Perempuan cantik ini bukan seorang insinyur, tetapi kesehariannya berkutat dengan pekerjaan teknik selaku President & CEO PT Primarail International. Dari perjalanan kariernya dapat ditarik pembelajaran, bahwa karier tak selalu harus didasari oleh latar pendidikan yang searah.

Kereta Api merupakan sarana transportasi yang paling efisien dan efektif di wilayah yang penduduknya padat, seperti Jakarata, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek—Red). Selain cepat, sekali angkut beberapa ratus orang langsung terbawa. Dibandingkan jalan darat dengan mobil, misalnya, untuk jarak tempuh yang sama, dibutuhkan waktu yang sangat lama, bisa dua atau tiga kali lipat.

Berarti, peluang menanamkan modal di bisnis perkereta-apian amat cerah, tapi anehnya, tak banyak investor yang tertarik. Di antara yang langka itu adalah Tatyana Sutara, perempuan mungil ini. Ia tidak keliru, karena kini dengan semakin macetnya lalu lintas dari dan ke Jakarta, kereta api jadi pilihan para karyawan dan karyawati. Itu sebabnya, meski tidak tahu bidang kereta api sama sekali, ia memutuskan memusatkan perhatian di bidang itu.

Mulai Dari Nol

Memimpin perusahaan di bidang industri transportasi kereta api bukan perkara yang mudah. Tapi itulah yang ditekuni empunya nama Tatyana Sentani Sutara sejak 2004 lalu. Pertama, ia mencanangkan perusahaannya sebagai konsultan perkereta-apian, pembangunan rel, pengelasan rel, sinyal dan telekomunikasi serta sebagai pemasok produk-produk terkait kereta api seperti bantalan dan aksesori rel kereta api, serta agen klip penyambung rel kereta api.

Dari muda, perempuan kelahiran Sukamandi, Subang, Jawa Barat tahun 1963 ini seorang yang jeli membaca peluang. Ia tak segan menentukan langkahnya, meski harus berbeda dari yang lain. Ia banting setir, meski telah nyaman di pekerjaannya sebagai sales kartu kredit di American Express, Lippo Bank dan trader di Bursa Efek Jakarta.
“Banyak kelebihan dan keuntungan dari transportasi berbasis rel, tidak menyebabkan polusi, efektif mengangkut penumpang dalam jumlah banyak, serta cepat. Tidak terhalang lampu merah,” ujar putri dari pasangan Sutara Martadisastra (75) dan Aida Surya (71) ini.
Selama ini, Tatyana telah memimpin berbagai proyek membangun dan meremajakan konstruksi rel kereta api di beberapa daerah di seluruh Indonesia, di antaranya di Karangkandri, Banjar, Tegal, Purwokerto dan Surabaya. Ia melibatkan para ahli kereta api dalam pengerjaannya, termasuk design enginering untuk kereta api maupun tenaga konstruksi di lapangan.

Tetap Ibu Tersayang Bagi Putera Tunggalnya

Tugas dan tanggung jawab di kantor tentu tidak ringan. Belum masalah yang ada dalam perusahaan, tetapi juga memikirkan strategi untuk menghadapi persaingan dari perusahaan sejenis. Di sela kesibukannya, ia juga senang sibuk di sejumlah organisasi sosial. Di antaranya, memberdayakan kaum perempuan di Tanah Air di bidang politik dan teknologi. Dengan teman-temannya, ia merintis terbentuknya Women’s Forum for Exellence yang membahas masalah perempuan di Indonesia, sekaligus menggali potensi yang mereka punyai. Satu kegitatan bertajuk ‘Pesta Demokrasi Perempuan Indonesia’, tercatat berhasil dilakukannya. Ketika itu dihadirkan, 1.000 perempuan dalam dialog terbuka tentang para calon presiden dan calon wakil presiden.

