Yusuf Sumartha

Yusuf Sumartha

Saat akan kuliah teknik, Yusuf Sumartha dihadapkan pada dua pilihan: di Jerman atau Amerika. Tetapi karena kendala bahasa Jerman yang sulit, pilihan pun jatuh pada Amerika. “Inilah keputusan terbaik dan sangat saya syukuri,” katanya, “Selain mendapat keilmuan yang amat bermanfaat, terlebih nilai-nilai dan karakter masyarakat setempat sangat mencerahkan.”

Kecintaannya pada bidang teknik mengantarnya ke Negeri Paman Sam, lalu bersemangat kuliah di University of California, Berkeley hingga berhasil menamatkan Strata 1 di bidang Mechanical Engineering pada 1995. Tanpa menunggu lama, langsung melanjutkan ke Strata 2, masih di bidang teknik, yakni Material Science and Engineering di Massachusetts Institute of Technology dan diwisuda pada 1997.

Banyak ilmu tentang teknik rekayasa materi dipetiknya semasa kuliah. Namun lebih jauh dari itu. Menurut anggota klub bergengsi Tau Beta Pi and Pi Tau Sigma ini, bagaimana proses pendidikan itu telah membentuk pola pikir yang sistematis, sehingga dapat dengan lebih mudah memecahkan masalah. Yang sangat mencerahkan adalah pola pikir bangsa Amerika yang progresif, menjalin hubungan dengan sesama, tanpa membeda-bedakan asal-usul orang tersebut. Tanpa prasangka.

“Pada zaman saya, murid Indonesia terbanyak ke-2 atau 3 di Amerika. Top 5! Satu sama lain kompak, besar hati, gotong royongnya kuat dan bertindak sebagai support group yang luar biasa. Pernah saya kecelakaan di depan kampus UC Berkeley. Sedang trauma saat itu, tahu-tahu ada siswa Indonesia yang mungkin ‘turun dari langit’, menolong saya, membawa saya mendapatkan pengobatan. Mengharukan sekali,” ujar Yusuf yang sempat bekerja 2,5 tahun di McKinsey&Company sebelum kemudian pulang ke Indonesia.

Berkiprah di Bisnis Dengan Misi

UC Berkeley Campus

UC Berkeley Campus

“Pada 1998 saya pulang. Indonesia sedang mengalami krisis, tapi seiring waktu berjalan, ekonomi Indonesia booming, maju dan sangat dipandang di panggung dunia. Saya rasa tidak ada waktu yang lebih baik lagi untuk berada di Indonesia saat ini,” ujarnya, mantap.Begitu tiba di Indonesia, ia berkiprah di banyak bidang usaha. Dari mulai mengurusi perusahaan keluarga hingga kini berkiprah luas. Dari bisnis gula, lalu mengurusi kopi dan merambah ke bisnis makanan dengan membangun JJ Royal Brasserie. Bagaimana kiprahnya?Sebagai sebuah investasi di Indonesia, menurut Yusuf, gula sangatlah besar. Konsumsi gula sebanyak 5 juta ton per tahun, sedangkan produksinya hanya setengahnya—sebesar 2,5 sampai 2,6 juta ton per tahun. Berarti, untuk mengisi kekurangan itu, harus mengimpor. Di sinilah bisa mengisi kekurangan gula di pasar. Saat ini kebanyakan gula impor dalam bentuk gula kasar, dan masih harus diolah lagi di pabrik menjadi gula rafinasi. Umumnya gula ini untuk konsumsi industri.Sementara itu, di Tanah Air, Yusuf Sumartha berkiprah di bisnis gula yang bernama Gulaku. Gula bermerek pertama dan terbesar di Indonesia. Sebagai Direktur Eksekutif di perusahaan ini, ia tak lantas berpuas diri. Justru sebagai pemimpin di pasar gula, ia terus mengajak timnya untuk bersemangat dan bekerja lebih keras melakukan terobosan guna memenuhi kepuasan konsumen. Langkah yang telah dibuatnya, seperti menjual gula dalam bentuk sachet yang praktis, dan berbentuk pouche yaitu kantung dari plastik dengan corong, sehingga tidak lagi memerlukan wadah stoples.

Dengan Prof. Chang Lin Tien, Chancellor University of California, Berkeley, 1995

Dengan Prof. Chang Lin Tien, Chancellor University of California, Berkeley, 1995

Melihat masih kurangnya pasokan gula, Yusuf memiliki keprihatinan tersendiri. Sebagai pelaku usaha, tentu akan banyak hal bisa dilakukan untuk meningkatkan produksi gula di Tanah Air. Di Indonesia, lahan masih cukup luas, cara produksi gula pun tak kurang, tetapi menurutnya, perkembangan permbinaan di sektor gula masih sangat lamban. Terlebih bila yang disasar adalah swasembada gula. Diperlukan berlipat-lipat usaha untuk mencapainya. Namun yang mendasar adalah bantuan pemerintah dalam memberikan perizinan, sehingga pihak swasta dapat berkiprah lebih baik.

