Meni Hapsari memulai usaha sejak tahun 2014. Semuanya berawal dari hobi. “Karena awalnya saya ingin membuat camilan yang higienis untuk keluarga, ditambah lagi saya memang hobi masak, baking, sehingga terlaksana juga menjadikan ini sebagai sebuah bisnis,” ungkap Meni kepada KABARI, 24 Oktober 2024.
Saat memulai usaha, Meni menerima pesanan makanan rumah. Namun, seiring berjalannya waktu, Meni lebih fokus ke berbagai jenis kue, mulai dari kue kering hingga kue basah. Sebut saja brownies, prol tape, onde – onde, hingga pukis. “Kalau kata yang pesan, onde – onde dan pukis rasanya otentik. Alhamdulillah peminat Onde- Onde sama Pukis ini sudah masuk ke kalangan selebritis,” kata Meni bangga.
Terkait onde – onde, Meni memiliki cerita khusus. “Sebenarnya produk onde-onde tanpa sengaja saya bikin. Saya itu pecinta banget kue jaman dulu tapi di Jakarta ini susah sekali menemukan makanan jaman dulu dengan cita rasa otentiknya. Asal muasal dari iseng, kini onde – onde jadi unggulan di Salma Cookies. Salah satu sebabnya, karena orang – orang itu sulit untuk mendapatkan rasa yang otentik dari onde- onde tersebut, apalagi ciri khas dari onde – onde kita itu kulitnya tipis, dan isiannya banyak jadi mereka merasa puas sekali dengan onde – onde kami. Alhamdulillah karena banyak peminatnya, onde – onde dari Salma Cookies ini sampai kalangan artis, banyak yang order onde – onde di kita,” tukas Meni.
Dijelaskan Meni, kue buatannya memiliki keunggulan, karena menggunakan bahan – bahan premium yang berkualitas, sehingga aman dikonsumsi anak – anak dan juga orang tua. “Karena dibuat berdasarkan pesanan, jadi kualitasnya masih fresh, contohnya brownies yang menggunakan coklat dan coco chipsnya yang premium, kita juga memakai butter yang bagus. Alhamdulillah produk-produk kita sudah halal MUI, jadi lebih ada jaminan, bahwa kualitas dari kue – kue kita ini aman dan juga halal untuk dikomsumsi,” jelas Meni.
Semua produk di Salma Cookies, biasanya dibuat saat ada pesanan masuk. “Alasannya karena waktu, saya masih mengurus anak – anak juga, jadi saya pikir made by order lebih enak sekaligus saya bikin. Namun, kadang-kadang juga ada yang ready terutama kue kering,” tutur Meni.
Agar Salma Cookies makin dikenal, Meni menggunakan sistem pemasaran melalui media sosial yakni Instagram dan Facebook serta aplikasi pesan WhatsApp. “Biasanya kalau WhatsApp, teman-teman yang pesan untuk acara pengajian, atau pun acara rapat di sekolah. Sedangkan untuk sosial media seperti Facebook dan Instagram, jaman sekarang ini, mau gak mau kita harus aktif lewat digital marketing sesuai dengan perkembangan teknologi,” tukasnya.
Sejauh ini, market terbesar Salma Cookies ada di Jabodetabek. Namun, masih ada juga yang pesan, dari Bandung hingga Kalimantan. “Ada juga konsumen yang order untuk dibawa ke Luar Negeri, sebagai oleh – oleh, biasanya itu saat Lebaran,” ucap Meni.
Bagi Meni, tantangan terbesar dalam menjalankan usaha ini adalah menemukan tenaga kerja yang sesuai harapan. “Susah sekali saya menemukan tenaga kerja yang sesuai dengan apa yang saya mau, biasanya kalau orang bikin makanan itu, kalau kita yang bikin itu rasanya sesuai dengan apa yang kita mau tapi ketika dibikin sama orang lain itu, biasanya rasanya beda, di situ saya merasa ada rasa ketakutan kalau nanti konsumen saya ada complain. Jadi faktor tenaga kerja itu yang benar – benar membuat saya ini susah sekali untuk bisa running. Hal lain adalah masalah waktu. Untuk saat ini, pembagian waktu susah karena saya masih mengurus anak – anak sekolah, jadi waktu untuk saya baking itu masih sangat – sangat terbatas, makanya saya memilih untuk membuat makanan ini dengan sistem PO jadi saya bisa mengatur waktunya dimana saya bisa dan saat saya nggak bisa,” ucapnya
Untuk rencana ke depannya, Meni ingin sekali memiliki gerai yang bisa menjual aneka kue andalan Salma Cookies. Dengan harapan jangkauan pemasarannya lebih luas lagi. “Jadi tidak hanya online saja tapi orang bisa datang langsung melihat produk-produk buatan saya. Saya juga ingin meningkatkan mutu produk dan menambah varian kuenya,” tutup Meni.
Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 206