Di tengah riuhnya mobilitas ekonomi di kawasan Glodok, Jakarta Pusat, terdapat tempat kuliner yang layak untuk disinggahi, Pantjoran Tea House adalah tempat yang paling tepat untuk melepaskan sejenak kepenatan akan riuhnya kawasan tersebut.

Tempat kuliner ini tidak hanya menyajikan menu makanan saja, namun ada menu unik yang harus anda nikmati jika melintasi kawasan tersebut, yaitu seduhan teh ala negeri tirai bambu yang bisa mendapatkan cita rasa yang nikmat dari bermacam aroma teh yang tersedia di sini.

Berkisah dari perjalanan Apotheek Chung Hwa yang terlalu indah untuk tidak kembali diteruskan. Inilah apotek tertua di Jakarta yang hadir pada tahun 1928 yang dikenal sebagai pintu gerbang kawasan Pecinan berkat lokasi strategisnya.

Namun, kini apotek tertua tersebut telah disulap menjadi Pantjoran Tea House oleh seorang arsitek, yakni Ahmad Djuahara, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), dia yang memimpin renovasi dan memberikan dominasi warna putih, serta desain furniture dan elemen ruang serba kayu yang menghiasi ruangan apik pada pertengahan tahun 2016.

Bangunan ini merupakan bagian dari proyek Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC) dan Jakarta Endowment for Arts and Heritage (Jeforah).
Syenny Setiawan, sebagai penerus kepemilikan Pantjoran Tea House menceritakan bahwa kawasan Apotheek Chung Hwa ini dulunya banyak dihuni oleh penduduk imigran China pada zaman VOC. Selain itu, dulunya dikenal dengan nama Patekoan (sekarang Jalan Perniagaan). Perpaduan dari kata mandarin Pa (delapan) dan tekoan (teko).

Adanya Patekoan di Apotheek Chung Hwa itu sengaja disediakan atas prakarsa Kapiten Gan Jie bersama istrinya di tahun 1663 yang selalu menyediakan 8 teko teh gratis setiap pagi untuk pegunjung atau para pekerja kasar yang melintasi kawasan Patekoan.

Selain itu, kata Syenny, “Teh ini disediakan karena sebagai rasa persaudaraan, rasa kebersamaan dan mengikat tali silaturahmi untuk warga setempat yang melintasi Patekoan untuk melepas dahaga, bisa dengan gratis menyeduh teh yang disediakan di sini,” katanya mengenang sejarah, karena dulunya tempat ini adalah kawasan perniagaan.

Di sini, di pojokan Glodok kawasan Pecinan Batavia, tradisi 8 teko gratis ala Gan Jie terulang kembali dengan teh yang berbeda setiap harinya.