KabariNews – Ternyata banyak cara untuk mencari profesi bila orang yang menjalani mau sedikit kreatif. Seperti halnya yang terjadi dipasar sapi tradisional. Tidak hanya penjual dan pembeli sapi yang terlibat di dalamnya. Profesi yang dominan di pasar sapi tradisional adalah, Blantik atau makelar (broker sapi). Tugas Blantik sapi mencarikan jenis sapi yang diinginkan pembeli sesuai budget yang ada dan perlu pendekatan khusus agar tidak menjadi korban Blantik nakal. Balantik sapi memang sering dianggap membantu pembeli untuk tawar menawar harga. Dan agar tidak tertipu ketika bertransaksi di pasar sapi, meski kadang merugikan pembeli.

Selain Blantik sapi, ternyata ada profesi lain yang dianggap unik dan antik, yaitu tukang tukang potong kuku sapi. Nah! Inilah uniknya, karena profesi ini laku dan sangat dibutuhkan pedagang yang akan menjual sapinya agar penampilan sapinya terlihat lebih rapi dan bersih, sehingga sapi di hargai dengan lebih tinggi.

Tukang potong kuku sapi ini biasanya merangkap juga sebagai tukang merapikan tanduk sapi. Sapi yang memliki tanduk terlalu panjang akan dipendekan sehingga sapi terlihat lebih muda.

“Keberadaan tukang potong kuku sapi sangat membantu kami, walaupun harga sapi jika sudah dicukur kukunya dan tanduknya dirapikan naik hanya sekitar Rp 200 ribu sampai dengan Rp 300 ribu,” tutur Sujak, Blantik sapi pasar Jatirogo, Tuban, Jawa Timur.

Sukardi (48) salah seorang tukang potong kuku dan tanduk sapi di pasar sapi Jatirogo menuturkan, bila pekerjaannya terlihat sepele, tetapi banyak pedagang merasakan manfaatnya dari profesi dirinya. Ia sudah puluhan tahun  menjalani profesi sebagai tukang potong kuku dan tanduk.

“Pekerjaan saya membutuhkan teknik tertentu mas, karena saya berhadapan dengan sapi yang setiap saat bisa berubah wataknya. Kelihatannya jinak, namun bisa berubah liar saat kukunya atau tanduknya saya potong,” kata Sukardi.

Kemudian Sukardi yang akrab disapa Lik Di ini menuturkan pengalamannya kala memotong kuku sapi. Ia pernah terjungkal karena ditendang sapi saat memotong kuku sapi. Sambil tertawa kecil, Lik Di meneruskan ceritanya, karena insiden itu ia sampai malu karena semua orang pasar melihat kejadian itu. Ia mengakui salah perhitungan.

“Kalau sakit bisa di tahan mas, namun malu dilihat orang se-pasar itu yang gak bisa ditahan,” tuturnya sambil tertawa.

Ditanya soal tarif potong kuku dan tanduk sapi, Lik Di menjelaskan, tarif untuk potong kuku sapi dibandrol dengan tarif Rp 25 – Rp 30 ribu dan bila sekaligus dengan merapikan tanduk, Lik Di memasang tarif Rp 50 ribu. Lik Di juga menjamin dengan tarif sebesar itu, bisa mendongkrak harga jual sapi karena sapi terlihat lebih muda.

Dalam satu hari Sukardi biasanya mendapat order potong kuku sapi 3 sampai 4 ekor, itu pun ia jalani tidak dalam satu pasar sapi, namun di beberapa lokasi pasar sapi. Orderannya bisa meningkat tajam menjelang Hari Raya Idul Adha atau perayaan tertentu.

Para pedagang sapi, pembeli sapi, Blantik, dan tukang potong kuku sapi berbaur menjadi satu dalam kehidupan pasar sapi tradisional. Tak jarang mereka mampu membuat laju perputaran uang hingga milyaran rupiah dalam satu hari. (Yan-Jatim).