Kios buku PohanPohan (55) dan Tuti Pohan (46) terlihat kompak siang itu menjual buku-buku dagangannya, setiap ada orang yang lewat dan melirik kios buku sederhananya, mereka tak sungkan untuk menawarkan apa buku yang mereka inginkan di kios yang berada di wilayah Jembatan Hitam, Jatinegara, Jakarta Timur ini. “Nyari buku apa pak, buku agama banyak disini tinggal pilih saja” terang Pohan.

“Banyak orang harus baca buku-buku tentang agama, mas tahu sendiri disini kan banyak maksiatnya” kata Pohan. Menurutnya, agama itu apa pun agamanya, penting untuk dipelajari agar manusia bisa terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh agama. Itulah Pohan yang acapkali bersuara soal agama kepada pelanggan yang ingin membeli buku agama yang dijualnya.

Menempati kios yang terbilang kecil di salah satu sudut pasar loak Jembatan Hitam, kios buku Tuti Pohan seperti nama yang terpampang jelas di atas kiosnya bisa dikatakan satu-satunya kios yang menjual buku di wilayah tersebut. “ Tak ada lagi kios jual buku selain saya disini” tutur dia. Berdagang buku seakan-akan telah mendarah daging bagi pria kelahiran Sumatera utara ini. “ Saya jual buku lebih dari 30 tahun, dulu di  kios ini sampai banyak buku-bukunya, saya saja sempet susah untuk duduk di dalam kios” kata Pohan kepada Kabarinews.com. Lambat laun saking banyaknya pembeli akhirnya buku-buku tersebut berhasil dijual.

Kiosnya yang sekarang mereka huni  bukanlah kios pertamanya, Pohan sempat pindah beberapa kali, berdagang dari wilayah Jatinegara dengan gelaran lapak seadanya sampai bukan kios kecil di samping stasiun Jatinegara. Sampai akhirnya, dari bermodal dana yang disisihkannya, Pohan perlahan memberanikan diri untuk membeli kios yang dulunya dia sewa sebesar 6 juta pertahunnya. Dia tak lagi kuatir rongrongan tramtib yang kerap menghantui  para pedagang pinggir jalan. “Dulu waktu masih di Jatinegara, lapak digusur oleh tramtib tapi sekarang kemarin-kemarin saja ada pembongkaran tapi disini aman-aman saja” kata Pohan yang telah dikarunia oleh empat orang cucu ini.

Bagaimana dengan buku-buku yang dijualnya? Buku-buku yang dijual ibarat harta tersembunyi bagi para pecinta buku. Pasalnya, dibalik tumpukan bukunya terkadang terselip buku-buku yang tergolong antik. Hanya saja membutuhkan waktu yang lama dan berdebu untuk mengaduk-ngaduk bukunya, Namun jika sabar, buku berbahasa Belanda yang terbit di awal abad 21 pun dapat kita temukan. Contohnya saja buku berbahasa Belanda yang berjudul ”Welvaartszorg In Indonesie” yang terbit tahun 1948, atau buku “Wissel-En Chequerecht” yang terbit tahun 1950-an. Atau bahkan buku “Sejarah Indonesia Modern” terbitan lama karya MC. Riklefs.

Soal harga, Pohan tidak terlalu mematok harga mahal untuk buku-bukunya. Dan memang tergantung dari jenis bukunya, untuk buku agama Pohan menjualnya dengan harga sedikit mahal dibandingkan dengan buku-buku terbitan lama. Bahkan buku-buku Ensiklopedia Americana yang berjilid-jilid itu dibandrol Pohan satuannya hanya Rp.10.000, untuk satu bukunya asalnya membeli banyak. Begitu pun dengan buku ensiklopedia lainnya yang dijualnya dengan harga yang tergolong murah meriah. “Bisa dibandingkan deh harganya, di tempat lain harganya sudah mahal” kata Pohan yang mendapatkan stock bukunya dari orang yang sering datang di kiosnya untuk menawarkan buku. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?61859

Untuk melihat artikel Kisah lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Asuransi Bisnis