Menjadi seorang balerina bagi Jade Princessa bukanlah hal yang mudah. Banyak halangan dan tantangan. Dari cibiran sampai keterbatasan finansial. Tapi semangat tinggi dan dedikasi menghantarkannya meraih mimpi dan prestasi.

Jade teringat kali pertama kenal dengan balet karena sang ibu. Ibu Jade, Evi, memberikannya kegiatan les, yaitu balet. Gayung bersambut, balet membuatnya jatuh cinta.  Balet menjadi dunianya berekspresi.   

Tak hanya berekspresi dan suatu seni, tetapi juga olahraga.   Butuh disiplin tinggi karena balet tidak hanya mengandalkan latihan fisik. Sebuah tantangan baginya. Namun Jade buktikan dengan latihan serius. Komitmen Jade kepada balet, membuat sang Ibu mendukungnya 100 persen. 

“Mami melihat dedikasi, komitmen dan kedisiplinan yang saya terhadap balet, sehingga mami sangat mendukung saya balet dari sejak awal sampai dengan saat ini,” tutur Jade kepada KABARI.

Sekolah Balet

Jade belajar balet di Marlupi Dance Academy. Disana Jade menimba ilmu dari tahun 2014 sampai Januari 2019. Pada tahun 2014, Jade diharuskan melanjutkan masa SMA-nya dengan homeschooling dikarenakan Jade sudah memasuki jenjang intermediate di sekolah baletnya. Dimana dia mencapai vocational grades advance 2 level RAD.

Sesudah Marlupi Dance Academy, Jade melanjutkan pendidikan baletnya di Ballet Academy at Casagaya, atas keputusan Jade dengan ibunya. Jade mengambil Full Time Program, Vaganova Training saat berlatih di Ballet Academy at Casagaya. Jade berlatih di Ballet Academy at Casagaya selama delapan bulan.

Kemudian Jade mulai sekolah balet di Orlando Ballet School di Orlando, Florida, AS selama dua tahun yaitu year round program untuk tahun akademis 2019-2020 dan 2020-2021.  Sedangkan  untuk intensive course-nya, yaitu Intensive Master Class Ballet Legacy di Montana, USA (Agustus 2018 dan Agustus 2019), Winter Intensive Princess Grace Academy di Montecarlo, Monaco (Maret 2019) dan Harid Conservatory di Boca Raton, Florida, USA (Juni-Juli 2019).

Sepanjang tahun 2019 dan 2020, Jade sudah tampil dipertunjukkan balet profesional. Seperti The Nutcracker, dimana Jade berperan sebagai Spanish Interstudy, Arch Angel, Flower dan Clara’s Friend dan Cinderella sebagai Fairy Godmother Attendant.  Jade juga berhasil membawa medali emas dalam Asia Pacific Arts Festival 2019 di Ho Chi Minh, Vietnam untuk kategori solo dan grup dan Juara dari ajang “Regional Jakarta Asian Grand Prix 2019”.

Butuh Perjuangan

Namun semua yang dilakukan dan dicapai olehnya butuh perjuangan.  Balet bukan perkara murah.  Balet  terbilang mahal. Jade menyadari keluarganya tidak punya banyak uang. Banyak cerita terselip satu kisah saat Jade harus “nyeker” alias  tidak pakai sepatu selama hampir sebulan karena belum bisa membayar buat ganti sepatu baletnya yang bolong waktu itu.  Padahal dirinya menggunakan soft shoes yang harganya ratusan ribu belum memakai pointe shoes yang harganya mahal.  “Itu saja kami sudah tidak mampu waktu itu,” tuturnya.

Tak sedikit pula yang mengejek dan merendahkannya.  “Mereka tidak tahu sama sekali bagaimana kehidupan kami. Tapi orang tua saya tetap berusaha bagaimana caranya supaya saya bisa tetap terus belajar balet, tidak peduli perkataan orang lain.”

Mami Jade selalu bilang bahwa bidang-bidang seperti seni tari, seni musik, olah raga dan lainnya, berasal dari Tuhan, jadi tidak mungkin Tuhan tidak memberkati dan membuka jalan kalau umatnya memang bersungguh hati mengerjakannya.

