KabariNews – Médecins Sans Frontières/Dokter Lintas Batas (MSF) memperingatkan bahwa tekanan AS terhadap India untuk mengubah kebijakan kekayaan intelektual dapat menghambat akses obat-obatan dengan harga terjangkau bagi jutaan orang di dunia. Hal ini disampaikan MSF bertepatan dengan pertemuan Presiden Obama dan Perdana Menteri Modi di New York Senin (28/9).

MSF mengandalkan obat-obatan generik terjangkau yang diproduksi di India untuk menyediakan layanan medis di lebih dari 60 negara di dunia. MSF mendesak Modi untuk tetap mempertahankan peran India sebagai ‘apotek bagi negara-negara berkembang’.

MSF memasang papan besar (billboard) di truk yang diparkir di luar hotel PM Modi dan konsulat India di New York dengan gambar Taj Mahal yang terbuat dari susunan pil obat dengan slogan ‘Incredible India’ – slogan kampanye iklan pariwisata India.

“Kami memerlukan obat-obatan yang terjangkau dari India untuk melakukan aktivitas kemanusiaan kami, kami tidak akan membiarkan apotek bagi negara-negara berkembang ditutup,” ujar dr. Manica Balasegaram, Direktur Eksekutif ‘Access Campaign’ MSF. ‘Kesehatan jutaan orang di dunia akan terkena dampak dari keputusan yang diambil PM Modi. Jadi, kami mendesak beliau untuk tidak menyerah dengan adanya tekanan besar dari AS untuk mengubah kebijakan-kebijakan negara tersebut demi kepentingan perusahaan farmasi besar.”

Untuk melindungi kesehatan masyarakat, India menerapkan kriteria pemberian paten yang lebih tinggi dari negara-negara lain untuk menyaring pendaftaran paten obat baru yang sebenarnya hanya menerapkan perubahan sederhana untuk produk farmasi yang sudah beredar. Kebijakan ini telah membantu keberlangsungan kompetisi obat generik. Salah satu hasilnya adalah turunnya harga obat-obatan HIV sebanyak 99% dalam satu dekade, dari harga 10,000 dolar AS ke harga 100 dolar AS.

Pemerintah AS, dengan dukungan kuat lobi farmasi, tidak hanya menekan India untuk menurunkan standar pemberian paten, namun juga menekan India untuk mengimplementasikan sistem regulasi obat yang menghubungkan pendaftaran obat-obatan dengan status patennya, dan Kementerian Kesehatan India tampaknya mempertimbangkan perubahan ini dengan serius.

“Industri farmasi multinasional berupaya memberikan tekanan kuat untuk menghambat kompetisi dari India,” ujar Leena Menghaney, Manajer ‘Access Campaign’ MSF untuk wilayah Asia Selatan. “India jangan sampai menerima pernyataan AS bahwa hak kekayaan intelektual, yang terkait dengan tingginya harga obat, adalah satu-satunya cara untuk membawa investasi; ini tidak benar.”

Lebih dari 80 persen obat-obatan yang digunakan MSF untuk menangani lebih dari 200.000 orang dengan HIV adalah obat-obatan generik dari India. MSF juga mengambil obat-obatan esensial dari India untuk mengobati penyakit-penyakit lain, seperti tuberkulosis dan malaria. India juga memproduksi obat-obatan versi generik yang kini harganya sudah terlalu mahal, bahkan untuk sistem kesehatan di negara-negara maju. Di AS, pihak asuransi, penyedia layanan, dan pasien telah mencapai ambang batas sakit akibat adanya eksploitasi dan kenaikan harga oleh industri farmasi, misalnya harga obat kanker yang harganya lebih dari 100.000 dolar AS per pasien, obat Hepatitis C 1.000 dolar AS per pil, dan juga obat yang harganya melonjak drastis dari 13,50 dolar AS menjadi 750 dolar AS per pil, hanya dalam semalam.

“Kami mendesak PM Modi agar jangan menerima tuntutan dan standar-standar yang diterapkan AS dalam hal hak kekayaan intelektual,” ujar Menghaney. “Jutaan nyawa menjadi taruhannya.” (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/80144

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Asuransi Kesehatan

 

 

 

 

 

kabari store pic 1