Selain gula, Yusuf juga berkiprah di bisnis kopi di JJ Royal Coffee. Ada fakta menarik, sekaligus menjadi ironis, karena ternyata selama ini Indonesia merupakan 1 dari 5 negara penghasil kopi terbaik dunia, di antaranya kopi Toraja dan kopi Mandailing. Sementara kopi-kopi terbaik anugerah Tuhan ini lebih beredar dan terkenal di luar negeri. Konsumen dalam negeri hanya mengenal dan meminum kopi yang umum saja.

“Karena itu misi kami adalah memperkenalkan kembali kopi-kopi terbaik Indonesia kepada masyarakat di Tanah Air. Caranya, mengolah semua origin coffee dengan tipe produk yang berjumlah puluhan itu, termasuk kopi kelas 1, agar bisa dinikmati oleh masyarakat kita. Dalam pengamatan saya, tiga tahun terakhir masyarakat kita keranjingan ngopi. Ini sebuah potensi yang baik,” jelas Presiden Direktur JJ Royal Coffee, yang banyak melakukan kerja sama dengan para petani kopi di Toraja, Jawa dan daerah lainnya.

Hemat Yusuf lagi, pada 2012 Indonesia merupakan pengekspor kopi nomor 4 di dunia dan konsumsi kopi dalam negeri juga sangat besar. Untuk itulah ia terus menciptakan terobosan dalam bentuk kemasan yang unik. Di antaranya kopi dalam bentuk sachet dengan nama Indonesia sekali, Kopi Tubruk. Uniknya, ia sengaja menyertakan gula, tapi terpisah, sehingga konsumen bisa menikmati kopi sesuai kesukaannya, mau manis atau pahit.

Konferensi Pers. JJ Royal Cofee bersama Dewi Lestari dan Andra & Blackbones

Konferensi Pers. JJ Royal Cofee bersama Dewi Lestari dan Andra & Blackbones

Untuk menunjang kiprahnya mengenalkan kopi terbaik Indonesia di pasar dalam negeri sendiri, Yusuf merambah ke bisnis makanan. Ia menjadi Presiden Direktur di legenda kuliner untuk food & beverage. Namun belum banyak yang bisa disampaikannya tentang kiprah bisnisnya yang satu ini, kecuali keinginannya memberi pengalaman menarik dan unik bagi masyarakat dalam menikmati kopi.

Tidak melirik ekspor ke luar negeri? Yusuf Sumartha menjawab, untuk jangka pendek, tidak. Dengan alasan yang sederhana tadi, produksi gula yang masih kurang. Gulaku masih berjuang memenuhi kebutuhan konsumen gula di dalam negeri. Sedangkan untuk JJ Royal Coffee masih dengan misinya, yakni memperkenalkan kopi terbaik Indonesia di Tanah Air. Meski tak dipungkirinya, banyak permintaan dari rekan-rekannya di luar negeri untuk mengekspor kopi terbaik dari Indonesia. Apa rahasianya agar sukses berkarier?

“Orang tua saya. Mereka berlatar belakang pedagang, dan banyak sekali nasihatnya. Tapi yang selalu saya pegang adalah “Dalam hal apa pun, belajar atau bekerja, lakukan yang terbaik. You always do the best, and God will take care of the rest, berbuatlah yang terbaik. Untuk hasilnya, serahkan pada Yang Mahakuasa,” ujar Yusuf, takzim.

Selalu Rindu Berkeley

Dengan Calsol, tim balap tenaga surya di Berkeley, 1994

Dengan Calsol, tim balap tenaga surya di Berkeley, 1994

Lima belas tahun sudah Yusuf Sumartha merintis dan mengembangkan kariernya di dunia usaha di Tanah Air. Menurutnya, Indonesia terus bergiat membangun. Karena itu ia sempat mengajak rekan-rekan yang masih belajar atau bekerja di Amerika untuk kembali ke Tanah Air. Indonesia masih membutuhkan banyak talenta dan sumber daya manusia untuk membangun negeri ini, katanya.

Kendati demikian, pengalaman beberapa lama tinggal di Amerika tak urung menumbuhkan kenangan manis tersendiri bagi Yusuf. Selalu ada rasa rindu untuk Berkeley, ujarnya. Bahkan ia berharap dapat berkunjung lagi ke Amerika dalam waktu dekat. Dan sepertinya menjadi semacam tradisi baginya untuk ‘mudik’ ke sana tiap 1-2 tahun sekali.

“Melepas kangen dengan teman-teman,” tandas Yusuf, mengakhiri perbincangan. (1003)

Untuk melihat video Part 2, Klik disini

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?59821

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

lincoln