Museum Nasional Jenderal Besar A.H. Nasution secara resmi dibuka pada tanggal 3 Desember 2008 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Adapun tanggal tersebut bertepatan dengan hari kelahiran tokoh nasional yang akrab dengan panggilan Pak Nas. Pada mulanya, bangunan museum tersebut merupakan kediaman pribadi sang Jenderal Besar sejak menjabat sebagai KSAD (1949) hingga wafatnya (2000). Di rumah inilah terjadi Gerakan 30 September yang hampir merenggut nyawa Pak Nas. Pada peristiwa itu, anak bungsu Pak Nas yang bernama Ade Irma Suryani dan ajudannya Kapten Pierre Tendean gugur. Berikut beberapa ruangan yang menjadi saksi bisu peristiwa tersebut:

Ruang Tamu

Kursi kesukaan Pak Nas di Ruang Tamu

Ruang ini merupakan tempat Jenderal Besar A.H. Nasution menerima tamu baik dari kalangan militer, kerabat, dan masyarakat. Di ruangan ini terpampang beberapa foto bersejarah sang empunya rumah saat menjabat Panglima Divisi Siliwangi, KSAD, Menkohankam/Kasab, Ketua MPRS, dan saat menghadiri hari jadi ABRI ke-52.

Ruang Kerja

Di ruangan inilah, Jenderal Besar A.H.Nasution menuangkan ide dan buah pikirannya, baik di bidang militer maupun non-militer. Hasil pemikiran tersebut telah beliau tuangkan dalam 70 judul buku yang tertata rapi di salah satu sudut ruangan.

Ruang Kuning

Ruang tersebut dinamakan Ruang Kuning lantaran didesain sarat dengan warna kuning baik kursi, cat tembok, karpet maupun gorden. Ruang Kuning biasa digunakan oleh Jenderal A.H. Nasution untuk menerima tamu-tamu khusus (VVIP), baik dari dalam maupun luar negeri.

Ruang Tidur

Ruang ini menjadi saksi bisu dari kekejaman pasukan Cakra Birawa yang berupaya untuk menculik dan membunuh Menkohankam/Kasab Jenderal Besar A.H. Nasution. Ruangan ini dapat mengingatkan kita terhadap peristiwa 1 Oktober 1965. Peristiwa tragis tersebut menewaskan putri kedua Pak Nas yang bernama Ade Irma Suryani Nasution oleh Pasukan Tjakrabirawa. Di ruangan tersebut terdapat bekas tembakan yang mengenai pintu, tembok serta meja.

Ruang Ade Irma

Ruang ini merupakan kamar tidur mendiang Ade Irma Suryani Nasution. Di ruangan ini tersaji benda-benda pribadi kesayangan Ade Irma, yakni sebuah baju seragam Kowad mini, tas kulit kecil, sepatu, tempat minum, dan juga boneka. Pengunjung juga akan mendapati benda bersejarah lainnya seperti baju yang dipakai oleh Ade Irma pada saat tragedi dan tongkat yang digunakan Jenderal Besar A.H. Nasution saat upacara pelepasan jenazah para Pahlawan Revolusi di Markas Besar Angkatan Darat di Jakarta pada tanggal 5 Oktober 1965. Di ruangan ini, disajikan juga sebuah dipan dan tongkat yang digunakan oleh Jenderal Besar A.H. Nasution sewaktu dirawat di Makostrad.

Ruang Gamad

Ruang Seragam Angkatan Darat (Gamad) awalnya merupakan ruang tidur keluarga Pak Nas. Dinamakan Ruang Gamad karena di dalam ruangan ini tersimpan beberapa koleksi seragam dan perlengkapan TNI (seperti baret dan tongkat komando) sewaktu beliau menjabat Menkohankam/Kasab dan Jenderal bintang lima. Di ruangan ini juga terdapat diorama dialog antara Bu Nas dan sang jenderal saat berusaha menyelamatkan diri dari upaya pembunuhan oleh Pasukan Tjakrabirawa.

Ruang Makan

Di ruang makan ini disajikan diorama yang menggambarkan kejadian setelah Pak Nas berhasil menyelamatkan diri dari upaya pembunuhan. Sesaat setelah itu, Bu Nas menghubungi Mayjend Umar Wirahadikusuma yang saat itu menjabat Panglima Kodam Jaya. Namun, usaha itu gagal lantaran hubungan telepon sudah diputus. Pada saat bersamaan, muncul lima prajurit Tjakrabirawa dengan menodongkan senapan sambil menggertak Bu Nas.

Mobil

Di halaman rumah bagian belakang, pengunjung dapat menyaksikan sebuah mobil Volvo milik. Di depan dan belakang mobil itu terdapat tanda bintang lima. Mobil merupakan pemberian BJ Habibie ketika Pak Nas dianugerahi sebagai Jenderal Besar pada 5 Oktober 1997.

Bagi Anda yang tertarik untuk mengunjungi situs sejarah ini, Museum Nasional Jenderal Besar A.H. Nasution terletak di Jalan Teuku Umar 40, Menteng (Jakarta Pusat). Museum tersebut terbuka untuk umum dari hari Selasa hingga Minggu dari pukul 8.00 sampai dengan 14.00 WIB.