KabariNews  – Arisbeth Meza datang ke Phoenix dari Mexico City saat usianya 13 tahun untuk mengikuti kakaknya. Ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah orang kaya. Di Meksiko, ia belajar sampai kelas 7. Di Amerika Serikat, ia tidak pernah mendapat kesempatan untuk sekolah, karena harus bekerja membantu keluarganya.

Sekarang Meza berusia 21 dengan kemampuan melek huruf bahasa Inggris maupun Spanyol yang rendah menghadapi program federal yang menawarkan program DACA yang akan menghindarinya dari deportasi.

Untuk memenuhi syarat program DACA, usia pemohon harus kurang dari 16 ketika mereka memasuki Amerika secara tidak sah. Mereka juga harus lulus SMA, memiliki sertifikat General Education Development (GED), atau terdaftar di SMA. Mereka tidak boleh tersangkut kasus pidana.

Mereka yang memenuhi syarat DACA menerima penangguhan deportasi selama dua tahun dan dapat melanjutkan pekerjaan atau sekolah.

Datang untuk Membantu Orangtua

Untuk Meza, mendapatkan sertifikat GED -bahkan dalam bahasa asalnya yakni Spanyol- merupakan masalah besar. Dia mengerti bahasa Inggris sedikit, namun kemampuan itu tidak cukup untuk menghadapi ujian. Dalam Bahasa Spanyol pun, sulit baginya untuk menulis atau memahami tanda baca. Ia kesulitan untuk membedakan tanda koma, kurung, tanda hubung dan tanda baca lainnya.

“Ketika pertama kali tiba, saya ingin belajar karena melihat orang lain melakukannya. Namun, saya datang ke sini untuk membantu keuangan Ibu dan Ayah saya,” katanya dalam Bahasa Spanyol. Meza bukanlah satu-satunya. Para pendukung “Dreamers” seperti dia menyadari  tantangan pendidikan mereka.

“Ini situasi yang dramatis karena anak-anak tidak terdaftar di sekolah, mungkin karena mereka takut bermasalah karena imigran gelap,” kata Carmen Cornejo, seorang aktivis dari Cadena, sebuah organisasi yang melakukan advokasi bagi para Dreamers untuk meraih kewarganegaraan. “Hal ini juga dapat dianggap sebagai penyangkalan hak-hak mereka sebagai anak-anak untuk mendapatkan pendidikan. Dalam beberapa kasus, keadaan keluarga mereka mungkin telah membuat mereka harus bekerja. ”

Cornejo mengatakan masih ada peluang untuk Arisbeth. Petugas imigrasi masih mempertimbangkan mereka yang terdaftar dalam kelas GED mendapatkan penangguhkan sementara, tambahnya.

“Anak-anak ini akan menghadapi banyak masalah jangka panjang, jika mereka tidak mendaftar  program untuk mencoba mendapatkan GED,” kata Cornejo. Ada isu bahwa jika Kongres mendukung legalisasi mengenai anak muda melalui legislasi serupa dengan Undang-Undang Dream Act, ambang pendidikan yang dibutuhkan mungkin jauh lebih tinggi, dia menjelaskan.

Menurut Migration Policy Institute, di Washington, DC, ada sekitar 1,76 juta pemuda yang memenuhi syarat DACA nasional, dan sekitar 500.000 dari mereka yang berusia lebih muda dari  15 tahun. MPI memperkirakan bahwa 350.000 dari semua anak muda yang memenuhi syarat mengikuti DACA, tidak memiliki ijazah sekolah tinggi, atau tidak terdaftar di sekolah. Di Arizona, sekitar 80.000 pemuda diperkirakan dapat memperoleh manfaat dari DACA. Saat ini, tidak ada data berapa banyak dari mereka sekolah di SMA atau telah lulus sarjana.

