Situasi politik Mesir memanas. Bentokan dua kelompok berlangsung hingga Kamis, mengakibatkan korban tewas, bertambah. Bentrokan yang kini antar kelompok pro pemerintah Mesir dengan rakyat anti Mubarak, berlangsung di Tahrir Square, Cairo.

Pemerintah Republik Indonesia melalui Satgas Evakuasi, Departemen Luar Negeri dan Departemen Pendidikan menjamin sepenuhnya keamanan, kepulangan dan kelangsungan pendidikan warga Indonesia. Mereka akan dipulangkan secara bertahap dan diantar ke daerah masing-masing. Bila situasi Mesir sudah kondusif kembali, Pemerintah Indonesia juga bertanggung jawab mengembalikan mereka ke Mesir.

Penegasan ini dikemukakan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono ketika menjemput warga Indonesia yang dievakuasi dari Mesir hari Rabu. Jaminan ini ditegaskan Presiden mengingat beberapa pertanyaan dan kekhawatiran masyarakat Indonesia atas tidak bisa kembalinya mereka ke Mesir. Kekhawatiran mereka beralasan, karena untuk mendapatkan visa ke Mesir sangat sulit selain masalah biaya dan administrasi pendidikan.

Di tataran operasional, Menteri Pendidikan Indonesia, M Nuh juga menjamin sepenuhnya kelanjutan pendidikan mereka. Bila dalam waktu dekat kondisi Mesir sudah stabil, pihaknya akan menghubungi Menteri Pendidikan Mesir. Tujuannya, meminta garansi kelangsungan pendidikan bagi mahasiswa Indonesia. Data awal, mahasiswa Indonesia berjumlah 4200 orang. Ketika didata kembali oleh Kedutaan Indonesia di Mesir, jumlah mereka ternyata mencapai 5000 orang lebih. Kebanyakan mereka adalah mahasiswa yang belum juga lulus.

BEBERAPA MAHASISWA INGIN TETAP DI MESIR.

Beberapa mahasiswa tingkat akhir menegaskan bahwa mereka tidak akan pulang ke Indonesia. Alasannya, mereka sedang menyiapkan tugas akhir. M. Fauzan Fikri misalnya.Dia tinggal di Nasser City. Letaknya agak jauh dari Tahrir Square. “Saya akan tetap bertahan di sini, karena sudah di tingkat akhir. Sebentar lagi selesai’, ujarnya. Mereka tetap berjaga untuk segala kemungkinan.

Meski begitu, mereka tetap kuatir atas 3 hal : Penjarahan, adanya logistik serta komunikasi. Penjarahan sudah terjadi sejak seminggu lalu di beberapa wilayah Mesir. Karena itu, militer memberlakukan jam malam . Semula jam malam, berlaku dari pk 15.00 sampai pk 08.00. Saat ini jam malam yang berlaku adalah pk 17.00 sampai pk 07.00.

Adanya logistik berupa makanan juga jadi perhatian para mahasiswa itu. Beberapa toko masih buka namun harga barang yang dijual, mahal. Hubungan antar provinsi dibatasi oleh pemerintah sehingga pasokan barang juga terbatas. Untuk logistik, kedutaan besar Indonesia menyediakan bahan makanan di beberapa titik. Pengambilan beasiswa dan uang, tidak bisa dilakukan karena sebagian bank dan kampus masih tutup. Hubungan komunikasi berupa internet dan seluler mulai bisa dipakai pada hari Rabu.

Tapi, tidak semua mahasiswa Indonesia ingin tetap di Mesir. Beberapa mahasiswa Universitas Al Azhar yang tinggal di Mansoura-Daqahliyah meminta agar mereka segera dievakuasi.
“Kami sudah tidak tahan lagi,” ujar seorang mahasiswa Al Azhar asal Sukabumi, Maulana Yusuf Alamsyah. Menurutnya, dia sudah tidak tahan mendengar suara tembakan setiap malam, suara ambulans dan tank-tank yang lewat terus menerus. Maulana merupakan mahasiswa Universitas Al Azhar Asy-Syarif tingkat I, Fakultas Ushuluddin. Dia tinggal di Mansoura. Sekitar 3 jam dari Cairo.

KERJA KERAS KBRI MESIR.

Tahap pertama, Satuan Tugas Evakuasi Warga Indonesia di Mesir berhasil memulangkan sekitar 415 orang. Terdiri dari wanita dan anak-anak. Pada evakuasi kedua ini, mereka memulangkan 430 orang. Sebagian besar, mahasiswi. Mereka tiba di Jakarta, Jumat. Evakuasi ini tidak lepas dari kerja keras dari staf kedutaan Indonesia. Sehari-hari, staf Indonesia di Mesir berjumlah 20 orang. Termasuk duta besar,AM Fachir. Belakangan jumlah itu ditambah dengan tim Satuan Tugas Evakuasi. Kerja keras luar biasa dari staf kedutaan untuk mendata sekitar 6000 orang.

Selain mendata, mereka juga harus menjawab banyak pertanyaan dari keluarga. Juga membuat paspor kilat bagi balita sampai menjemput warga Indonesia yang akan dievakuasi. Pihak kedutaan memakai semua kendaraan kantor dan mobil pribadi staf. Karena semua bus wisata dilarang beroperasi di seluruh Mesir.

Kedutaan Indonesia menyediakan tiga tempat untuk tempat evakuasi warga Indonesia. Pertama, gedung KBRI di Distrik Garden City. Berjarak 2 kilometer dari Tahrir Square atau sekitar 30 kilometer dari Bandara Internasional Cairo.
Dua, Konsulat RI di Distrik Madinat Nasser.Distrik Nasser City berjarak 20 kilometer dari Tahrir Square, atau 15 kilometer dari Bandara.

Tiga, Pusat Kebudayaan Indonesia (PUSKIN) di Distrik Dokki yang berjarak 6 kilometer dari Tahrir Square atau 35 kilometer dari Bandara.

Di luar Kota Cairo, ada juga tempat evakuasi warga Indonesia. Yaitu di kabupaten Tonto, Provinsi Gorbiyyah. Berjarak 120 kilometer dari Cairo. Juga di Zaqoziq di Provinsi Syarqiyah, sekitar 80 kilometer dari Cairo.

Untuk share atrikel ini klik www.KabariNews.com/?36287

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :