KabariNews – Beberapa reformasi kebijakan tengah berlangsung, namun Indonesia baru akan menikmati laju pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat pada tahun 2016 tanpa adanya penguatan pertumbuhan investasi, menurut laporan baru Bank Dunia.

Seperti dilansir dari siaran pers The World Bank, Rabu, (18/3), harga komoditas yang lebih rendah akibat perlambatan di Tiongkok berdampak pada proyeksi pertumbuhan Indonesia, menurut  Indonesia Economic Quarterly edisi Maret 2015, berjudul ‘Harapan Besar’. Pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 5,0 persen pada tahun 2014.

Belanja pemerintah yang naik dua kali lipat untuk infrastruktur dapat membantu meningkatkan permintaan dan mempercepat belanja investasi tetap, yang saat ini berkembang hanya 4,3 persen tahun-ke-tahun. Namun masih banyak hal yang perlu dilakukan, dan pelaksanaan efektif sangat krusial.

“Pemerintah Indonesia patut mendapat pujian atas reformasi subsidi bahan bakar serta realokasi anggaran untuk belanja infrastruktur. Tetapi harga minyak yang lebih rendah serta ketaatan pajak yang lemah mengurangi penghematan dari reformasi subsidi, sehingga dibutuhkan kebijakan tegas yang berkelanjutan dari pemerintah, untuk bisa mewujudkan harapan besar saat ini. Untuk jangka panjang, Indonesia akan memperoleh manfaat bila bisa memperbaiki sektor penerimaan, termasuk dari sektor non-minyak,” kata Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia.

Konsumsi domestik terus menjadi pendorong utama pertumbuhan. Tetapi risiko akibat kredit yang relatif lebih ketat, biaya impor yang lebih tinggi, serta tekanan pada profit margin dapat mengurangi belanja serta investasi domestik.

Maka, guna meyakinkan sentimen pasar, upaya Indonesia untuk memperkuat iklim investasi dan daya saingnya patut ditingkatkan. “Percepatan belanja investasi tetap dapat memperkuat ekonomi Indonesia, dan kuncinya adalah keterlibatan sektor swasta dalam upaya ini. Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk izin usaha oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) adalah langkah yang tepat. Namun implementasi sepenuhnya tidak akan terjadi seketika,” kata Ndiame Diop, Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia.

Laporan ini juga membahas peran sektor sumberdaya alam Indonesia saat periode ledakan sektor komoditas. Agar sumberdaya alam Indonesia yang sangat besar potensinya dapat berperan lebih besar dalam pembangunan, maka diperlukan manajemen publik yang efektif terhadap sumberdaya tersebut, juga kerangka kerja kebijakan yang kuat demi penyusunan peraturan yang tepat. (1009)