Kesempatan Untuk Mengejar Ketinggalan

Di Arizona, Dreamers menghadapi sejumlah rintangan untuk maju dalam pendidikan mereka. Sebuah hukum negara – Proposisi 300 – disetujui oleh pemilih pada tahun 2006, melarang sekolah negeri memberikan kelas GED gratis untuk imigran gelap. Hal ini menyulitkan kelayakan mencapai kelayakan DACA bagi mereka yang mungkin telah berusia di atas usia SMA, tetapi masih ingin mendapatkan program federal yang baru.

Proposisi 300, bagaimanapun, tidak menghilangkan hak mereka untuk mengambil ujian GED sama sekali. Sebaliknya, pendukung mengatakan, hanya melarang mereka dari mengambil kelas GED di lembaga yang menerima dana negara.

Sebagai tanggapan, organisasi nirlaba lokal bagi orang Latin menawarkan kelas persiapan GED dengan menarik biaya. Kelompok-kelompok tersebut menanggapi lonjakan permintaan untuk layanan tersebut.

Pada bulan Oktober, Friendly House organisai nirlaba mulai menawarkan kelas persiapan GED difokuskan untuk membantu pelamar DACA dengan biaya sebesar $ 300 untuk 10 minggu. Kelas-kelas ditawarkan dalam bahasa Inggris dan Spanyol, dan calon peserta memiliki pilihan untuk mengambil GED dalam bahasa apa saja.

“Kami sangat jujur ​​kepada mereka dan mengatakan. ‘Di sinilah kalian berada dan inilah yang perlu kalian lakukan,” kata Luis Enriquez, direktur pendidikan dewasa dan pengembangan tenaga kerja di Friendly House.” Kami bukan pekerja ajaib, kami akan memberikan kalian alat. Kami akan memberi guru yang baik. Hasilnya tergantung pada usaha yang kalian lakukan.”

Sejauh ini, telah terdaftar sekitar 100 siswa dalam program ini. Penilaian tes menunjukkan bahwa hampir dua pertiga dari mereka memiliki tingkat melek huruf 6 atau 7 dalam bahasa Inggris dan Spanyol.

Dia mengatakan akan sangat sulit bagi para siswa untuk menyamakan enam tahun belajar dengan pendidikan selama 10 minggu. Namun, program ini dapat menyediakan dukungan tambahan bagi peserta dan rencana untuk mempersiapkan ujian GED.

“Masalah yang terjadi dengan orang Spanyol adalah bahwa mereka bicara dengan bahasa itu, namun saat ujian, yang mereka dapatkan adalah bahasa Spanyol yang akademis. Banyak kosakata yang belum pernah mereka temukan kehidupan sosial,” katanya. “Mereka tidak menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.

Enriquez telah bertemu dengan banyak siswa yang seperti Meza. Mereka tidak pernah terdaftar di sekolah, karena mereka harus menghidupi keluarga mereka atau memiliki anak yang harus membantu keuangan mereka.

DACA Mungkin Menawarkan Perlindungan

Beberapa dari mereka, meskipun dengan kekurangan, mampu melewati ujian dan sudah mengajukan DACA, catat Enriquez. Program pendidikan mereka menawarkan keuntungan lain, katanya. Petugas imigrasi dapat mempertimbangkan keikutsertaan dalam kursus untuk mendapatkan GED dalam proses DACA.

Meza ingin mendapatkan aplikasi DACA karena merasa itu akan melindunginya, terutama karena sekarang dia hamil dan akan memiliki anak kedua.

Di Arizona, hukum sangat membatasi imigran, seperti SB 1070, membuat pemerintah memiliki wewenang untuk mempertanyakan status imigrasi seseorang dan mengembalikan individu ke pihak imigrasi.

Selain membiayai anak kedua, Arisbeth kini mengirim uang ke neneknya untuk membeli obat. Jadi, mungkin diperlukan waktu bagi Meza menabung untuk mengikuti kursus GED dan biaya aplikasi untuk melamar program federal. (Disarikan dari tulisan Valeria Fernández)