Batik Riana Kesuma sukses bertahan lama sebagai perusahaan yang memproduksi batik di Indonesia. Mempertahankan eksistensi usaha dibutuhkan semangat, dedikasi tinggi, inovasi dan sikap gigih tak mudah menyerah.

Seperti itulah yang diutarakan oleh Riana Kusuma, Owner Batik Riana Kesuma. Kunci sukses dapat bertahan adalah harus meraih sesuatu dengan cara benar karena banyak orang mencapai suatu hal dengan cara yang tidak baik dan benar.

”Saya membuat batik harus memahami maunya customer dan menjalin hubungan baik dengannya. Teman saya bisa menjadi customer , customer bisa menjadi teman,” kata Riana.

Bukan perkara yang mudah. Dari awal dulunya sering mengikuti acara pameran dari sebuah selasar. Riana hanya ingin batiknya dilirik, kemudian ada yang menyukai dan membeli.

Dan terbukti, karena Riana menekankan pada kualitas dari batiknya. Kualitas yang bisa dipertanggungjawabkan, berikut dengan jahitannya yang rapi dan desainnya. Pun dengan harga batik yang aman untuk kantong. Riana tidak mau memberatkan customer dengan harga batik. Baginya membeli batik itu jangan dibuat repot. Riana tidak mau orang tidak jadi membeli batik karena mahal harganya. Prinsip Riana adalah batik for all alias batik yang dapat digunakan oleh semua kalangan.

Batik stylish

Batik sudah menyatu dalam diri Riana. Dari kecil sewaktu di Solo, umur 8 tahun sudah banyak membantu orang tua membuat kain batik / jarik yang dipakai oleh ibu-ibu di Solo, acara pernikahan, untuk pakaian harian, dan orang-orang tua.

Sepulang sekolah Riana sudah melipat-lipat batik, menjemur batik kalau sore di Pasar Klewer. Rasa suka dan jiwa, feeling dan insting terbentuk karena dirinya sudah membantu keluarga dari kecil. “Alhamdulilah Batik Riana Kesuma bisa eksis sampai sekarang.”

Batik Riana Kesuma mencoba mengikuti perkembangan zaman. Era dimana batik hanya digunakan oleh orang tua hanya tinggal kenangan. Batik Riana memproduksi batik yang stylish dan elegan. Contohnya saat Riana menemui KABARI yang saat itu menggunakan busana kombinasi batik yang stylish tidak terlihat old school. Dia menggunakan kemeja dengan kombinasi batik dengan pola yang nyaman. Tidak dibuat oleh konveksi tetapi dikerjakan oleh penjahit yang sudah lama bekerjasama dengan Riana.

“Batik saya selalu mengikuti trend supaya batik itu diminati dan tidak ketinggalan zaman desainnya,” tuturnya. “Orang yang tidak suka batik tetapi melihat koleksi saya yang stylish, mereka menjadi pelanggan dan itu luar biasa. Keinginan saya terpenuhi karena membuat orang bangga dan senang menggunakan batik.”

Batik Riana hampir seluruhnya adalah batik cap kombinasi tulis. Kalaupun ada batik print hanya sebagian kecil, 20 persennya dari keseluruhan produksi dan khusus untuk pembuatan seragam yang butuh waktu cepat.

Tetapi kalau bukan untuk seragam, Riana selalu menggunakan batik cap atau batik cap kombinasi tulis. Kalau batik tulis harganya mahal dan lama pembuatannya dan dirinya tidak terlalu fokus ke batik tulis, makanya sekarang yang paling banyak batik cap kombinasi tulis. Semua jenis batik ada di Batik Riana Kesuma, dari batik Solo, batik Pekalongan, Cirebon, karena peminatnya ada sendiri-sendiri.

“Saya sering mengikuti pemeran dan terjun langsung ke pembatik di beberapa sentra industri batik di Sragen, Cirebon, Pekalongan bahkan sampai ke Madura,” tuturnya.

Ia sempet bercerita, dalam sebuah pameran, Gubernur DKI terdahulu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) waktu itu tertarik dengan batiknya. Riana pun dipanggil mantan istrinya, Veronica Tan, untuk membuat batik Jakarta. Kemudian pernah berjumpa dengan Iriana Joko Widodo dan diminta untuk ke istana Bogor untuk mengisi pameran.

Cara merawat batik yang benar

Nah, sebagai pengusaha yang sangat paham soal batik. Riana mempunyai beberapa tips bagaimana cara merawat batik dengan benar.

Riana mengatakan cara merawat batik itu berbeda-beda. Maksudnya, untuk batik print lebih mudah untuk dirawat karena batik print adalah tekstil dengan motif batik. Jadi mudah untuk dibersihkan atau dicuci.

Berbeda dengan Batik Tulis dan Batik kombinasi cap. Kalau batik Jawa itu bagusnya jika dicuci dengan lerak supaya warnanya awet. Lerak merupakan tumbuhan yang dikenal karena kegunaan bijinya yang dipakai sebagai deterjen tradisional.

Batik biasanya dianjurkan untuk dicuci dengan lerak karena dianggap sebagai bahan pencuci paling sesuai untuk menjaga kualitasnya (warna batik).

Tetapi, kata Riana, tidak harus menggunakan lerak berhubung lerak sulit ditemukan, apalagi di Ibukota. Cara lain mencuci batik adalah dengan menggunakan deterjen cair atau sabun bayi/ baby shampoo.

Selain itu, batik dicucinya jangan direndam. Setelah dicuci, dianjurkan dijemur jangan langsung terkena sinar matahari. Namun jika ingin batik cepat kering, dijemurnya dengan cara dibalik agar tidak langsung terkena sinar matahari.

Kemudian untuk penyimpanannya, batik yang disimpan di lemari sebisa mungkin diangin-anginkan. “Angin-anginkan 3 bulan sekali, lebih bagus lagi 1 bulan sekali supaya tidak termakan rawat dan berikanlah pewangi,” pungkas Riana. 

Selengkapnya Klik Video Berikut Ini :