Tahun 2021, Raden Roro Truetami Ajeng Soediutomo,SH,M.Kn yang merupakan istri dari Wakil Walikota Tangerang Selatan Pilar Saga Ichsan,ST,M.ARS dilantik sebagai Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Tangerang Selatan untuk periode 2021-2025. Banyak hal yang akan dikerjakan Dekranasda untuk memajukan produk kerajinan, kriya hingga kuliner di Tangsel.

Siang itu, Kabari mendapatkan kesempatan khusus berbincang dengan Ajeng, begitu wanita ramah ini biasa disapa. Dalam masa kepemimpinannya, ia ingin membawa produk fashion, kuliner hingga kriya naik kelas. Tak hanya itu, Ajeng berharap produk-produk tersebut menjadi kekhasan bahkan ikon dari Kota Tangerang Selatan.

Agar peran Dekranasda memberi dampak terhadap pelaku usaha, tahun ini Ajeng mempunyai target ada 20 produk baik kuliner, fashion hingga kriya yang akan didampingi untuk meningkatkan eksposure mereka. “Karena di Tangsel banyak produk bagus, sayangnya belum terlalu dikenal. Umumnya yang saya lihat, para pelaku usaha ini, kalau sudah laku, ya sudah. Padahal kalau tujuannya untuk lebih besar, misalnya ekspor maka banyak hal yang harus dibenahi,” tukas ibu satu orang anak ini.

Dengan 20 produk yang dihandel Dekranasda tahun ini, maka pendampingan, inovasi hingga pemasaran akan dibantu tim Dekranasda. “Point pendampingan bisa dimulai dengan pendampingan dari sisi hukum, lalu inovasi pada packaging, hingga desain branding agar makin dikenal,” terangnya. “Jadi saya mau pendampingan dari nol sampai produk tersebut jadi bahkan diiklankan. Dengan dibina Dekranasda itu menghasilkan, bukan stagnan, tapi ya memang harus sabar step by step,” sambungnya.

Dari 20 produk yang akan dibesarkan Dekranasda tahun ini, Ajeng fokus pada satu produk yakni sulam sashiko dan ecoprint. “Saya sempat ke Galeri 37 dan Kain Kriya, di sana saya membuat beberapa hasil karya. Tak lama berselang, kontestan Putri Indonesia asal Tangsel mengunjungi Galeri 37, waktu pemotretan kontestan ini menggunakan kain yang saya buat. Waktu melihat hasil karya sendiri, saya terkagum-kagum, karena ternyata kain ecoprint itu semakin lama semakin jadi karya seni yang bagus. Pada akhirnya saya putuskan untuk membuat buah tangan bagi tamu kedinasan Suami saya berupa ecoprint hasil karya sendiri. Jadi buah tangan yang dibuat sendiri mempunyai value,” ucapnya.

Di Tangsel ada kurang lebih 35 pengrajin ecoprint dan sulam sashiko ada beberapa, mereka ini punya keunggulan dan kekhasan, apabila digabungkan bisa meghasilkan produk yang istimewa. “Misal Ecoprint di Tangsel itu ciri khas daun yang pohonnya banyak tumbuh di Tangsel. Kayak orang lihat batik mega mendung, mereka tahu dari Cirebon. Semoga ecorprint Tangsel bisa jadi seperti itu,” harapnya. “Saya berharap makin banyak produk yang ramah lingkungan sehingga itu bisa menjadi kebiasaan,” sambung Ketua Forum Adiwiyata Tangsel.

Selain ecoprint dan sulam sashiko, salah satu produk kriya dari Tangerang Selatan yang bagus adalah frame kacamata dari kayu, brandnya Urat Kayu. “Bagus tapi belum terlalu dikenal. Jadi ini butuh pendampingan. Hanya nanti harus dilihat dan ditanya, pendampingan seperti apa yang mereka mau sehingga produk tersebut makin dikenal dan akhirnya semakin laku,” ujarnya.

Dan Tangsel memiliki ragam produk kuliner yang tidak hanya sedap namun juga unik. Hanya masih kalah dalam eksposure. “Saat ini kami memikirkan cara bagaimana agar pecak nila bisa dibuat agar lebih awet untuk oleh-oleh dengan daya tahan 3-5 hari tanpa frozen dan rasanya tidak berubah,” ucapnya.

Tangsel juga punya kacang sangrai kranggan, dodol cilenggang, sagon bakar Bu Irma, bebek songkem hingga bir pletok. “Produk yang saya sebut tadi, itu semua istimewa. Kayak dodol cilenggang itu dikemas kecil, sekali hup. Lalu sagon bakar Bu Irma dikemas dalam sachet, jadi kalau kita taruh di piring tidak takut berubah rasa. Sagon juga banyak varian. Dan untuk sambal sudah diekspor hingga Jerman dan Amerika,” ujarnya.

