Presiden Sby

Usianya baru 36 tahun pada 27 November nanti. Tapi karirnya di Kejaksaan Agung RI melesat cukup pesat. Setelah beberapa berkutat mengurusi terorisme, tapi kini ia dipercaya menjadi Kasubag Ekstradisi dan Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana pada Biro Hukum dan Hubungan Luar Negeri. Ia ibaratnya, berperan sebagai Duta bangsa kita dalam penegakan hukum di luar negeri. Seperti apakah itu?

Di negara kita yang berpenduduk hampir 250 juta jiwa ini, hanya ada 7.698 jaksa yang bertugas dan bertanggung jawab menegakkan hukum. Pada tahun 2009, jaksa perempuan ada sebanyak 2.208 orang, berarti sekitar sepertiga kursi jaksa yang tersebar di Kejaksaan Negeri, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Agung diduduki oleh perempuan. Mahayu sendiri menjadi Kepala Sub Bagian Ekstradisi dan Bantuan Hukum Timbal Balik (Mutual Legal Assistance-MLA) dalam Masalah Pidana pada Biro Hukum dan Hubungan Luar Negeri.

“Tugas dan kewenangan saya sekarang lebih strategis, karena berdiri di garis terdepan mewakili Kejaksaan Agung dalam berhubungan dengan counterpart negara asing dan instansi terkait sebagai otoritas yang berkompeten melakukan pelaksanaan ekstradisi dan bantuan timbal balik,” ujar Mahayu, yang rupanya tidak bercita-cita jadi jaksa.

“Saya ingin jadi diplomat. Tapi rupanya inilah jalan yang dipilihkan Tuhan untuk saya. Uniknya, tugas saya sekarang ini, dari ragam dan lingkup kerjanya, mirip seorang diplomat. Menjadi duta bangsa Indonesia dalam penegakan hukum di luar negeri.”

Perempuan Cocok Jadi Jaksa

MahayuBicara tentang profesi jaksa, Mahayu menilai perempuan cocok menjalaninya. Perempuan dapat menjalani beberapa pekerjaan dalam watu-waktu, berdedikasi tinggi dan sangat tekun dalam bekerja. Nalurinya juga kuat, jujur dan ulet, serta pekerja keras. Melihat sifat-sifat yang jadi kelebihan itu, maka perempuan cocok menjadi jaksa.

Karena itu di banyak kesempatan, ia kerap menyampaikan kepada kaum perempuan di Indonesia untuk mulai mempertimbangkan untuk menjadi jaksa. Indonesia, menurutnya, sangat mendukung perempuan yang terjun ke profesi ini. Tidak ada perlakuan diskriminatif maupun pembatasan dalam menerima jumlah perempuan sebagai jaksa. Apa pun jenis kelaminnya, lelaki atau perempuan, punya peluang sama menjadi jaksa, asalkan ia mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penegak hukum.

“Yang penting lagi, perempuan jaksa mesti mampu memilah-milah secara bijak dan tegas, antara nalurinya sebagai perempuan dengan sikap profesionalismenya sebagai jaksa. Jadi, sebagai perempuan, tidak kehilangan naluri sebagai perempuan, tapi tetap dapat menangani masalah keadilan dan hukum pun bisa ditegakkan. Bagaimanapun, negara kita adalah negara hukum. Jaksa dituntut untuk dapat menegakkan hukum sebagai Panglima di negara ini,” ujar perempuan ramah yang ternyata sejak kecil luwes membawakan tarian Jawa.

Perjalanan Karier

Mahayu-1Mahayu lulus Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang pada 2011, kemudian langsung bekerja di Kejaksaan Agung RI. Pada 2006, dari kesempatan kuliah yang diberikan, ia berhasil meraih gelar Master Hukum dari University of Melbourne, Victoria, Australia. Di situlah kemampuannya selaku jaksa diuji.

“Saya ditugaskan selaku Jaksa Penuntut Umum di Satuan Tugas (Satgas) Terorisme dan Kejahatan Trans Nasional. Banyak kasus yang harus ditangani. Alhamdulillah, kinerja kami diakui oleh dunia internasional, sehingga pemerintah Indonesia dinilai mampu menangani permasalahan ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan beberapa negara tetangga pun sering mengundang kami untuk berbagi pengalaman,” ujar perempuan cantik yang semasa kuliah aktif di berbagai organisasi kampus. Tercatat ia pernah menjadi Direktur Asosiasi Mahasiswa Fakultas Hukum ASEAN untuk Komite Universitas Diponegoro (1999-2000).

Mengorbankan Waktu Tidur

Kini hari-hari Mahayu selain berkutat di kantor Kejaksaan Agung, serta sering harus bepergian memenuhi tugas kerja ke luar negeri. Di antaranya juga masih berupa tugas sebelumnya, yakni tampil di seminar internasional sebagai pembicara atau narasumber. Belum lama ia hadir di United Nations Counter Terrorism Executive Directorate (UNCTED) Seminar for Prosecutors: Prosecutors and the Rule of Law di Dar Es Salaam, Tanzania (2013), juga di Global Counter Terrorism Forum (GCTF), Working Group of Criminal Justice Sector di Belanda ( 2012) dan Jerman (2013).

Nilai yang bisa dipetik dari sosok Jaksa Muda yang satu ini adalah betapa hidup ini memberi banyak pilihan. Tinggal kita mau mengambil pilihan yang mana, lalu mengerjakannya secara konsisten dan berani. Tidak cepat menyerah, meski jalan yang dilalui penuh kerikil dan batu halangan. Optimis, fokus dan tenang akan membuahkan pemikiran yang bijak dan membuat keputusan yang tepat.

Menurut Mahayu, yang tidak kalah pentingnya dalam bekerja di ranah hukum yang berat, perempuan mesti pandai memilah waktu dan prioritas untuk pekerjaan dan keluarga. Bagaimanapun, menurut pengalaman Mahayu, dengan dukungan dan doa dari orang tua, suami serta anak-anak, langkah menjadi mudah, ringan dan penuh berkah.

Tantangan di dunia kerja saja sudah besar sekali. Di Biro Hukum dan Hubungan Luar Negeri, ia mesti berkutat dalam hal pembuatan kebijakan. Tugas dan tanggung jawabnya adalah menangani secara administratif permintaan ekstradisi dan bantuan hukum timbal balik dari negara peminta kepada Indonesia, atau sebaliknya. Sebuah kerja yang menuntut keseriusan yang tinggi.

Di keluarga, sebagai istri dan ibu, juga tak kalah pentingnya amanat yang diembannya. Waktu 24 jam serasa kurang bagi Mahayu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya semua. Menurutnya, kantor dan rumah menuntutnya untuk tampil prima, sehat, gembira dan penuh semangat. Bagaimana bila energi sudah tersedot di pekerjaan?

“Tuntutan pekerjaan terkadang bisa 24 jam sehari, sampai harus menginap di kantor. Sudah pulang pun, mesti tetap standby. Tidak adil kalau pulang terus tinggal loyo dan tidak bersemangat. Kasihan keluarga, suami dan anak-anak,” ujar Mahayu sambil berseloroh, tapi serius, “Harus ada yang dikorbankan, jam tidur saya. Lalu lintas kita ‘kan macet ya pas jam pulang kantor. Jadi, saat itulah cepat-cepat saya manfaatkan untuk tidur. Sampai rumah, sudah seger lagi, bisa bercanda dengan anak-anak.” Perlu mengulik akal ya! (1003)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?59195

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

gihan_ezine