Mengenalkan kekayaan budaya nusantara di luar negeri bisa dengan berbagai cara. Salah satunya melalui pargelaran musik melalui komunitas seni. Hal ini seperti yang dilakukan Angklung Hamburg Orchestra (AHO). Pentas sering dilakukan. Tak hanya di Hamburg saja melainkan sampai kota lain di Jerman.
Komunitas ini dibentuk tak hanya ingin mengenalkan kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga menjadi wadah untuk berkarya, berekspresi, berkolaborasi dan belajar musik serta berorganisasi untuk anggota-anggotanya.
Alasan utama mendirikan komunitas Angklung awalnya adalah sebagai kegiatan ekstrakurikuler untuk mahasiswa TUHH.
Namun, visi misi komunitas Angklung Hamburg Orchestra pun berubah semenjak berkembang dan didirikan. AHO berdiri pada tahun 2002 oleh mahasiswa yang dikenal dengan panggilannya Kang Maulana. Pada saat itu Maulana melihat alat-alat Angklung yang tidak dipakai di basement KJRI Hamburg dan memutuskan untuk memanfaatkanya.
“Dengan perizinan KJRI alat-alat Angklung tersebut dibawa ke tempat kuliahnya TUHH (Hamburg University of Technology) dan Maulana mulai merekrut mahasiswa-mahasiswa TUHH. Maka dari itu pada awalnya AHO bahkan terdiri dari lebih banyak orang asing daripada orang Indonesianya sendiri. Tidak berapa lama kemudian anak-anak muda diaspora di Hamburg mulai ikut bergabung,” kata Triani Nur Zahra dari Angklung Hamburg Orchestra (AHO) kepada KABARI.
Dan kenapa angklung? Triani berujar bahwa Angklung itu memiliki keunikan karena harus melibatkan tim yang terdiri dari banyak orang untuk memainkan karya dan ini merupakan sesuatu hal yang menjadi tantangan yang membedakan Angklung dengan instrumen-instrumen lainnya yang pada umumnya lebih bersifat individual.
“Selain itu, menurut kami Angklung memiliki filosofi yang dalam yang melibatkan pesan moral: Angklung itu seperti puzzle. Setiap orang sama pentingnya; kami semua berbeda namun bersatu,”tuturnya.
Akan halnya dengan anggota komunitas AHO terdiri dari berbagai macam kalangan, dari Mahasiswa, pelajar tingkat SMP/SMA dan juga tenaga profesional. Selain itu di dalam komunitas Angklung Hamburg sendiri juga memiliki tim organisasi dan juga tim kreatif yang terdiri dari arranger, penggiat seni, designer dan juga filmmaker.
Untuk mengasah kemampuan dalam bermusik, AHO latihan rutin setiap hari Minggu. Namun jika mendekati acara besar biasanya volume dan durasi latihan akan ditambah, menyesuaikan dengan target dan progres. Latihan biasanya terdiri dari pemanasan, pelatihan teknik dan ritme dan juga penghayatan lagu.
Dalam setiap pentas, Triani bercerita AHO pertama akan mencari tahu detail acaranya seperti konsep dan audience dan disesuaikan dengan setlist berdasar point-point tersebut. Bila tujuan acaranya untuk mempromosikan budaya Indonesia seperti Culture Night, AHO akan mendominasikan lagu-lagu tradisional Indonesia dan apabila pentas di acara Internasional, AHO akan memainkan juga beberapa lagu internasional sesuai dengan tema acara.
Dari semua setlist dan aransemen yang dipilih, AHO berusaha untuk memperlihatkan kemampuan dan flexibilitas Angklung untuk memainkan berbagai macam lagu tradisional, pop atau bahkan juga experimental.
Untuk pentas terutama di kota Hamburg, AHO pernah tampil di berbagai gedung konser seperti Laeiszhalle, Miralles-Saal dan juga Elbphilharmonie. Untuk di luar kota Hamburg, AHO pernah tampil di berbagai acara di kota-kota di Jerman utara seperti Bremen, Hannover, Braunschweig, Kiel dan juga Berlin.
Triana mengatakan, respon dari publik Jerman kebanyakan pada awalnya heran dengan keunikan Angklung, namun akhirnya mereka takjub dan terpesona melihat potensial Angklung sebagai alat musik dalam medium performance.
“Dan pengalaman yang selalu berkesan adalah ketika AHO mendapatkan standing ovation dari penonton yang menunjukan apresiasi yang dalam terhadap penampilan. Untuk yang paling berkesan mungkin salah satunya adalah hasil kolaborasi pertama kami dengan komunitas Angklung di Berlin,” tambahnya.
Nah, rencana ke depan AHO antara lain adalah mengikuti festival/kompetisi performance art di negara-negara lain di Eropa dan terus memperluas repertoire sebagai performer dan penggiat seni. AHO selalu berusaha untuk lebih giat lagi dalam berkarya dan bereksperimen serta mengeksplorasi potensi sebagai grup dan juga individu.
“Harapannya kedepan adalah agar kami selalu dapat berkarya dan berkontribusi untuk perkembangan seni dan budaya,” pungkasnya.