Ajeng melihat potensi besar dari ragam produk kerajinan dan kuliner di Tangsel, sayangnya belum maksimal eksposure-nya. Karena mengetahui persoalan ini, maka Dekranasda Kota Tangerang Selatan tidak hanya fokus pada inovasi, pemasaran dan pendampingan semata tapi tujuannya adalah untuk eksposure.

Sebagai istri dari wakil walikota Tangsel, kepedulian pada karya-karya UMKM ditunjukkan dengan memakai produk karya pengrajin-pengrajin di Tangsel. “Selama berlangsung rangkaian acara HUT Tangsel kemarin, setiap hari saya ganti warna tas dan tas yang saya pakai adalah produk pengrajin di Tangsel. Ibu pengrajin yang membuat tas saya itu bercerita sampai kewalahan menerima pesanan. Umumnya mereka bilang gini, ‘mau pesan tas kayak dipakai Bu Ajeng’, hanya mereka minta warna dan ukuran yang berbeda karena bisa custom,” kisahnya tersenyum.

Selain produk kerajinan yang dipromosikan Ajeng dalam HUT Tangsel, terobosan lain yang dilakukan dalam rangkaian HUT adalah setiap produk food and beverage yang mau ikut dalam acara tersebut dilakukan proses kurasi. “Jadi ini untuk memacu pelaku usaha lain yang ingin ikut acara tersebut, produk makanannya harus enak supaya laku. Seperti Dapur Tante Neyney mereka bercerita dalam sehari bisa nambah stok sampai 3 kali. Jual makanan rumahan yang dikemas dalam ricebowl,” ungkapnya.

Tak hanya Dapur Tante Neyney, produk makanan yang hits di HUT Tangsel yakni Bakmie Husband and Wife. “Bakmie enak banget karena pakai ayam kampung, jadi rasanya gurih dan di packaging dengan bagus. Ada juga Paviliun 9 punya Sutradara Eugene Panji, itu juga makanan enak-enak. Ada juga nasi golodok, nasi dengan daging kambing. Rasanya pasti enak,” katanya.

Ada juga brownies yang di atas dibatik, namanya Brownies Syabina. “Ga hanya rasanya yang enak tapi inovasinya luar biasa,” tukasnya.

Gebrakan lain yang dilakukan Dekranasda, sejak tahun lalu telah bekerjasama dengan perusahaan pakaian asal Jepang, Uniqlo. 6 produk dari Tangsel telah terpilih, setelah pihak Dekranasda dan Vice President Uniqlo Indonesia melakukan kurasi. 6 produk ini ter-display di outlet Uniqlo Bintaro Exchange selama 6 bulan.
Produk tersebut antara lain kaos kaki yang didesain oleh anak berkebutuhan khusus, lalu produk dari sisa kopi, salah satunya dibuat asbak. Ada juga produk sulam untuk sepatu bayi, dan tas. Juga produk ecoprint dan tas tenun yang merupakan karya seorang mahasiswa. “Jadi di Uniqlo hanya di display, semua produk ada QR Code yang ngelink ke Instagram masing-masing produk. Nanti setelah 6 bulan, akan berganti dengan produk lain,” ujarnya.

Tak hanya Uniqlo, saat ini juga ada salah satu toko buku komersil terbesar di Indonesia mengajak kerjasama dengan Dekranasda Tangsel. ”Proses kerjasama sepertinya akan sama dengan Uniqlo, dimana produk-produk UMKM Tangsel akan ter-display di toko-tokonya di Tangsel dan Sponsor Program Edukasi anak,” ucapnya.
Dengan melihat banyak tawaran yang datang sekaligus melihat kualitas produk yang dimiliki UMKM Tangsel, Ajeng optimis 20 brand yang didampingi Dekranasda akan naik kelas.

Dengan melihat potensi produk beragam yang dimiliki Tangsel, Ajeng yakin peran Dekranasda akan memajukan UMKM di Tangsel. Karena itu, Ajeng mengajak warga Tangsel agar mencintai produk daerah sendiri. “Local pride itu yang menjadi kebanggaan masyarakat. Kalau suatu daerah sudah membanggakan local pride, pasti akan lebih mudah eksposure. Bahu membahu untuk saling mendukung. Karena itu, dalam setiap acara pemkot, saya selalu utamakan menggunakan hasil karya warga Tangsel. Ini bagian dari dukungan pemerintah atas warganya. Intinya kita harus kolaborasi. Dekranasda gak bisa jalan sendiri, harus merangkul semua pihak yang ada di Kota Tangerang Selatan. Aku yakin bisa,” tutupnya.