“Kenyataan saya bisa menari balet sampai sekarang ini adalah merupakan mukjizat. Berkat mukjizat dari Tuhan, saya bisa sampai sekolah balet keluar negeri dan semuanya itu sangat tidak mudah. Penuh dengan pengorbanan dan perjuangan,” kata Jade.

Cerita di Amerika

Jade menapaki langkahnya di Amerika saat berusia 16 tahun. Sebenarnya waktu  melakukan audisi untuk sekolah balet ke luar negeri, Jade  tidak hanya di terima di sekolah-sekolah balet di AS seperti selain Orlando Ballet School, Kirov Academy of Ballet di Washington DC dan Oregon Ballet Theatre School di Portland, Oregon, USA.

Tetapi juga diterima di Bolshoi Ballet Academy di Moscow, Russia. Jade memilih di AS karena merasa mungkin akan susah untuk pergi ke gereja atau beribadah karena benar-benar tidak tahu Rusia itu seperti apa. Selain juga kendala bahasa karena dia  tidak bisa bahasa Rusia. Maminya merasa bahwa Jade perlu belajar lebih ekspresif dalam menari, tidak melulu soal teknikal.

Mami Evi merasa tempat yang tepat untuk Jade mendalami itu adalah di AS. Banyak mereka lihat orang Amerika sangat ekspresif dan mudah sekali mengekspresikan diri melalui apapun yang mereka lakukan.

Di negeri paman Sam, Jade sekolah balet di Orlando Ballet School. Mami Jade saat itu menemaninya tetapi hanya sebentar. Kurang lebih satu minggu, setelah itu harus pulang ke Indonesia karena terbatas dana untuk berlama-lama disana.

Jade tinggal dengan host family.  Kendati ada tempat tinggal, dia harus mengurus semuanya sendiri, dari belanja groceries, masak, sikat kamar mandi, naik bus bahkan kadang sampai malam. Host mom memang menawarkan antar jemput, tetapi ada harga yang harus dibayar dan Jade tidak mampu untuk itu. 

Dari pagi sebelum berangkat, Jade harus melakukan tugas yang sudah ditentukan, lalu pagi berangkat ke balet, sampai sore, bahkan kadang malam, dan kegiatan balet itu semuanya sudah pasti fisik. Setelah pulang harus melakukan beberes baru istirahat tidur, bahkan weekend sekalipun dirinya harus melakukan tugasnya. “Jadi sama sekali bukan saya senang-senang atau mulus perjalanan saya,” tutur pemilik nama lengkap Jade Princessa Nugroho ini.

“Justru sangat menakutkan kalau saya ingat harus alami semua itu di negeri yang asing buat saya dan sendirian, padahal saya belum dewasa. Lelahnya luar biasa, tapi saya tetap bersyukur karena saya sadar kesempatan yang saya dapat tidaklah mudah, jadi saya jalani dengan senang hati.” 

Dan balet membawanya bisa perform diatas panggung dan membuatnya senang. Menghibur orang melalui tarian. Melihat penonton senang saat dirinya menari menjadi suatu perasaan luar biasa. Hasil keringatnya terbayar, rasanya hilang semua rasa jerih payah.

Pada bulan Agustus 2022, Jade memulai kerjanya di Junior Corps Company Member di Arts Ballet Theatre di Miami Florida, sebagai apprentice. Tidak hanya berkerja, Jade akan melanjutkan pelatihan baletnya dan mendidik penari balet pemula.

Harapan Balerina Muda

Berkarier di luar negeri bukanlah tujuan akhir dari cita-cita besar Jade. Kedepan, Jade ingin membuat wadah bagi penari-penari di Indonesia agar bisa mendunia. 

“Saya ingin dapat membantu balerina lain yang bersungguh-sungguh  ingin berkarir di dunia balet, tetapi mempunyai kendala terutama dalam hal keuangan, itu jika saya dipercayai Tuhan mempunyai kemampuan untuk itu. Saya ingin mendirikan foundation untuk membantu mereka.”

Belajar dari pengalaman, Jade mengerti bagaimana susahnya untuk dapat bertahan dan meraih cita-cita. “Saya benar-benar ingin membantu, ingin menjadi berkat bagi orang lain dan ingin terus berkarya tidak hanya bagi saya atau keluarga saya sendiri, tapi bagi orang lain, apalagi kalau bisa sampai membawa nama bangsa Indonesia lebih berkibar lagi, itulah cita-cita terbesar saya,” pungkasnya.