“Perempuan harus berwawasan luas, karena ia adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Terlebih di masa depan yang penuh dengan tantangan,” jelas Tatyana yang juga aktif di WITT (Wanita Indonesia Tanpa Tembakau) ini. Ia juga aktif di Lions Club Cosmopolitan yang banyak melakukan kegiatan kemanusiaan kepada masyarakat yang kurang beruntung. Di antaranya, menyelenggarakan operasi katarak dan memberikan kaca mata gratis.

Ketertarikan Tatyana dengan kegiatan sosial tertanam sejak kecil. Ayahnya lebih sering mengajaknya ke kampung-kampung melakukan kegiatan sosial, pengobatan gratis atau sunatan massal daripada jalan-jalan santai ke tujuan wisata. Tapi ia bersyukur, karena pengalaman itu membangun rasa peduli yang membuatnya bahagia tatkala orang yang dibantunya tersenyum gembira. Itu sebabnya, ia menularkan empati kepada nasib sesama itu tatkala anaknya, Gavin Mahendra Raditya Utama, masih kecil. Membangun rasa syukur itu sangat penting, supaya hidup jadi seimbang.

Selain itu, nilai positif yang ditularkan Tatyana kepada anaknya adalah bagaimana hidup itu harus hemat, bekerja keras dan menghargai apa yang didapat. Penting, katanya, anak dididik untuk belajar mengatur keuangan sendiri. Dari situ, bisa dipetik keterampilan mengelola keuangan, taktis dalam pengeluaran, serta berpikir untuk melakukan investasi. Disinggungnya, dulu tatkala baru bekerja di American Express, gajinya tidak untuk beli baju atau tas bagus, tapi yang dibelinya adalah cincin emas. Kemudian bulan depan, emas tadi ditukarnya dengan berlian kecil, lalu terus berlanjut sehingga menjadi investasi yang lebih bernilai. Nilai dan sikap seperti itu sangat berguna tatkala ia jadi pengusaha kini.

Tatyana Sutara juga aktif di KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) sebagai Wakomtap Perhubungan bidang Perkereta-apian. Sebagai pengusaha, ke depan ia optimis Indonesia bisa mewujudkan perekonomian yang lebih baik, asalkan bisa menyiapkan prasarana yang berdaya saing kuat dan menghasilkan produk bermutu serta berperan di dunia perdagangan internasional.

Ada catatan menarik dari dirinya. Meski sibuk, ia tetap terus belajar, dan merampungkan thesis S2 bidang diplomasi di Universitas Paramadina dengan topik ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA). Topik, tetap menarik dan masih jadi perhatian para pelaku niaga hingga saat ini.

Dari semua aktivitas yang memenuhi hari-harinya, yang di utamakan Tatyana adalah kebersamaannya dengan sang putra tunggalnya. Dari kecil, Gavin, kini telah dewasa, selalu dilibatkan dalam aktivitasnya, baik kegiatan sosial maupun pekerjaan. Dengan ikut menolong orang yang tidak mampu, ia ingin membangun karakter dan kepekaan sosial pada sang anak, serta membuatnya pandai mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa.

Sedangkan di kegiatan kantor untuk menghadirkan keseimbangan,bahwa selain memberi juga harus berkarya. Materi itu harus dicari dan diperjuangkan. Tidak ada yang gratis atau jatuh dari langit.

Untuk itulah, sebagai ibu, Tatyana menularkan mottonya Plan, Do, Review kepada sang putra. Tak ada kegiatan yang tak penting di agendanya. Semua terkelola dengan baik. Dan ibu tersayang bagi Gavin ini banyak terbantu dengan adanya organizer. Ia bisa mencatat agenda kerja maupun pertemuan dengan baik.

“Pendek kata, teknologi modern, seperti smart telephone, internet, dan Ipad memudahkan urusan, jadi simpel dan efisien. Zaman sekarang, perempuan harus melek teknologi,” tandas Tatyana.(1003)

Untuk share  artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?54756

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :