Kalau tidak aral melintang,
sebentar lagi salah satu pesawat yang tergolong istimewa bakal mendarat di Pangkalan
Udara (Lanud) Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Air Force One, demikian namanya.

Sebetulnya Air Force One bukanlah
merujuk pada teknis sebuah pesawat, melainkan nama sandi untuk pesawat milik
Angkatan Udara AS (US Air Force) yang dinaiki oleh Presiden Amerika. Jadi semua
pesawat milik AS yang misalnya dalam keadaan darurat dinaiki sang
presiden, maka namanya menjadi “Air
Force One”. Nama sandi ini berfungsi untuk membedakan antara pesawat yang
sedang dinaiki Presiden Amerika dengan yang tidak.

Demikian juga ketika Presiden
Amerika melakukan perjalanan darat, nama sandinya dikenal dengan “Army One”. Sementara
ketika sedang naik Helikopter (milik US Marine), maka nama sandinya adalah “Marine
One”.

Meski begitu pemerintah AS tetap memiliki
kendaraan khusus presiden untuk setiap nama sandi. Kendaraan-kendaraan ini rutin
digunakan Presiden Amerika dan kemudian dikenal masyarakat dengan sebutan
Marine One (helikopter), Army One (Kendaraan lapis baja), dan Air Force One (pesawat udara).

Seluk Beluk Air Force One

Pemerintah AS
mulai berpikir memiliki pesawat kepresidenan ketika masa Presiden Theodore Roosevelt pada dekade
1910-an. Saat itu, tugas-tugas Presiden Amerika
sudah semakin kompleks dan dibutukan sebuah pesawat khusus untuk
menunjang kinerjanya.

Namun pada masa itu, industri pesawat terbang belum
berkembang pesat. Baru pada era 30-an produksi pesawat mulai bergeliat,
termasuk pesawat perang.

Pesawat khusus pertama yang diusulkan untuk digunakan
presiden adalah pesawat VIP transport C-87A. Pada tahun 1943 pesawat bernomor 41-24159 dengan nama Guess Where
II ini digunakan sebagai transportasi VIP Presiden Roosevelt.

Sekarang, pesawat Air Force One
ada dua buah, semuanya buatan Boeing. Jenisnya adalah 740-200 bermesin jumbo
jet dengan nomor seri VC-25A. Dua
pesawat ini nyaris identik, baik warna, dan bentuknya. Bedanya terletak pada nomor
di ekornya, yakni 28000 dan 29000.

Masing-masing pesawat memiliki empat mesin jet elektrik
CF6-80C2B1. Batas kecepatannya antara
630 dan 700 mil per jam dengan maksimal ketinggian terbang adalah 45.100 kaki. Air Force One membawa
53.611 galon bahan bakar dan mampu mengelilingi
setengah dunia tanpa mengisi bahan bakar
dalam sekali terbang.

Spesifikasi Air Force One tak berbeda banyak dengan
pesawat komersial Boeing 740 yang lain.
Hanya saja kompartemen pesawat di desain sedemikian rupa untuk menunjang
pekerjaan Presiden Amerika, tak heran pesawat ini sering disebut “The Flying White House”.

Sebagai pesawat kepresidenan, Air Force One memang menjadi transportasi
udara yang megah, aman, dan canggih. Pesawat ini adalah ujung tombak simbol
kedigdayaan AS di udara. Di dalam pesawat, Presiden AS
dan segenap stafnya masih bisa menjalankan tugas sehari-hari. Pesawat ini
menyediakan berbagai fasilitas kelas satu untuk tetap bisa menjalankan komando
pemerintahan, meskipun dunia sedang diguncang perang nuklir misalnya.

Jika di Gedung Putih Presiden
bekerja di Ruang Oval, maka di dalam Air Force One, ruang kerja presiden
bernama Presidential Suite yang terletak di bagian depan pesawat. Di area
‘milik’ presiden ini tersedia kamar tidur, kamar mandi dan ruang santai. Layaknya
sebuah kantor, para para staf senior presiden juga diberikan ruang keja
sendiri-sendiri. Selain itu terseda juga ruang rapat yang cukup besar untuk
membahas isu-isu penting.

Di dalam Air Force One terdapat
ruangan ruang pers yang disediakan bagi para jurnalis yang ikut meliput
kegiatan Presiden Amerika. Tentu saja ruangan ini tidak kalah nyaman karena
disediakan tempat buat rileks serta tempat untuk bekerja.

Soal layanan multimedia juga tak
kalah canggihnya, Air Force One telah dilengkapi 85 saluran sambungan telepon,
radio dua-arah, mesin faksimili, dan jaringan internet wireless berkecapatan
tinggi. Tak perlu khawatir koneksi internet atau telepon terganggu, karena
sudah didesain anti sadap dan anti jamming, serta telah terkoneksi langsung
dengan jaringan satelit tanpa perlu melalui Base Tranceiver Station (BTS).

Di segala penjuru kompartemen Air
Force One, tersedia 19 televisi yang dapat menyiarkan hampir semua saluran televisi
dunia, tentu saja tanpa khawatir gambar jelek karena gangguan sinyal.

Karena begitu komplitnya
peralatan elektronik yang terpasang, terdapat jaringan kabel saja sebagian dari
berat pesawat adalah berupa kabel. Jeroan pesawat ini terlilit kabel sepanjang
yang mencapai 238 mil panjangnya. Panjang kabel ini sanggup
melilit dua pesawat Boeing 747-200. Bahkan kabel itu bukanlah kabel biasa, karena telah
diberi pelapis khusus sehingga aman dari serangan pulsa elektromagnet
(EMP/Electro Magnet Pulse) atau gelombang kejut yang dipancarkan ledakan
nuklir.

Soal keamanan, jangan ditanya.
Mungkin Air Force One adalah pesawat teraman yang ada di dunia. Baik dari
ancaman dari luar maupun dari dalam. Mereka yang  boleh naik pesawat ini selain
presiden adalah para staf dan pejabat-pejabat penting Amerika. Mereka
menerapkan standar keamanan tingkat tinggi, mulai dari tim medis yang
profesional dengan alat-alat kesehatan yang canggih, kebersihan makanan pun
dipantau selama 24 jam penuh.

Dalam prosedur penerbangan mereka juga punya standar baku yang ketat. Sebelum Air Force One terbang,
persiapan menyeluruh dilakukan atas pesawat ini. Semua perangkat pesawat dicek, bahkan kabarnya para kru pesawat yang memang sudah terpilih, akan
diinapkan selama berhari-hari di Andrew Air Force Base sebelum hari
keberangkatan.

Beberapa hari sebelum Air Force
One mendarat di suatu tujuan, Angkatan Udara AS lebih dulu mengirim sebuah
pesawat kargo C141 Starlifter. Pesawat ini memuat, van untuk para pengawal,
mobil kepresidenan, serta perlengkapan
persenjataan. Saat berada di udara pun, Air Force One akan dikawal oleh
sedikitnya dua pesawat tempur.

Untuk menjaga keamanan, menjelang
pendaratan Air Force One, seluruh penerbangan di lokasi pendaratan akan di
bersihkan. Tak ada sebuah pesawat pun yang boleh mendarat sebelum Air Force One
mendarat dengan mulus. Kadang pembersihan jalur penerbangan ini memakan waktu
minimal setengah jam atau lebih. Karena repotnya prosedur penerbangan Air Force
One, tak heran pesawat ini jarang mendarat di bandar udara komersial melainkan
di pangkalan udara.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?35025

Untuk

melihat Berita Indonesia / Sana-Sini lainnya, Klik

di sini

Klik
di sini
untuk

Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di
bawah artikel ini

____________________________________________

Supported

by :