Fase menyusui bagi seorang ibu merupakan anugerah yang luar biasa dan tidak semua perempuan dapat mengalaminya. Sehingga menjelang moment itu tiba, seorang ibu perlu melakukan berbagai persiapan agar proses pemberian ASI selama 2 tahun pada sang buah hati dapat berjalan sukses.
 
Febi Sukma, seorang konselor laktasi sekaligus dosen kebidanan mengatakan mempersiapkan diri untuk menyusui bagi seorang perlu dilakukan. Terlebih pada perempuan yang baru pertama kali menyusui. 
 
“Tentunya semuanya menjadi sesuatu yang baru bagi ibu dan bayi. Kenapa begitu? Kalau dari sisi bayinya, selama 9 bulan berada di dalam kandungan, dia sudah terbiasa mendapatkan makanan dari plasenta. Tapi setelah lahir ke dunia dia perlu effort yang tinggi untuk mengisap putting susu ibu agar mendapatkan asupan makanan. Sementara si ibunya begitu nggak kalah berjuang, harus beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru. Harus punya keahlian dalam menyusui supaya kebutuhan bayinya terpenuhi,” ungkap Febi pada acara sharing session bertajuk ‘Mother Empowerment: Cara Mengatasi Masalah Menyusui dengan Perah ASI Manual’, Minggu, 12 Desember 2021. 
 
Kegiatan sharing session ini merupakan rangkaian kampanye #akuberdaya yang digagas oleh Desainer Nina Nugroho dengan tujuan melejitkan keberdayaan 1 juta perempuan Indonesia dalam setahun ke depan. Untuk mewujudkannya, Nina Nugroho berkolaborasi dengan assosiasi trainer Tempa Trainer Guild (TTG). 
 
Febi menambahkan, agar pemberian ASI ekslusif berjalan sukses, para ibu perlu menguatkan tekadnya. Karena dalam perjalanannya akan banyak ditemui persoalan-persoalan yang mengendorkan semangat menyusui. 
 
Masalah menyusui merupakan tantangan pertama menjadi orang tua. Data dari sebuah penelitian menyebutkan 80% para ibu menghadapi masalah menyusui.
 
Beberapa masalah yang sering mengemuka diantaranya: 54 % mengalami ASI tidak keluar, 37 % mengalami putting lecet, 29 % nyeri payudara dan 24 % mengalami payudara penuh. 
 
“Biasanya kalau ada masalah di awal, maka penyapihan dini akan terjadi. Otomatis pemberian ASI selama 2 tahun juga gagal dilakukan. Yang paling parah terjadi depresi post partum,” papar Febi. 
Apabila terjadi masalah saat menyusui yang berakibat bayi tidak mau menghisap secara langsung, solusinya adalah melakukan pemerahan ASI. 
 
“Selama ini memerah air susu ibu (ASI) seringkali dihubungkan dengan ibu yang bekerja di luar rumah. Bagi mereka yang murni menjadi ibu rumah tangga, jarang sekali memerah ASI. Mereka menganggap bisa memberikan ASI kepada sang buah hati kapan pun mau sampai anak mencapai usia disapih. Tapi sesungguhnya memerah ASI ini penting bagi semua ibu,” ujar Febi. 
 
Memerah dan memiliki stok ASI disebut Febi, sangat penting sebab tidak selamanya ibu dalam kondisi ‘baik-baik’ saja selama masa menyusui. Adakalanya ibu sakit, meriang, putting payudara luka, harus pergi ke luar rumah sebentar dan lainnya. 
 
Dalam situasi seperti itu, tentu tidak mungkin membiarkan bayi tidak mendapatkan ASI ekslusif dan menggantinya dengan susu formula.
 
“Ketika karena situasi yang tidak memungkinkan ibu memberi ASI, maka stok ASI perahan ini bisa digunakan. Jadi bayi akan tetap mendapatkan ASI ekslusifnya,” tambah Febi.
 
Membuat stok ASI bisa dilakukan dengan cara memerah ASI pada awal-awal ibu menyusui. Pada kurun awal masa menyusui, biasanya ASI hingga payudara pun bengkak.
 
“Untuk mengurangi bengkak, sebaiknya diperah saja, tetapi ASI-nya jangan dibuang. Simpan dalam kulkas untuk berjaga-jaga,” urainya, lagi.
 
Memerah ASI dapat dilakukan secara manual maupun dengan bantuan alat memerah. Namun Febi merekomendasikan cara manual lebih baik karena ibu bisa sambil memijit payudara untuk merangsang otot-otot di sekitar putting payudara.
 
“Memerah ASI secara manual atau tanpa alat, juga dapat membuat ibu tetap percaya diri saat terjadi masalah menyusui dan bayi menerima ASI eksklusif sesuai haknya,” katanya.
 
Tiga hal yang harus diingat oleh seorang ibu yang hendak memerah ASI adalah cara memerahnya, cara menyimpannya dan cara memberikannya kepada bayi.
 
Dalam kesempatan yang sama, Nina Nugroho berbagi pengalaman seputar memerah ASI. Dikatakan Nina pemberian ASI perah ternyata tidak lantas membuat bayi menjadi lupa dengan putting payudara ibunya. 
 
Terbukti pada saat dia melakukan perjalanan ke Eropa selama 2 minggu, bayinya yang saat itu berusia 4 bulan ditinggalkan dengan stok ASI perah. 
 
“Alhamdulillah bayi saya tetap mendapatkan ASI ekslusif karena saya punya stok ASI banyak di freezer. Dan ketika saya pulang, bayi tetap mau melanjutkan menyusu langsung dari ibunya,” jelas Nina.
 
Karena itu Nina mengajak agar ibu-ibu, dalam kondisi apapun tetap memberikan hak ASI ekslusifnya pada anaknya. 
“Memerah ASI menjadi solusi terbaik. Gunakan metode manual karena manfaatnya sangat banyak,” pungkas Nina.