribu mamalia laut akan mati setiap tahun. “Dan yang pasti dampak pada ekosistem pasti juga akan berdampak pada kesehatan manusia,” tutupnya.