Profesi tukang ojek mulai booming sesudah krisis moneter. Banyak perusahaan terpaksa tutup dan mem-PHK karyawannya. Para karyawan ini kemudian berbondong-bondong beralih profesi menjadi tukang ojek motor.

“Kemana neng, mau dianter ojek neng?” Demikian sapaan sedikit genit seorang tukang ojek saat melihat seorang wanita muda menghampiri pangkalan mereka. Wanita muda itu menangguk dan menawar harga. Setelah sepakat, si wanita naik duduk dibelakang motor sementara si tukang ojek tersenyum girang.
“Itu adalah sedikit kebahagian jadi tukang ojek” kata Suhanda, pengojek motor di pangkalan Ojek Reaksi Cepat (ORC) saat diwawancara Kabari.

Tukang Ojek

Menjadi tukang ojek modalnya memang hampir nihil. Cukup punya motor. Bahkan kalau tidak punya pun bisa nyewa dari bandar ojek dengan harga sewa sekitar Rp 25.000 sampai Rp 40.000 per hari. Selain itu, mudahnya mengajukan kredit motor juga menjadi alasan mengapa jumlah tukang ojek motor meningkat tajam. Bayangkan,sekarang punya uang Rp 500 ribu saja sudah bisa bawa pulang motor. Data dari salah satu perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor (leasing) menyebutkan, pada kuartal pertama tahun 2008 total kredit yang disalurkan perusahaan tersebut untuk pembiayaan kendaraan bermotor mendekati 1,8 triliun rupiah!.

Suhanda, menuturkan, “ Saya dulu kerja di pabrik garmen. Begitu krisis moneter, perusahaan saya bangkrut. Untungnya saya punya motor yang bisa diojekin. Yah..akhirnya sampai sekarang jadi tukang ojek deh.” katanya.
Apa enaknya jadi pengojek motor ? “Sebenarnya kalau ada pekerjaan yang lebih baik,mendingan kerja yang lain, yang kantoran misalnya. Tapi mau gimana lagi, saya ini sudah ketuaan buat cari kerja lagi. Lagi pula jadi enakan begini, kerjanya bebas, enggak diatur-atur, semaunya sendiri saja.”ujarnya tersenyum.
Profesi tukang ojek memang menjadi alternatif yang paling memungkinkan ditengah sempitnya lapangan pekerjaan.Kemudian jangan dikira profesi ini cuma dilakoni orang-orang berpendidikan rendah, banyak tukang ojek yang Sarjana. Bahkan mereka yang bekerja formal terkadang sering nyambi menjadi tukang ojek demi menutupi kebutuhan.
Kini jumlah mereka luar biasa banyak, hampir disetiap pelosok Ibukota terdapat pangkalan ojek. Bukan cuma diperkampungan, tapi di daerah bisnis seperti kawasan Sudirman, Thamrin,Senayan, Gatot Subroto sampai Kemang.
Para pengojek umumnya membentuk paguyuban atau kelompok. Seperti di depan Markas Polda MetroJaya, di sana terdapat paguyuban tukang ojek bernama “Ojek Polda ”.Paguyuban ini didukung Polda Metro Jaya yang terkadang memanfaatkan keberadaan mereka sebagai ‘telinga’ dan ‘kuping‘-nya polisi dalam menghadapi tindak kejahatan.

Tukang Ojek

Tapi menjadi pengojek motor bukannya tanpa resiko. Banyak tukang ojek yang menjadi sasaran perampasan motor. Tak sedikit pula yang sampai meninggal dunia. Sudah hilang motor hilang nyawa pula.(Olva)

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?31254

Mohon Beri Nilai dan Komentar dibawah Artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Intero Real Estate

Lebih dari 1 juta rumah di Amerika

Klik www.InteroSF.com

Email  Info@InteroSF.com   atau  Telp. 1-800 281 6175