Nurhaida

Semula Ir Nurhaida, MBA adalah Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bappepam), dan kini ia menjadi anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK-OJK) sebagai Kepala Eksekutif. Melihat kiprahnya di Pasar Modal, agaknya meyakinkan kita semua, bahwa latar belakang pendidikan tidak mesti membelenggu bidang kerja seseorang.

Perempuan berperawakan mungil ini menjunjung tanggung jawab yang tidak ringan dalam menjaga keberadaan Pasar Modal di Indonesia. Bersama tim yang tergabung dalam Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK-OJK), ia harus memastikan perjalanan di bursa efek secara keseluruhan di Tanah Air. Yang menarik, perempuan kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat, 27 Juni 1959 itu semula adalah seorang insinyur. Bagaimana, bila kemudian ia beralih ke dunia keuangan?

Dari Tekstil ke Keuangan

Nurhaida-1

Adalah pengalaman pertukaran pelajar ke Amerika yang membuka wawasan perempuan asal Sumatera Barat ini dalam melangkah ke masa depan. Di sana ia diajak meninjau pusat industri tekstil yang begitu maju, sehingga begitu tiba di Indonesia dan lulus SMA, ia pun mendaftar di Fakultas Teknologi Tekstil dan Kimia Tekstil Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Saya insinyur tekstil, tapi masuk di Departemen Keuangan pada 1989 di unit Badan Pelayanan Kemudahan Ekspor. Unit ini terkait dengan pendidikan saya, karena menyoroti soal lalu lintas impor bahan tekstil, juga yang memberikan pembebasan bea masuk produk impor sepanjang barang tersebut dapat diekspor kembali. Unit ini mengajarkan saya tentang dunia keuangan berskala besar (makro), sekaligus membuka dunia baru untuk saya, yaitu di bidang keuangan,” ujar Nurhaida.
“Ilmu teknologi tekstil atau kimia tekstil saya terpakai di sini. Misalnya, bahan baku yang diimpor adalah bahan tekstil, lalu material itu diproduksi menjadi garmen menjadi jaket diekspor kembali. Nah, impor serupa ini diberi pembebasan bea masuk. Juga ilmu yang penting untuk mengawasi ekspor di bidang tekstil.”
Dua tahun bekerja di sana, ia mendapat peluang sekolah lagi dari kedinasan. Nurhaida berpikir, ia bekerja di bidang keuangan, semestinya punya latar belakang penguasaan ilmu ekonomi. Makanya, ketika bersekolah S2 ia mengambil bidang ekonomi, lalu meraih gelar Master of Business Administration (MBA) dari Indiana University, Bloomington, Amerika.
“Barulah ilmu saya klop dengan pekerjaan saya, lalu kembali ke Indonesia, merintis karier lagi, lalu menjadi Kepala Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil, beranjak menjadi staf Ahli Menteri Keuangan dan pada 2011 di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bappepam-LK) dan kini sebagai anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” tambahnya.

Mendalami Pasar Modal

Nurhaida-2

Nurhaida lama menangani dunia pasar modal di Tanah Air. Di Bappepam-LK yang kemudian berubah nama menjadi Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, tugasnya mengatur dan mengawasi pergerakan pasar modal di Indonesia. “OJK fungsinya meneruskan apa yang ada di Bappepam-LK terkait pasar modal dengan undang-undang yang masih sama, tetapi nilai tambah OJK adalah bidang pengawasan dan pengembangan pasar modalnya lebih luas,” jelas Nurhaida.
Menurutnya, OJK bisa menjadi indikator untuk melihat kemajuan Indonesia di bidang keuangan. Di negara maju, kontribusi pasar modal terhadap negara itu imbang dengan industri perbankan, sementara di Indonesia, kontribusi pasar modal terhadap perekonomian masih sebesar 20%. Oleh karena itu OJK dibentuk untuk memperjuangkan pasar modal semakin maju dan seimbang dengan perbankan.
Banyak hal terkait dengan pasar modal, di antaranya menyiapkan sumber daya manusia yang andal di sana, menganalisa peraturan terkait, menyusun tatanan yang baik, dan memasyarakatkan pasar modal sebagai investasi yang layak dan halal. Untuk itu di OJK ada kebijakan strategis yang bertujuan untuk meningkatkan market deepening, yaitu menawarkan lebih banyak produk modal ke publik, misalnya mengembangkan produk-produk syariah dan obligasi yang variatif.
Jumlah investor di retail saja belum sampai 1% dari seluruh penduduk Indonesia. Jadi, peluang untuk mengembangkan animo masyarakat ke pasar modal sangat besar. Mengapa demikian? Karena masyarakat belum familiar dengan pasar modal dan ada keraguan tentang halal tidaknya transaksi di pasar modal. Hal ini sepatutnya tidak menjadi masalah, karena Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa, bahwa pasar modal itu halal, karena ini bukanlah riba atau judi.
Untuk itulah Nurhaida terpikir untuk menyebarluaskan pemahaman yang gamblang tentang pasar modal, terutama kepada generasi muda yang kelak akan memimpin negara ini. Kantornya pun terbuka kepada siswa-siswa sekolah yang ingin mengetahui lebih banyak tentang pasar modal. Ia juga giat melakukan sosialisasi tentang OJK selaku otorita pengawas pasar modal ke daerah-daerah.

Kerja Tidak Hitung-hitungan

Yang patut digarisbawahi, dalam perjalanan karier Nurhaida adalah, betapa kesuksesan itu bukan hadiah dari kerja santai.
“Saya merangkak dari bawah. Bekerja dengan total, tidak hitung-hitungan waktu, sigap, bersikap profesional, dan memberi melebihi apa yang menjadi tanggung jawab saya,” ujar Nurhaida, berbagi rahasia kesuksesan kariernya. “Selalu, di setiap penempatan, saya pulang paling malam. Semua staf sudah pulang, saya masih di kantor. Pokoknya, kerja tidak boleh manja dan harus mau lelah. Kerjakan tugas sebaik mungkin. Penting untuk tidak sedikit-sedikit berpikir tentang reward, imbalan yang didapat dari tugas yang diberikan. Di atas semua itu, bekerjalah dengan hati.”
Namun, Nurhaida percaya kalau pencapaian kerjanya hingga saat ini bukan keberhasilan dia seorang. Banyak orang yang memberikan kontribusi kepadanya. Pertama, keluarga, suami dan anak-anaknya. Kemudian dukungan dari tim kerja di kantornya, serta kepercayaan dari pimpinan di instansi tempatnya bekerja.
“Yang terakhir, namun tiada terkira dukungannya adalah orang tua yang telah mendidik dan mengasihi saya sejak kecil. Ayah Ibu kehidupannya sederhana, tapi cara berpikirnya sangat maju. Mereka berani melepas saya ketika itu umur 16 tahun untuk pertukaran pelajar ke Amerika. Keputusan mereka sangat berarti, membuat saya jadi pribadi mandiri, berwawasan luas dan bertanggung jawab. Malu bila tidak menuntaskan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.” (1003)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?61076

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

lincoln